Bab 42. Meet Gilda Olaf

128 8 0
                                    

"Kim, aku harus berangkat duluan. Aku tidak bisa sarapan denganmu. Nanti aku akan sarapan di kantor. Hari ini aku memiliki meeting pagi." Fargo berucap seraya memakai dasi di lehernya. Tampak pria itu begitu sibuk di pagi hari, bahkan sampai dia tak bisa untuk sarapan di rumah.

"Aku juga sarapan di luar saja. Kebetulan pagi ini aku memiliki meeting dengan salah satu client-ku dari Dubai. Nanti malam kau pulang jam berapa, Fargo?" tanya Kimberly sambil berias.

"Tidak tahu, Kim. Belakangan ini aku sangat sibuk dengan pekerjaanku. Yang pasti aku akan pulang terlambat," jawab Fargo seraya mengambil kunci mobil yang ada di atas meja. "Ya sudah, aku harus berangkat duluan. Kau hati-hati di jalan."

"Kau juga hati-hati di jalan," balas Kimberly dengan senyuman samar di wajahnya. Dia tak mau berdebat dengan Fargo. Wanita itu lebih memilih membebaskan Fargo. Kalaupun Fargo sekarang sibuk, maka Kimberly tak akan lagi seperti dulu yang suka mengomel. Sekarang Fargo pulang jam berapa pun tak pernah dia pusingkan.

Fargo mengangguk singkat. Lantas, pria tampan itu melangkah meninggalkan Kimberly yang masih bergeming di tempatnya. Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Kimberly menoleh pada ponselnya yang terletak di atas meja rias—dan mengambil ponselnya itu serta melihat ke layar—seketika senyum di wajahnya begitu merekah indah melihat nama Damian terpampang di layar ponselnya. Tanpa menunggu, dia langsung menggeser tombol hijau dan menjawab panggilan itu.

"Halo, Damian?" jawab Kimberly kala panggilan terhubung.

"Kau di mana, Kim?" tanya Damian dari seberang sana.

"Aku masih di rumah. Sebentar lagi aku akan berangkat. Pagi ini aku memiliki meeting penting dengan client-ku dari Dubai."

"Kau meeting di mana?"

"Di The Ritz Carlton hotel, Damian."

"Jam berapa kau pulang?"

"Hm, aku belum tahu tapi mungkin sekitar jam saty siang."

"Oke, aku akan menjemputmu. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

"Wait, aku bawa mobil, Damian."

"Kalau begitu kau di sana diantar sopir saja. Nanti kau pulang akan aku jemput."

Kimberly mendesah pelan. "Kau ingin mengajakku ke mana?"

"Kau akan tau nanti, Kim. Ya sudah, aku tutup dulu. Aku sedang di jalan arah kantor."

"Baiklah, take care."

Panggilan tertutup. Kimberly memasukan ponselnya ke dalam tas. Lantas, wanita itu segera bangkit berdiri—melangkah keluar dari kamar menuju mobil yang telah disiapkan. Awalnya, Kimberly ingin menyetir sendiri, tapi karena nanti Damian akan menjemputnya, maka dia akhirnya terpaksa meminta sopir untuk mengantarnya.

***

Waktu menunjukkan pukul 12 siang. Kimberly duduk di sebuah restoran mewah yang ada di hotel makan siang bersama dengan client-nya sekaligus membahas beberapa kerja sama. Wanita itu begitu professional dalam membahas project kerja sama. Bahkan tak sesekali, Kimberly memberikan nasihat yang paling tepat.

"Nyonya Kimberly, apa menurutku project kita di Jepang akan berkembang begitu pesat," ujar Adiva—rekan bisnis Kimberly.

"I hope so. Project ini sudah kita atur dari tahun lalu. Dan tahun ini adalah pelaksanaanya. Semoga apa yang kira harapkan menjadi kenyataan," jawab Kimberly dengan senyuman samar di wajahnya.

Adiva menganggukkan kepalanya. "Baiklah, kalau begitu aku rasa meeting cukup sampai di sini, Nyonya. Apa ada hal yang ingin Anda tanyakan?"

"Nope, aku rasa semua sudah sangat jelas. Jika ada yang ingin aku tanyakan ke depannya, aku akan meminta asistenku menghubungi asistenmu," jawab Kimberly anggun.

Damian & KimberlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang