𝟖. 𝐓𝐡𝐞 𝐒𝐤𝐢𝐥𝐥𝐞𝐝 𝐁𝐫𝐞𝐚𝐤𝐞𝐫

413 23 0
                                    

The Breaker, the Catcher and the Skilled Sleeper.

Di sebuah gang sempit yang suram di malam hari, pencahayaan minim berasal dari beberapa lampu jalan yang menerangi jalanan yang basah dan berkilauan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah gang sempit yang suram di malam hari, pencahayaan minim berasal dari beberapa lampu jalan yang menerangi jalanan yang basah dan berkilauan. Dinding-dinding bangunan di kedua sisi gang terlihat tua, terbuat dari batu bata, memberikan kesan yang sedikit menyeramkan. Dentuman sepatu hak tinggi yang berpadu dengan stoking hitam yang membaluti paha semakin menambah suasana tegang saat seorang wanita berlari dengan cepat.

Dia adalah Arnelita Vanesha. Agen FBI yang dikenal karena ketangguhan dan kecerdasannya. Dengan gaun cut-out halter yang menampilkan sisi menawannya, Vanesha bergerak cepat, matanya tajam meneliti setiap sudut gang. Di telinganya, ia terus berbicara melalui handsfree earphone Bluetooth, berkomunikasi dengan rekan kerjanya, Alex, yang saat ini berada di jalan lain untuk mencegah tersangka pembunuhan melarikan diri.

"Kami hampir sampai, pastikan dia tidak pergi ke mana-mana," suara Vanesha terdengar tegas namun tenang. Keberaniannya terpancar dalam setiap langkah yang diambil, meski suasana sekitar terasa berat. Tiba-tiba, sosok yang dicari muncul dari balik bayangan, berlari menembus jalanan yang sulit dan berkelok-kelok.

Sang pembunuh mulai berusaha mengecoh Vanesha dengan berbelok ke jalan-jalan kecil, bahkan melintasi rumah-rumah penduduk. Meskipun langkahnya terhambat oleh lorong-lorong sempit dan gang-gang yang rumit, Vanesha tidak menyerah. Dia terus mengejar, melewati pagar-pagar yang sempit dan melompati rintangan, sambil sesekali berteriak meminta maaf kepada pemilik rumah yang terkejut melihat kehadirannya.

"Maafkan saya!" serunya saat ia melompati sebuah kebun kecil, wajahnya penuh tekad. “Dia tidak akan lolos!” Vanesha berusaha mengendalikan nafsu untuk menangkapnya, tidak membiarkan rasa lelah menghalanginya. Setiap langkah yang diambilnya mengisyaratkan bahwa ia akan terus mengejar tak peduli seberapa jauh.

Di tengah kegelapan malam, Vanesha terus mengejar sang pembunuh yang berhasil meloloskan diri ke dalam jalanan sempit dan gang-gang kecil yang membingungkan. Setelah berlari melewati rumah-rumah penduduk dan menyusuri lorong-lorong sempit, dia tiba-tiba merasakan ketegangan di udara. Sang pembunuh menghilang, meninggalkan kesunyian yang mencekam di belakangnya.

Dia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam dan mendengarkan. Suara derap langkah kakinya yang menghantam jalanan basah kini tak terdengar. Hanya suara jantungnya yang berdegup kencang dan napasnya yang terengah-engah memecah keheningan malam. Dengan kepekaannya yang tajam, Vanesha memfokuskan perhatian, mencari petunjuk yang mungkin terlewatkan.

Dia bisa merasakan kehadiran sang pembunuh, meskipun tidak terlihat. Dengan keahliannya dalam mendeteksi gerakan halus, dia mengamati setiap bayangan dan mendengarkan setiap suara. Seketika, telinganya menangkap suara samar—sebuah langkah kecil yang hati-hati, berusaha menyelinap. Vanesha segera menoleh, menyadari bahwa sang pembunuh mencoba bersembunyi di balik tumpukan barang bekas di sebuah sudut gelap.

Death PeakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang