Bab 115. Deston's Threat

83 8 0
                                    

Damian menatap hangat Kimberly yang tertidur pulas setelah minum obat. Dokter masih belum mengizinkan Kimberly untuk pulang. Namun, meski demikian dokter mengatakan kondisi Kimberly baik-baik saja. Begitu pun dengan kandungan Kimberly yang sehat dan kuat. Walau tak dipungkiri rasa sedikit cemas masih tetap ada. Hal itu kenapa Damian masih belum beranjak pergi dari ruang rawat Kimberly.Tangan kokoh Damian membelai pipi Kimberly lembut. Mengecupi seluruh wajah sang kekasih. Hatinya tenang kala merasakan embusan napas halus Kimberly menerpa punggung tangannya. Sejak tadi yang Damian lakukan terus mengecupi wajah Kimberly dan memeriksa napas Kimberly. Dalam hidup, ini pertama kali Damian merasakan ketakutan. Melihat dengan mata kepalanya sendiri mobil yang membawa Kimberly jatuh ke jurang, membuat jantung Damian nyaris berhenti berdetak. Entah, dia tak bisa memikirkan bagaimana dirinya, jika tanpa Kimberly. Kimberly bukan cinta pertamanya, tapi Damian tak mengerti kenapa dirinya takut kehilangan Kimberly lebih dari apa pun. Selama ini dia tak pernah setakut ini. Dulu di kala dirinya berhubungan dengan Keiza, dia tak pernah merasakan takut luar biasa. Padahal kala itu Damian pun mencintai Keiza. Akan tetapi nyatanya, hati Damian berkata bahwa Kimberly adalah sosok wanita yang selama ini menjadi pelengkapnya. Sosok yang mampu menjadi penawar racun bagi Damian. Sosok yang memberikan dirinya sebuah harapan baru. Bersama dengan Kimberly, Damian merasakan dirinya benar-benar seperti utuh. "Tuan, maaf mengganggu Anda." Freddy melangkah mendekat pada Damian. Damian yang melihat Freddy datang segera menggerakan kepalanya, memberi isyarat agar Freddy menunggu di luar. Pun Freddy mematuhi apa yang diminta oleh tuannya. Damian sengaja meminta Freddy menunggu di luar, karena dia tak mau sampai Kimberly terbangun. Kekasihnya itu sedang tidur terlelap. Damian mengecup bibir Kimberly penuh kelembutan. Lantas, dia bangkit berdiri, melangkah meninggalkan ruang rawat. Sebelum pergi, Damian meminta perawat untuk menjaga Kimberly. Pria tampan itu tak tenang Kimberly sendirian di dalam. "Ada apa, Freddy?" tanya Damian kala dirinya sudah tiba di depan ruang rawat Kimberly, dan menatap lekat Freddy yang ada di hadapannya. "Tuan, ada beberapa hal yang ingin saya laporkan pada Anda," jawab Freddy sopan, dan tersirat sangat serius seperti tak bisa ditunda-tunda. Damian mengangguk singkat. "Katakan, apa yang ingin kau laporkan padaku?" "Saya baru mendapatkan informasi dari Alfie, asisten Nyonya Keiza. Beliau mengatakan Nyonya Keiza tiga hari lagi akan kembali ke Athena, tapi sebelum kembali, Nyonya Keiza ingin bertemu Anda dan Nyonya Kimberly secara langsung. Apa Anda keberatan, Tuan?" tanya Freddy hati-hati. Damian mengembuskan napas panjang mendengar perkataan Freddy. Pria tampan itu masih belum menunjukkan respon apa pun. Sepasang iris mata cokelat gelapnya tampak memikirkan semua ini. Di sisi lain, Damian tak ingin Keiza datang. Pasalnya Damian tidak mau membuat Kimberly salah paham dan takut berujung pada kecemburuan, tapi di sisi lainnya lagi, Damian memiliki sedikit rasa iba pada Keiza. Selama ini memang Damian tak pernah membenci Keiza sekalipun cara perpisahannya dengan Keiza terbilang tak baik. "Besok Keiza bisa datang. Aku dan Kimberly akan menemuinya," jawab Damian dingin, dan tegas. Freddy mengangguk sopan. "Baik, Tuan. Saya akan segera menyampaikan pada Alfie." "Apa lagi yang ingin kau sampaikan?" tanya Damian datar. "Ini tentang Nona Gilda Olaf, Tuan. Beliau selamat, karena Tuan Fargo berhasil menemukan beliau. Tapi, kondisi Nona Gilda cukup parah," jawab Freddy lagi. Kening Damian mengerut dalam. "Cukup parah bagaimana maksudmu?" "Tubuh Nona Gilda terlempar keluar mobil. Matanya terkena pecahan beling. Dokter sudah melakukan tindak operasi, tapi dokter tidak bisa menyelamatkan mata Nona Gilda. Luka yang dialami cukup parah sampai membuatnya kehilangan penglihatan, Tuan," ujar Freddy melaporkan dan langsung membuat Damian terdiam. Damian terdiam sebentar mendengar laporan tentang keadaan Gilda. "Aku mengerti. Kau boleh pergi sekarang. Selesaikan pekerjaanmu yang lain." "Baik, Tuan, saya permisi." Freddy menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri. Damian berbalik, dan hendak masuk kembali ke dalam ruang rawat Kimberly. Namun, langkah pria itu terhenti kala merasakan kehadiran seseorang. Detik itu juga, Damian mengalihkan pandangannya—menatap pada orang yang datang. Seketika sorot mata Damian berubah dingin dan tajam melihat Fargo ada di hadapannya. "Kenapa kau ke sini?" Damian menatap Fargo dengan tatapan tak ramah. "Aku dengar Kimberly dan kandungannya baik-baik saja." Fargo melangkah mendekat pada Damian. "Apa sekarang Kimberly sudah siuman?" tanyanya ingin tahu keadaan Kimberly. "Kondisi Kimberly dan kandungannya baik-baik saja. Kau tidak usah mencemaskannya," jawab Damian dingin. Fargo mengangguk-anggukkan kepalanya. "Apa yang kau lakukan tadi sangat hebat. Aku terjun dari ketinggian tebing tinggi, membutuhkan waktu untuk berpikir dua kali. Tapi kau tidak, kau bahkan tidak peduli sama sekali dengan nyawamu. Kau mampu menyalip truck, padahal sedikit lagi mobilmu bisa terlindas truck besar. Aku baru pertama kali melihat seseorang pria menyelamatkan wanitanya tanpa memikirkan nyawanya sendiri. Jujur, aku panik. Aku berusaha menolong Kimberly, tapi aku masih tetap memiliki ketakutan salah dalam bertindak. Sementara kau tidak. Sekarang aku tahu alasan kenapa Kimberly jatuh cinta padamu." Damian terdiam mendengar apa yang dikatakan Fargo. "Suatu saat, ketika kau menemukan wanita yang sangat berarti untukmu, wanita yang mampu mengubah segala pola pikir kerasmu, wanita yang membuatmu memiliki alasan hidup di dunia ini, percayalah, kau akan melakukan hal yang sama sepertiku. Aku melihat Kimberly berada di ambang maut, aku pasti akan selalu tetap berjuang menyelamatkannya. Tidak peduli bahaya apa yang ada di depanku." Fargo tak langsung menjawab ucapan Damian, tatapan pria itu menatap lekat paman tirinya. "Aku pernah memiliki Kimberly, tapi aku telah mengabaikannya. Sekarang meski Kimberly masih berstatus istriku, tapi dia bukan lagi milikku." Hening. Tempat di sana menjadi hening di kala Fargo diam. Hanya ada tatapan mata Damian dan Fargo yang saling menatap satu sama lain. Tatapan yang menunjukkan jelas banyaknya masalah di sana. Tampak sesekali Fargo mengembuskan napas panjang, dan seperti berpikir keras. "Paman, aku menyerah. Aku menyerah untuk memperjuangkan Kimberly. Aku sadar kau memang yang paling pantas menjaga Kimberly. Jika Kimberly bersama denganku, dia hanya akan mendapatkan luka. Aku menyukai Kimberly, tapi aku takut rasa sukaku ini tetap masih akan melukai Kimberly. Kimberly terlalu sempurna untuk aku lukai. Tolong jaga dia. Lindungi dia. Besok aku akan menemui Kimberly lagi. Terima kasih kau telah mengajarkanku dari menjaga sesuatu yang paling berharga di hidup kita," ucap Fargo sungguh-sungguh—dan sukses membuat Damian tetap terdiam. Damian dibuat membisu mendengar kata-kata Fargo. Sepasang iris mata cokelat gelap Damian menatap lekat Fargo. "Tanpa kau minta, aku pasti akan menjaga dan melindungi Kimberly." Fargo tersenyum samar pada sang paman. Pria itu menepuk-nepuk bahu pamannya. Detik selanjutnya, dia melangkah pergi meninggalkan Damian yang masih bergeming di tempatnya. Merelakan adalah cara Fargo melihat Kimberly bahagia. Walau Fargo sangat sesak, tapi dia memilih untuk merelakan Kimberly. "Kenapa sampai kau memiliki perasaan sedalam ini pada Kimberly, Damian?" Suara Deston berseru, melangkah menghampiri Damian. Tanpa sengaja, pria paruh baya itu mendengar percakapan Damian dan Fargo. Sebuah percakapan yang tak pernah dia sangka. Deston pikir, Fargo akan terus berjuang mendapatkan Kimberly, tapi ternyata apa yang Deston pikirkan salah. Damian menatap dingin ayahnya yang mendekat padanya. "Apa menurutmu aku hanya main-main dengan Kimberly?" Alih-alih menjawab, malah dia membalikan ucapan sang ayah. "kau dan Kimberly adalah tidak mungkin. Kenapa kau masih nekat, Damian? Selama ini aku tidak pernah melarangmu dekat dengan wanita mana pun. Kau bebas memilih wanita yang kau suka, tapi tidak dengan Kimberly. Kau benar-benar sudah gila, Damian," ucap Deston dengan nada geraman tersirat ancaman. Damian melangkahkan kakinya, mendekat pada sang ayah, dan terus memberikan tatapan dingin pada sang ayah. "Kau yang mengatakan aku dan Kimberly tidak mungkin. Jadi, itu sama sekali tidak memiliki pengaruh apa pun. Dalam sebuah hubungan, pria dan wanita yang berjuang agar tetap bisa bersatu. Sementara pihak luar hanya sebagai pendukung dan tidak memiliki pengaruh apa pun dalam sebuah hubungan." Deston menggeram menahan emosi. "Damian Darrel. Kau jangan lupa kau menggunakan nama keluargamu. Kau bisa sehebat sekarang, karena keluargamu. Aku tidak pernah melarangmu memilih wanita, kan? Kenapa kau masih nekat dan keras kepala memilih Kimberly? Padahal di dunia ini banyak wanita cantik dan belum pernah sama sekali menikah bisa kau dapatkan!" Damian tersenyum samar. "Aku tidak pernah meminta menggunakan nama Darrel di belakang namaku. Kau sendiri yang sejak aku kecil menyematkan nama itu. Satu hal yang harus kau tahu, aku tidak pernah menginginkan wanita mana pun. Yang aku inginkan hanya Kimberly." Tangan Deston mengepal kuat. "Kau jangan main-main denganku, Damian. Aku masih memegang saham tertinggi di Darrel Group. Meski aku sudah menyerahkan kursi kepemimpinan padamu, tetap saja kau tidak bisa membantahku. Jika kau sampai berani tetap meneruskan hubungan dengan Kimberly, aku bisa saja membuatmu kehilangan segalanya." Senyuman samar di wajah Damian terlukis mendengar ancaman sang ayah. Ancaman yang sudah Damian duga kalau sampai dirinya melawan keinginan sang ayah, tapi siapa peduli? Damian sama sekali tak memusingkan tentang harta. Sebab pria tampan itu tahu bagaimana mencari solusi. Dia bukan pria bodoh yang hanya diam ketika bahaya menghampiri. "Tiga puluh persen saham Darrel Group masih atas namaku. Harta peninggalan mendiang ibuku juga sudah atas namaku. Meski harta ibuku tidak sebanyak hartamu, tapi aku tetap bisa mampu bertahan. Aku tidak bodoh. Pendidikan yang aku miliki pasti akan mampu mengembangkan perusahaan. Ancamanmu sama sekali tidak berguna. Aku tidak akan pernah melepas Kimberly hanya karena aku tidak ingin kehilangan hartamu. Dad, aku menghargai dan menghormatimu sebagai ayahku, jadi jangan rusak itu. Aku harus masuk ke dalam. Aku tidak bisa meninggalkan Kimberly terlalu lama." Damian menutup pembicaraan itu dengan nada lantang, tegas, dan matang. Detik selanjutnya, pria itu melangkah masuk ke dalam ruang rawat Kimberly—meninggalkan Deston yang masih bergeming di tempatnya. Kilat mata Deston menatap tajam punggung Damian yang mulai lenyap dari pandangannya. Aura kemarahan dari pria paruh baya itu begitu terlihat jelas. Semua kata-kata Damian masih terus terngiang di benak Deston, melembur menjadi satu seperti ingin membuat sebuah rencana. Geraman emosi tertahan membuat Deston seakan ingin meledak, tapi sayangnya dia harus menahan emosi dalam dirinya. ***

Holla, novel ini bakalan ada versi cetak yaaaa. Kemungkinan besar novel ini bakalan hampir 1.000 halaman, karena ceritanya nanti akan lengkap versi satu sebelum nikah, dan versi dua sesudah menikah :) 

Kapan cetaknya? 

Perkiraan bulan desember. Kalian masih bisa nabung buat meluk buku fisik Damian dan Kimberly :) 

Damian & KimberlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang