Kimberly melempar heels-nya ke lantai kamar sembarangan dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Tampak raut wajah Kimberly begitu kesal dan memendung amarah. Wanita itu menyugar rambutnya kasar. Amarah dalam dirinya menelusup hingga sulit dikendalikan.
Kilat mata hazel Kimberly memerah menunjukkan wanita itu sangat emosi. Dia terkenal dengan sosok wanita cantik yang selalu berpenampilan memesona. Namun, untuk kali ini penampilannya seakan begitu kacau akibat amarah yang tertahan dan telah mengumpul dalam diri.
"Sialan!" Kimberly mengumpat seraya membanting pelan punggungnya ke sandaran sofa. Benak Kimberly memikirkan tentang pertemuannya dengan Damian tadi. Demi Tuhan! Kesialan macam apa ini? Tujuan Kimberly pergi ke klub malam karena ingin menghilangkan kepenatan dalam otaknya. Namun, kenapa dia malah semakin terjerumus seperti ini?
Kimberly memejamkan matanya. Memikirkan cara agar kerja sama ayahnya dan Damian batal. Dia tahu pria berengsek itu pasti akan mencari kesempatan dalam kesempitan. Rasanya tak mungkin Damian tiba-tiba mengajak ayahnya bekerja sama jika bukan karena menginginkan tujuan sesuatu. Pun dia yakin Damian pasti memiliki rencana yang tak waras. Hanya saja dia tidak tahu pasti rencana apa yang telah dirancang pria itu.
Saat Kimberly memikirkan suatu ide, tiba-tiba sesuatu muncul dalam otaknya. Sesuatu hal di mana memberikan solusi padanya. Ya, tak ada salahnya bagi Kimberly untuk mencobanya.
"Aku harus menghubungi Dad," gumam Kimberly begitu yakin. "Aku akan mencari alasan agar kerja samanya dengan Damian bisa dibatalkan." Dia kembali bergumam meneguhkan hatinya apa yang akan dia lakukan berhasil. Detik selanjutnya, Kimberly mengambil ponselnya, dan segera menghubungi nomor ayahnya.
"Hallo, Dad?" jawab Kimberly saat panggilan terhubung.
"Ada apa, Kim?" ujar Ernest dari seberang sana.
"Hm, Dad. Apa aku mengganggumu?"
"Tidak, kau tidak menggangguku. Katakan ada apa?"
"Dad ... begini, menurutku lebih baik kau tidak usah bekerja sama dengan Paman Damian. Masih banyak perusahaan besar lain yang bisa kita ajak kerja sama. Aku akan mengurusnya, Dad. Kau mau, kan?"
"Wait, Kim. Kenapa kau tidak mau perusahaan kita bekerja sama dengan perusahaan Damian?"
"Dad, aku hanya merasa tidak nyaman bekerja sama dengan keluarga Fargo. Maksudku, aku merasa tidak enak. Aku takut orang di luar sana berpikir aku hanya mencari kesempatan dari nama besar keluarga Fargo, Dad."
"Oh, Sweetheart. Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Tidak mungkin ada orang di luar sana yang berani membicarakan buruk tentangmu. Aku pasti akan turun tangan jika sampai ada yang merendahkan dirimu."
"Dad, tapi—"
"Kimberly, Damian Darrel adalah billionaire muda yang cerdas. Aku melihat sendiri potensi kehebatan dalam dirinya saat berbicara tentang dunia bisnis. Dengan kita bekerja sama dengan Damian Darrel bukan hanya sisi kita yang merasa diuntungkan, tapi Damian Darrel pun akan merasa diuntungkan. Tidak mungkin seorang Damian Darrel mau mengeluarkan uang banyak untuk hal tidak ada gunanya. Jika Damian saja sudah berani menggelontorkan dana tidak sedikit, artinya Damian sudah berpikir kalau project kerja sama ini benar-benar menguntungkan untuknya, Kim. Sudah, kau jangan berpikiran negative. Fokusmu adalah membantuku dalam kerja sama ini. Jangan sampai project ini berantakan, Kim. Aku percayakan padamu semuanya."
"Dad—"
Tuttt ... Tuttt ...
"Shit!" Kimberly mengumpat kala ayahnya memutuskan panggilan secara sepihak. Padahal dirinya belum selesai berbicara. Astaga! Pikiran Kimberly benar-benar kacau. Bahkan ayahnya tak bisa dibujuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian & Kimberly
RomanceSebelum baca cerita ini, follow dulu akun ini dan follow instagram: abigailkusuma8 Warning 21+ (Mature content) *** Pernikahan layaknya princess di negeri dongeng adalah impian Kimberly Davies. Akan tetapi, siapa sangka semua impiannya hancur kala...