"Kim, kita mau makan di mana? Apa kau ada ide?" tanya Carol pada Kimberly kala dirinya dan Kimberly masuk ke dalam mall. Bosan makan di kafe dekat perusahaan, Carol memutuskan mengajak Kimberly makan di restoran yang ada di dalam mall.
"Makan restoran yang ada di lantai empat saja," jawab Kimberly memberi saran.
"Kau benar, lebih baik kita makan di restoran yang ada di lantai 4. Nanti setelah makan kau temani aku ke butik langgananku, ya? Sepertinya sepatu keluaran terbaru yang aku inginkan sudah keluar bulan ini," balas Carol—dan direspon anggukan oleh Kimberly.
Carol tersenyum senang seraya memeluk lengan Kimberly. Lantas, Carol membawa Kimberly menuju elevator yang terdekat dengan mereka. Terlihat Carol memasang wajah bahagia. Lain halnya dengan Kimberly yang sejak tadi seperti memikirkan sesuatu.
Saat tiba di lantai empat, Carol membawa Kimberly menuju restoran terdekat dari keberadaan mereka. Akan tetapi, tiba-tiba langkah Carol dan Kimberly terhenti kala berpapasan dengan pasangan yang tampak mesra masuk ke dalam restoran.
Raut wajah Kimberly berubah dingin. Sepasang iris mata hazelnya menatap tangan sang wanita yang memeluk mesra lengan sang pria. Dada Kimberly bergemuruh. Pancaran mata Kimberly menunjukkan jelas amarah kecemburuan yang tak tertahan.
"Carol? Kimberly? Kalian di sini? Oh astaga, sempit sekali dunia ini," ujar Jennisa dengan senyuman anggun dan menawan di wajahnya—menyapa Kimberly dan Carol.
Kimberly memaksakan senyuman palsu melihat Damian bersama dengan Jennisa.
"Hai, Jennisa. Aku tidak menyangka kau dan Damian di sini. Aku dan Kimberly ingin makan siang," jawab Carol hangat.
"Oh, begitu. Ya sudah, kita makan bersama saja. Bagaimana?" tawar Jennisa.
Carol mengangguk setuju. "Ayo, sepertinya lebih enak kita makan bersama."
Mata Kimberly melebar mendengar ucapan Carol. Dia tak menyangka Carol mengambil sebuah keputusan tanpa izin darinya lebih dulu. Sungguh, dia tak ingin makan bersama dengan Damian dan Jennisa. Akan tetapi, jika sudah seperti ini, sama saja Kimberly seolah dijebak. Tak mungkin Kimberly menolak dalam keadaan Carol sudah mengiyakan.
"Oke, kita masuk ke dalam," jawab Jennisa hangat.
Carol kembali menganggukkan kepalanya. Lantas Carol membawa Kimberly masuk ke dalam restoran. Pun Jennisa yang melangkah masuk ke dalam restoran bersama dengan Damian. Tampak sepasang iris mata cokelat Damian tak lepas melihat wajah Kimberly yang menunjukkan amarah.
Damian sendiri tak menyangka akan bertemu dengan Kimberly di mall. Jika begini, maka Damian tahu Kimberly akan merajuk seperti anak kecil. Selama ini memang Kimberly begitu sensitive jika dirinya dekat dengan Jennisa. Walau Damian menjelaskan Jennisa adalah temannya, tetap saja Kimberly tak suka pada Jennisa.
Di restoran, Carol dan Jennisa memesan begitu banyak hidangan makan siang. Mereka mulai menikmati makan siang bersama. Posisi duduk Kimberly berada di seberang Damian. Pasalnya yang di samping Damian adalah Jennisa.
"Kim, sepertinya kau jarang keluar dengan suamimu," ucap Jennisa pada Kimberly.
Kimberly terdiam beberapa sata mendengar ucapan Jennisa. Setiap kali Jennisa bertemu dengannya maka pembahasan tak jauh-jauh menanyakan Fargo.
"Aku dan Fargo sama-sama sibuk. Aku tidak bekerja di kantor yang sama dengan Fargo," balas Kimberly dingin.
Jennisa mengangguk. "Benar juga, tapi kalau nanti aku memiliki suami pasti aku selau ingin dekat dengan suamiku meski kantor kami tidak sama," jawabnya seraya meliriik Damian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian & Kimberly
RomanceSebelum baca cerita ini, follow dulu akun ini dan follow instagram: abigailkusuma8 Warning 21+ (Mature content) *** Pernikahan layaknya princess di negeri dongeng adalah impian Kimberly Davies. Akan tetapi, siapa sangka semua impiannya hancur kala...