Bab 44. Unanswered question

115 7 0
                                    

"Turunlah. Ini sudah malam. Kau harus istirahat, Kim." Damian mengecup bibir Kimberly singkat di kala mobil yang dia kemudikan memasuki halaman parkir mansion Kimberly. Namun, sayangnya, wanita cantik itu seperti enggan untuk turun dari mobil. Terbukti, tangan Kimbery masih memeluk lengan Damian begitu possessive.

"Tunggu sebentar lagi, Damian." Kimberly mendongakkan kepalanya, mengecup rahang Damian. Benaknya mengingat Fargo pulang malam. Jadi dia bisa aman bermesraan sebentar dengan Damian.

Damian menarik tangan Kimberly, membawa masuk tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Kimberly semakin membalas pelukan Damian. Mereka berpelukan begitu hangat seolah tak ingin terpisahkan.

"Hm, Damian," panggil Kimberly pelan dari dalam pelukan Damian.

"Ada apa?" Damian membelai pipi Kimberly.

"Nanti di pesta anniversary ayahmu dan ibu tirimu, kau pasti akan menjemput Jennisa, kan?" tanya Kimberly memastikan. Nada bicaranya tersirat jelas kecemburuannya.

Damian tersenyum mendengar pertanyaan Kimberly. Pria tampan itu menangkup kedua pipi Kimberly, menatap dalam manik mata hazel Kimberly. "Kim, apa kau tidak percaya padaku, hm?"

"B-bukan. Aku tidak bermaksud tidak percaya padamu, Damian. A-aku hanya bertanya saja. Aku tentu percaya padamu, Damian. T-tidak mungkin aku tidak percaya padamu," jawab Kimberly cepat, dan buru-buru agar Damian tak salah paham padanya.

"Aku tahu kau cemburu, Kim." Damian mencubit pelan pipi Kimberly. "Aku dan Jennisa adalah teman lama. Ayahku yang meminta Jennisa datang bersama denganku. Aku sudah bilang padamu, aku sedang malas berdebat dengan ayahku. Jadi, mau tidak mau aku harus berangkat bersama dengan Jennisa. Aku mohon kau mengerti, Kim. Aku tahu batasanku. Lagi pula kau juga akan berangkat dengan Fargo. Kita tidak mungkin berangkat bersama."

Kimberly terdiam mendengar ucapan Damian. Apa yang dikatakan oleh Damian sepenuhnya benar. Dirinya dan Damian tak mungkin berangkat bersama di acara pesta anniversary ayah Damian dan ibu tiri Damian. Mengingat posisi Kimberly saat ini adalah istri dari Fargo. Hubungan Kimberly dan Damian sangatlah rumit. Ada dinding tinggi membatasi mereka. Mereka seperti berada di pulau yang berbeda, dan butuh perjuangan besar untuk menyebrangi pulau tersebut.

"Damian," panggil Kimberly kala tiba-tiba sesuatu hal menyelinap masuk ke dalam otaknya.

"Ada apa, Kim?" tanya Damian seraya menatap lekat Kimberly.

Kimberly terdiam. Ada suatu hal yang menyelinap masuk ke dalam pikiran dan hatinya. Suatu membuat hatnya gelisah. Ingin sekali dia menanyakan ini, sejak lama tapi Kimberly takut.

Damian membelai pipi Kimberly. "Ada apa, hm?" tanyanya kala Kimberly hanya diam. Dia tahu dari mata Kimberly, menunjukkan wanita itu ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Damian, apa kau belum berpikir tentang pernikahan? M-maksudku, memangnya belum adaa terbesit dalam pikiranmu memikirkan tentang pernikahan?" Kimberly bertanya dengan nada yang begitu pelan dan hati-hati.

Pertanyaan Kimberly sukses membuat raut wajah Damian berubah. Sepasang iris mata cokelat Damian menampilkan tatapan yang seperti memendung banyak hal di sana. Pria tampan itu masih diam tak bisa merespon ucapan Kimberly.

"Aku belum memikirkan itu, Kim. Sekarang lebih baik kau turun. Ini sudah malam," ucap Damian yang tak mau lagi membahas tentang pernikahan.

Kimberly menatap wajah Damian yang berubah menjadi dingin kala dirinya membahas tentang pernikahan. Semua mengartikan memang Damian belum mau terikat dalam sebuah janji pernikahan. Pun Kimberly memaklumi dan tak mau memaksa. Banyak sekali pria yang memang belum mau menikah. Sebagian banyak orang menganggap pernikahan itu adalah hal yang rumit.

"Ya sudah, aku turun duluan. Kau hati-hati, ya. Kabari aku kalau sudah sampai di rumah." Kimberly mengecup rahang Damian.

Damian mengangguk singkat merespon ucapan Kimberly. Detik selanjutnya, Kimberly turun dari mobil. Tepat di kala Kimberly sudah turun dari mobil, Damian melajukan mobilnya meninggalkan halaman parkir Kimberly.

Kimberly terus menatap mobil Damian yang lenyap dari pandangannya. Dalam hati, Kimberly berpikir, apakah dirinya salah membahas tentang pernikahan? Dia tak bermksud mengajak Damian menikah dalam waktu dekat. Hanya saja, dia ingin tahu tentang pemikiran Damian mengenai pernikahan.

***

Keesokan hari, Kimberly bersantai di kamar. Khusus hari ini, dia akan datang siang ke kantor. Jika biasanya dia selalu bersemangat datang ke kantor, entah hari ini mood-nya sedang tak bagus. Itu kenapa dia memutuskan berdiam diri di kamar sambil menonton televisi.

"Selamat pagi, Nyonya," sapa sang pelayan melangkah mendekat pada Kimberly—membawa nampan yang berisikan susu almond dan sandwich.

"Pagi," jawab Kimberly dengan senyuman samar di wajahnya.

"Nyonya, ini sarapan Anda. Apa Anda ingin memesan menu lainnya?" Sang pelayan menyajikan susu almond dan sandwich ke hadapan Kimberly.

"Tidak, ini saja sudah cukup. Terima kasih," jawab Kimberly hangat.

"Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi." Sang pelayan menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Kimberly.

Kimberly mulai menikmati sarapan yang sudah disediakan oleh pelayan.

"Kim." Fargo melangkah masuk ke dalam kamar. Refleks, Kimberly mengalihkan pandangannya kala mendengar suara Fargo.

Kimberly menatap Fargo yang mendekat padanya seraya membawa kotak berukuran sedang. Keningnya mengerut dalam, bingung akan kotak yang dibawa Fargo. "Itu apa, Fargo?" tanyanya penasaran.

"Ada kurir yang mengantarkan ini untukmu. Aku lihat isi kotak ini gaun dan heels," jawab Fargo yang sontak membuat raut wajah Kimberly berubah.

Dari Damian! Kotak yang berisikan gaun dan heels adalah pemberian dari Damian. Buru-buru, Kimberly bangkit berdiri dan segera menyambar kotak yang ada di tangan Fargo sambil berkata, "Ah, iya, aku baru saja membeli gaun dan heels untuk pesta anniversary Grandpa Deston dan Grandma Rula."

"Oh, kau membeli gaun dan heels," balas Fargo.

"I-iya." Kimberly berusaha untuk tidak gelagapan panik. "F-Fargo apa kau tadi melihat isi kotak ini?" tanyanya memastikan. Yang Kimberly takutkan adalah kalau ada note di dalam kotak ini. Astaga! Kalau sampai Fargo melihat, maka tamatlah riwayatnya.

"Ya, aku hanya melihat sebentar memastikan isi kotak itu. Kenapa, Kim? Apa ada barang penting di kotak itu?" Kening Fargo mengerut bingung.

"T-tidak, Fargo. Tidak ada barang penting," balas Kimberly cepat. "Ya sudah, Fargo. Lebih baik kau mandi. Kau kan baru pulang."

Tadi malam Fargo tidak pulang. Suaminya itu mengatakan banyak sekali pekerjaan yang harus diurus. Pun Kimberly tak mau ambil pusing lagi. Jarang pulang atau pulang larut malam, sudah bagian dari Fargo. Kimberly yang sekarang sudah berbeda dengan Kimberly yang dulu.

"Ya, aku akan mandi sekarang." Fargo melangkah meninggalkan Kimberly yang masih bergeming di tempatnya.

Kimberly mengembuskan napas lega melihat Fargo sudah pergi. Sungguh, jantungnya berdegup kencang seperti telah ketahuan berselingkuh. Beruntung tidak ada hal aneh yang membuat Fargo curiga. Entah apa yang akan terjadi jika sampai Fargo mengetahui semuanya.


Damian & KimberlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang