𝟑𝟒. 𝐓𝐡𝐞 𝐓𝐞𝐫𝐦𝐢𝐭𝐞

79 8 0
                                    

Creep, become a spy and then get caught

Zephyr merasakan ketegangan yang mendalam ketika memikirkan keinginan Valda untuk bertemu dengan sang kakak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zephyr merasakan ketegangan yang mendalam ketika memikirkan keinginan Valda untuk bertemu dengan sang kakak. Perasaannya kini berada di persimpangan jalan, terjebak antara hasrat untuk bebas dan keinginan untuk menemani. Bagaimanapun juga, Valda adalah kekasihnya, dan rasanya sangat kejam jika ia rela meninggalkan gadis itu sendirian dalam keadaan rentan, terutama mengingat trauma berat yang masih membelenggu Valda akibat kehilangan Asher dan Juniper.

Dengan pikiran yang kacau, Zephyr menghembuskan napas kasar, mencoba meredakan kekalutan di dalam hatinya. Ia menatap tiga teman di belakangnya—Ava, Jasper, dan Emma—yang memancarkan sorot mata harap, seolah-olah berharap ada kesempatan bagi mereka semua untuk bebas, meskipun Valda enggan untuk melanjutkan perjalanan. Ketegangan di udara terasa semakin menyengat, seolah-olah masa depan mereka bergantung pada keputusan yang harus segera diambil.

"Kita tim, bukan?" ujar Zephyr tiba-tiba, suaranya tegas dan penuh keyakinan. "Membiarkan teman kita di sini sendirian bukanlah sesuatu yang pantas dilakukan sebagai tim."

Valda menatapnya, wajahnya menunjukkan rasa tak percaya. Dalam sekejap, lelaki yang sebelumnya tampak menjaga jarak darinya kini memberikan dukungan yang kuat. Tatapan Zephyr mengandung makna yang dalam, mengajak Valda untuk tidak menyerah pada rasa sakitnya.

Ava dan Jasper terkesiap, ekspresi terkejut menghiasi wajah mereka. "Zephyr, kau serius?" Ava berkata, suaranya sedikit meninggi, mencerminkan ketidakpercayaannya. "Ini kesempatan kita untuk bebas! Kita harus pulang!"

Jasper, yang tak bisa tenang, hatinya tampak bergejolak. "Kita tidak bisa mengabaikan kesempatan ini. Setiap detik yang kita habiskan di sini semakin mendekatkan kita pada bahaya."

Namun, Zephyr tetap teguh, menyadari bahwa kebebasan tanpa saling mendukung adalah hal yang sia-sia. "Mungkin kita bisa mencari jalan lain," katanya, suara rendah namun tegas. "Kita tidak bisa meninggalkan Valda di sini. Dia butuh kita."

Valda menatap Zephyr, hatinya bergetar antara rasa terima kasih dan keraguan. "Tapi ... aku tidak ingin menghalangimu," ujarnya, suara lembutnya hampir tersedu. "Aku tidak ingin menjadi beban."

"Valda," Zephyr menjawab, menatapnya dengan penuh perhatian. "Kau bukan beban. Kau adalah bagian dari tim ini, dan kita semua di sini untuk satu sama lain. Kita tidak bisa pergi tanpa memastikan bahwa kita semua aman."

Suasana di sekitar mereka dipenuhi dengan ketegangan dan harapan yang bercampur aduk. Semua orang di situ merasakan pergeseran dinamika di antara mereka, dengan keputusan yang harus diambil segera. Dengan keberanian yang baru ditemukan, Zephyr bersiap untuk berjuang demi Valda dan persahabatan mereka, meskipun jalan di depan mungkin penuh dengan tantangan.

Max berdiri di sana, menyaksikan cengkrama kelima remaja di hadapannya dengan ekspresi bosan yang jelas terlihat. Ia menggelengkan kepala, merasakan kebosanan yang menggerogoti dirinya. "Nah, para tikus kecil," ujarnya dengan nada sinis, "apakah kalian sudah selesai memutuskan?"

Death PeakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang