Mobil Damian sudah tiba di lobby apartemen Jennisa, tapi alih-alih langsung turun malah Jennisa tak ingin keluar dari mobil Damian. Wanita cantik itu seakan enggan untuk turun dari mobil.
"Jennisa ini sudah malam. Turunlah. Aku ingin istirahat," ucap Damian dingin, dengan raut wajah tanpa ekspresi.
"Damian, ada hal yang ingin aku katakan padamu," jawab Jennisa dengan sorot mata penuh makna dalam pada Damian.
"Kau ingin bicara apa?"
"Tentang ucapanku dulu padamu. Kau masih mengingatnya, kan?"
Kening Damian mengerut dalam. "Ucapanmu dulu? Ucapan yang mana?"
Jennisa menggigit bibir bawahnya, terlihat sangat ragu, tapi dia tak lagi bisa membohongi perasaannya. "Damian, kau dan aku sudah saling mengenal lama. Apa kau tidak pernah memiliki keinginan untuk memiliki hubungan special denganku?"
"Jadi ini yang ingin kau bicarakan padaku, Jennisa?" Damian tampak tak suka mendengar pertanyaan Jennisa.
Jennisa menganggukan kepala yakin. "Kau tahu sejak dulu aku sangat menyukaimu, Damian. Apa tidak ada sedikit saja, kau memiliki keinginan untuk mencoba menjalin hubungan special denganku?"
"Jennisa, kau tahu jawabanku. Kenapa kau masih bertanya?" Damian menjawab pertanyaan Jennisa, dengan nada yang begitu dingin dan penuh ketegasan.
"Damian, ini sudah beberapa tahun lamanya. Apa kau masih belum bisa melupakan dia?" Jennisa menatap Damian dengan tatapan dalam.
"Jangan membahasnya lagi, Jennisa!" seru Damian seraya menatap Jennisa begitu tajam. Amarah di wajah Damian terlihat jelas ketika wanita itu mengungkit-ungkit tentang masa lalunya.
"Maaf, Damian. Aku tidak bermaksud membahasnya lagi. Aku hanya—"
"Berhentilah berharap, Jennisa. Sejak dulu sampai seterusnya aku hanya menganggapmu sebagai temanku! Tidak lebih dari itu. Jadi tolong jangan mengharapkan yang lebih. Satu hal yang harus kau tahu, aku sudah memiliki kekasih. Selama ini aku sengaja tidak memublikasikan di hadapan publik karena aku belum ingin. Tapi suatu saat di waktunya yang tepat, pasti aku akan memublikasikan hubunganku dengan kekasihku di hadapan publik." Damian langsung memotong ucapan Jennisa penuh ketegasan.
Seketika tubuh Jennisa menegang mendengar apa yang dikatakan oleh Damian. Tatapan wanita itu berubah menjadi tatapan rapuh patah hati. "K-kau sudah memiliki kekasih?"
Damian mengangguk. "Ya, aku sudah memiliki kekasih."
Mata Jennisa nyaris meneteskan air mata setelah mengetahui kenyataan di mana Damian ternyata memiliki seorang kekasih. "S-siapa kekasihmu, Damian? K-kenapa kau tidak menceritakan padaku?"
"Kau akan tahu nanti, Jennisa. Aku tidak bisa memberitahumu sekarang," balas Damian dengan sorot mata lurus ke depan.
Jennisa tak mampu berkata-kata. Hanya saja air mata wanita sudah tak lagi bisa tertahan. Detik itu juga dia turun dari mobil, berlari masuk ke dalam gedung apartemennya. Sementara Damian masih bergeming, menatap Jennisa yang sudah berlari masuk ke dalam lobby apartemen.
***
Saat pagi menyapa, Kimberly sudah rapi dengan dress formal kantor berwarna navy. Rambut diikat kuda, menunjukkan jelas leher jenjang dan indah miliknya. Tak lupa heels tinggi yang senada dengan warna dress Kimberly. Dia duduk di sofa kamar bersama dengan Fargo sambil menikmati sarapan mereka. Pagi ini, Kimberly yang meminta sarapan diantar ke kamar.
"Kim, hari ini Pamanku akan menemuimum kan?" tanya Fargo seraya menikmati sarapannya.
"Iya, aku ingin membahas tentang project kerja sama dengannya," jawab Kimberly datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian & Kimberly
RomanceSebelum baca cerita ini, follow dulu akun ini dan follow instagram: abigailkusuma8 Warning 21+ (Mature content) *** Pernikahan layaknya princess di negeri dongeng adalah impian Kimberly Davies. Akan tetapi, siapa sangka semua impiannya hancur kala...