"What? Jadi besok kau dan paman tiri suamimu akan ke Chicago? Berdua saja? Maksudku tidak ada asisten kalian yang menemani?" Carol tampak terkejut kala Kimberly mengatakan akan pergi ke Chicago berdua dengan Damian.
Kimberly menghela napas kasar. "Aku ke Chicago bersama dengan paman tiri suamiku, karena perusahaan ayahku bekerja sama dengan perusahaan Paman Damian. Aku tidak tahu Paman Damian akan membawa asisten atau tidak. Aku sendiri tidak membawa assitenku, karena Brisa mengurus perusahaanku di sini. Kau juga tidak apa-apa, kan aku tinggal sebentar? Aku hanya sekitar empat atau lima hari di Chicago. Tidak akan lama. Jika kau kewalahan mengurus perusahaan baru kita, kau bisa meminta bantuan Brisa. Nanti pasti Brisa akan membantumu."
Carol mengambil cangkir teh yang ada di atas meja, dan disesapnya perlahan. "Aku bisa menangani perusahaan baru kita. Kau tidak usah khawatir, Kim. Tapi yang aku bingung sejak kapan perusahaan ayahmu bekerja sama dengan perusahaan paman tiri suamimu itu? Kenapa kau tidak bercerita padaku?"
Kimberly menyandarkan punggungnya di sofa. Memejamkan mata singkat seraya memijat pelan pelipisnya. "Perusahaan ayahku baru bekerja sama dengan perusahaan Paman Damian. Aku belum bercerita karena belakangan ini kepalaku pusing dengan banyaknya pekerjaan di perusahaanku yang tertunda. Mood-ku belakangan ini sering kacau."
"Tapi kau sudah bilang pada Fargo kan?"
"Sudah, aku sudah bilang pada Fargo."
"Good, paling tidak suamimu tahu apa saja kegiatanmu. Dalam rumah tangga keterbukaan itu sangat penting. Meski aku belum menikah sekalipun, tapi hampir semua orang-orang yang ada di sekelilingku sudah menikah. Jadi aku sering sekali mendengar curahan hati mereka."
Kimberly hanya diam kala mendengar ucapan Carol. Selama ini dia selalu memberi tahu pada Fargo apa saja aktivitas-nya di kantor. Namun, tidak dengan Fargo. Suaminya itu hanya mengatakan sibuk dan sibuk. Tidak pernah memberi tahu secara detail apa kesibukan suaminya itu. Jika Kimberly mendesak Fargo, maka yang terjadi hanyalah keributan.
"Anyway, Kim. Aku ingin bertanya sesuatu padamu."
"Kau ingin tanya apa?"
"Hm, aku masih penasaran hubungan Damian dan Jennisa. Apa mereka itu sepasang kekasih? Aku terakhir mencari tahu tentang Damian Darrel di internet, tidak ada satupun situs yang memberitahukan tentang Damian Darrel memiliki kekasih."
Kimberly mendecak pelan kala Carol malah menanyakan hubungan Damian dan Jennisa. Astaga! Mendengar itu saja membuatnya tiba-tiba menjadi kesal. Entah kenapa mood Kimberly semakin buruk saat Carol menanyakan hubungan Damian dan Jennisa.
"Aku tidak tahu, Carol. Tidak usah membahas apa yang bukan urusan kita," ketus Kimberly.
"Aku hanya bertanya, Kim. Jika saja Damian single siapa tahu dia mau denganku. Aku kan juga masih single, Kim. Lagi pula, memiliki suami seperti Damian adalah impian setiap wanita, bukan? Tampan, kaya, matang, ah satu lagi tubuhnya gagah dan jantan, Kim. Setiap kali aku melihat, Damian, imajinasi liarku terus berkhayal." Carol berucap dengan senyuman di wajahnya.
"Ck! Kau gila! Sudah lebih baik kau pulang. Aku sedang tidak ingin diganggu siapapun." Kimberly menatap dingin dan tajam Carol.
"Baiklah, aku pulang. Jangan lupa bawakan aku oleh-oleh dari Chicago." Carol bangkit berdiri, dan melenggangkan kakinya meninggalkan Kimberly.
Raut wajah Kimberly masih kesal ketika Carol sudah pergi. Emosi Kimberly selalu saja terpancing kala ada yang membahas tentang 'Damian'. Dia berusaha mengabaikan perasaannya. Dia mengambil remot televisi dan memilih untuk menonton salah satu channel televisi. Mungkin ada drama romantis yang membuat mood-nya jauh lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian & Kimberly
RomanceSebelum baca cerita ini, follow dulu akun ini dan follow instagram: abigailkusuma8 Warning 21+ (Mature content) *** Pernikahan layaknya princess di negeri dongeng adalah impian Kimberly Davies. Akan tetapi, siapa sangka semua impiannya hancur kala...