They think too simply, will running away solve the problem?
Detak jantung Asher berpacu tak karuan, semakin liar saat ia mendengar suara gergaji mesin yang semakin mendekat. Sorot matanya menelisik dengan cemas, mencari asal suara itu. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya, menandakan ketakutan yang tak bisa ia sembunyikan. Meski hatinya diliputi ketakutan mendalam, ada yang lebih menggerogoti pikirannya—keselamatan teman-temannya.
"Berdiam diri bukan pilihan yang bijak," suara Asher bergetar, kemudian menatap teman- temannya mencerminkan kilatan ketakutan di matanya yang terpaku pada wajah teman-temannya, yang tampak sama ngerinya.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Juniper dengan suara serak, kepanikan jelas terasa.
"LARI!" Asher berteriak keras, suaranya pecah di udara malam yang mencekam. Tanpa pikir panjang, ia meraih tangan Valda, menggeretnya untuk mengikuti langkah kakinya yang sudah berlari kencang. Yang lain tak butuh aba-aba lebih, mereka langsung bergerak.
Zephyr tak kalah panik. Ia menarik tangan Emma dengan kuat, memaksanya terus berlari tanpa menoleh ke belakang. Sementara itu, Juniper berjuang mati-matian menahan gelombang panik yang menghantamnya bertubi-tubi. Napasnya tersengal, pikirannya berkecamuk antara takut dan teror yang terus membayangi.
Di belakang mereka, deru gergaji mesin semakin mendekat, menggetarkan udara dengan dengungan yang memekakkan telinga. Setiap langkah kaki mereka terasa seperti berlomba dengan maut, napas yang terengah-engah menjadi satu-satunya irama selain ketakutan yang menguasai.
Di atas sana, bulan pucat menyaksikan dalam keheningan, seolah menjadi satu-satunya saksi atas malam penuh kengerian ini. Angin yang berhembus kencang membawa desau daun-daun kering yang terinjak sepatu mereka, menciptakan gemerisik yang mengerikan. Lampu senter yang mereka genggam bergerak liar, memantulkan kilauan sesaat pada pohon-pohon, namun tidak mampu memberi kepastian arah.
Jantung mereka berpacu, tangan-tangan menggenggam erat ranting atau batang pohon di sekitarnya, mencari pegangan dalam kepanikan yang kian memuncak. Setiap bayangan yang melintas dalam pandangan kabur membuat mereka tersentak, seolah kematian sudah menunggu di depan, dan suara gergaji itu terus mengintai dari belakang, tak pernah surut.
"Asher, dia di belakang!!" Juniper berteriak putus asa, suaranya terpecah oleh deru napas dan dentuman langkah kakinya di atas tanah. Dia nekat melirik ke belakang di tengah pelariannya, dan apa yang dilihatnya membuat darahnya membeku.
Pria itu—sosok besar dengan tubuh yang berlumuran darah segar—terus mendekat. Celemek daging yang ia kenakan, tebal dan kotor, menambah kesan seram, seperti penjagal yang baru saja keluar dari mimpi buruk. Gergaji mesin di tangannya terus meraung, bilahnya berputar liar, memecah udara dengan suara mematikan yang seolah mengiris malam itu. Topeng yang menutupi wajahnya tak memperlihatkan emosi, hanya mata gelap yang kosong, menatap mereka tanpa belas kasihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Peak
Mystery / ThrillerValda Carlyle dan teman-temannya berkemah di puncak Gunung Yves, tempat indah yang ternyata menyimpan kengerian. Satu demi satu temannya menghilang, dan Valda mendapati dirinya terjebak dalam permainan mematikan yang dirancang oleh seorang pembunuh...