𝟐𝟐. 𝐈𝐧𝐭𝐢𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐀𝐢𝐫

237 10 0
                                    

Every single thing you do really makes me realize, that it's really you.

Vanesha tak mampu menahan desahan tertahan ketika Max dengan sengaja mengeksplorasi setiap titik sensitif di tubuhnya, menuntunnya menuju malam yang penuh gairah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanesha tak mampu menahan desahan tertahan ketika Max dengan sengaja mengeksplorasi setiap titik sensitif di tubuhnya, menuntunnya menuju malam yang penuh gairah. Setiap sentuhan dan gerakan yang dia lakukan terasa menggetarkan, seolah membakar setiap inci kulitnya.

Vanesha menggelinjang, bibirnya menggigit lembut, berusaha menahan erangan yang semakin sulit disembunyikan. Max tak pernah terburu-buru; setiap sentuhannya dilakukan dengan presisi, seakan menikmati setiap reaksi yang muncul dari tubuh Vanesha. Jemari kokohnya menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya, menemukan setiap titik yang membuat Vanesha semakin tersentak dalam keintiman yang mereka bagi.

Malam itu terasa panjang dan tak berujung, diwarnai dengan desahan manja dan desakan nafas yang berat, ketika keduanya tenggelam dalam hasrat yang tak lagi bisa dihentikan. Max menariknya lebih dekat, memberikan kehangatan dalam setiap ciuman dan belaian, seolah waktu tak lagi ada batasnya. Di bawah pancaran cahaya remang, tubuh mereka beradu dalam irama yang penuh dengan gairah, menciptakan malam yang tak terlupakan.

Vanesha harus mengakui, stamina yang dimiliki Max jauh lebih dari sekadar kuat; pria itu benar-benar luar biasa. Ini adalah Max yang ia kenal—suaminya yang selalu tahu cara memberikan kenikmatan dengan presisi sempurna, membuat setiap momen terasa memabukkan dan penuh gairah. Namun, malam ini terasa berbeda. Meskipun sudah lima tahun berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya, Vanesha tak mampu menyembunyikan rasa kewalahan menghadapi serbuan brutal Max.

Pria itu seolah terpicu oleh kerinduan yang mendalam, menyerang setiap indra Vanesha tanpa ampun. Setiap gerakan dan desahan mereka menjadi simfoni yang intens, seolah-olah malam yang panjang ini tak akan pernah cukup untuk menuntaskan hasrat yang menggelora. Max memperlakukannya dengan kekuatan dan kelembutan yang menyatu sempurna, membuat Vanesha terhanyut dalam pusaran emosi yang begitu kuat. Ia bisa merasakan setiap dorongan Max yang penuh gairah, seakan pria itu berusaha mengisi celah lima tahun yang memisahkan mereka dengan satu malam penuh kemesraan dan kerinduan yang mendalam.

Vanesha berusaha menyesuaikan diri, tapi tubuhnya terus terbawa arus yang tak bisa ia kendalikan. Setiap kali Max menariknya lebih dekat, membisikkan kata-kata lembut di telinganya, tubuhnya bergetar, menciptakan gelombang kenikmatan yang tak terbendung. Malam itu, mereka tidak hanya bersatu secara fisik, tapi juga menyatu dalam kerinduan yang lama terpendam, meleburkan batasan-batasan yang ada, hingga hanya tersisa mereka berdua dalam irama yang saling melengkapi.

Setiap hentakan yang dilakukan Max tidak pernah menunjukkan tanda-tanda melambat; gerakannya kasar, intens, namun tetap penuh kendali. Vanesha bisa merasakan betapa kuatnya dorongan itu, namun justru itulah yang membuatnya gila, mengirimkan gelombang kenikmatan yang memabukkan di seluruh tubuhnya. Di antara peluh dan desahan, semua beban dan kekhawatiran yang selama ini menghantuinya lenyap begitu saja.

Death PeakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang