𝟏. 𝐌𝐨𝐮𝐧𝐭 𝐘𝐕𝐄𝐒

359 13 0
                                    

Why doesn't nature give a message about the falsehood in between?

Dua mobil convertible melintasi hutan pinus yang lebat, melaju dengan suara mesin yang halus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua mobil convertible melintasi hutan pinus yang lebat, melaju dengan suara mesin yang halus. Jalan aspal tampak basah dan berkilau, baru saja diguyur hujan. Garis-garis kuning di tengah jalan menjadi satu-satunya warna cerah yang kontras dengan kegelapan hutan.

Hutan pinus di kedua sisi jalan tampak rapat dan tinggi, seolah-olah menjaganya dari dunia luar. Pohon-pohon pinus menjulang tinggi, menutupi sebagian besar langit, menciptakan suasana yang agak suram. Beberapa sinar matahari berusaha menembus celah-celah di antara dedaunan, memberikan cahaya lembut yang menambah keindahan pemandangan.

Kabut tipis menyelimuti hutan, menambah kesan misterius dan magis pada suasana ini. Suara gemerisik daun dan kicauan burung perlahan mengisi udara, menciptakan harmoni yang menenangkan. Di kejauhan, terlihat jalan setapak yang menghilang ke dalam kedalaman hutan, mengundang rasa ingin tahu tentang apa yang mungkin tersembunyi di balik pepohonan.

Teriakan beberapa orang yang menaiki mobil memenuhi udara yang tenang saat mereka mendekati area pendakian Gunung Yves. Gunung ini dikenal sebagai surga bagi para pendaki yang berencana berkemah semalaman di puncak untuk menikmati keindahan matahari terbit.

Salah satu dari mereka adalah Valda Carlyle, seorang remaja yang baru saja lulus SMA. Bersama tujuh temannya, mereka memutuskan untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kota dan menikmati alam. Delapan orang itu terbagi dalam dua mobil convertible, melaju dengan tawa bahagia menuju salah satu rumah penjaga di area pendakian Gunung Yves, tempat mereka akan mendapatkan pengarahan sesuai janji.

"Jadi, Valda, bagaimana perasaanmu setelah akhirnya lulus dari sekolah menyebalkan itu dan bisa healing dengan kita ke gunung?" tanya seorang gadis berambut pirang dengan make-up yang menor, Juniper Wren.

Valda menatap temannya itu dan tersenyum kecil. "Bagaimana ya ... menyenangkan, tapi juga membingungkan."

"Apa maksudmu dengan 'membingungkan'?" Juniper mengerutkan keningnya, penasaran. Pertanyaan itu membuat Valda tersenyum-senyum tak jelas. Gadis asli Inggris itu berpikir sejenak, rambut cokelatnya yang diikat kuda berhembus tertiup angin.

"Membingungkan karena aku dan Zephyr harus kuliah di universitas yang berbeda."

"Memangnya kau sudah pasti diterima di universitas yang kau pilih?" ejek Juniper, sontak membuat Valda melotot garang dan memukul lengannya dengan salah satu tangan.

"Diam! Gini-gini, aku tetap bisa diterima di universitas yang sedikit ternama itu tanpa mengandalkan jalur orang dalam," balas Valda, membuat Juniper tertawa keras.

Juniper kemudian mengangguk. "Yah, baiklah, baiklah, aku percaya."

"Oh ya, ngomong-ngomong soal pacarmu itu, ke mana dia? Apakah dia tidak satu mobil dengan kita?" tanya Juniper sambil melirik bangku belakang yang terisi tiga temannya yang menikmati angin dengan berseru riuh.

Death PeakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang