Bab 114. The Savior

67 5 0
                                    

"Kau sudah gila, Gilda! Kau mau membawaku ke mana?!" bentak Kimberly keras, dan kuat seraya menatap Gilda yang melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Sorot mata Kimberly menatap penuh amarah Gilda yang berani menculiknya. Andai saja tadi Gilda tak menodongkan pisau ke pinggangnya, maka tak mungkin dia ikut dengannya."Kau yang menghasut Damian untuk menghancurkan karirku, kan?" Gilda menginjak pedal gas kuat-kuat. Benak Gilda bekerja pasti Kimberly turut andil membujuk Damian dalam menghancurkan karirnya. "Menghancurkan karirmu? Apa maksud ucapanmu?" Kening Kimberly mengerut dalam, menatap bingung Gilda. "Kau jangan berbohong, Kimberly! Aku tahu kau yang membujuk Damian untuk menghancurkanku! Kau benar-benar licik, Kimberly! Kau memperalat Damian yang memiliki kekuasaan agar bisa menghancurkanku!" seru Gilda dengan nada tinggi, dan penuh kebencian. "Kau sudah kehilangan akal sehatmu, Gilda! Apa alasan aku membujuk Damian demi bisa menghancurkanmu?!" Kimberly membalikkan ucapan gila dan tak masuk akal yang lolos dari bibir Gilda. "Shit! Beraninya kau masih berbohong! Dua hari lalu Damian mendatangiku! Dia sudah tahu aku yang menyebarkan fotomu dan fotonya ke media! Damian juga mengancamku! Tapi hari ini aku sudah mendapatkan informasi beberapa perusahaan memutuskan kontrak kerja secara sepihak karena Damian mengancam mereka! Aku yakin kau pelaku yang membujuk Damian, kan?!" sembur Gilda emosi. Seketika raut wajah Kimberly berubah mendengar apa yang dikatakan oleh Gilda. Sepasang iris mata hazel Kimberly terhunus begitu tajam dan memendung amarah. Tak Kimberly sangka Gilda yang menyebarkan fotonya dan foto Damian ke media. Aura wajahnya berubah menyeramkan, dan penuh kebencian. "Jadi kau yang menyebarkan fotoku dan Damian ke media?" Pancaran mata Kimberly menatap Gilda penuh kemarahan. "Ya, aku yang menyebarkannya! Aku ingin memberi tahu pada media, kau tidak sebaik yang mereka pikir. Kau selalu menghinaku pelacur, lihatlah kau sendiri pelacur, Kim! Kau memalukan! Tidak bisa mendapatkan hati Fargo, malah beralih pada paman suamimu sendiri!" sentak Gilda meluapkan amarahnya. Kimberly menggeram penuh amarah. "Jangan samakan aku denganmu, Gilda. Kau tahu status Fargo sudah memiliki istri! Tapi kau malah tetap menjalin hubungan dengannya! Damian adalah pria lajang! Aku tidak sama denganmu! Dan kau terlalu lancang menyebarkan fotoku dan foto Damian! Sekarang kau rasakan sendiri akibatnya! Tanpa aku meminta, kekasihku sudah tahu apa yang harus dia lakukan! Harusnya kau bersyukur, kekasihku hanya menghancurkan karirmu! Tidak dengan hidupmu!" Emosi Gilda kian tersulut mendengar ucapan Kimberly. "Berengsek kau, Kimberly! Aku bersumpah akan mengirimmu ke neraka!" Gilda menarik kasar rambut Kimberly keras. Refleks, Kimberly membalas menarik rambut Gilda. Kedua wanita itu bertarung di dalam mobil yang berjalan. Mereka berdua tak memedulikan akan bahaya yang telah mereka lakukan. Tiba-tiba melaju kencang sebuah truck besar dari arah depan. Sontak, Gilda yang kehilangan kendali banting setir ke kanan, tapi sayangnya Gilda tak bisa mengendalikan laju mobilnya. Kimberly panik ketika mobil Gilda terarah ke jurang. Dengan cepat, Kimberly mencoba mengambil alih mobil, tapi semua terlambat kala mobil tak bisa dihentikan. "Ahhggg—" Suara jeritan Kimberly dan Gilda kala mobil mereka masuk ke dalam jurang. Di sisi lain, Damian mengejar mobil Gilda yang membawa Kimberly. Beruntung Freddy dengan sigap mengirimkan CCTV jalanan padanya. Andai saja tak ada CCTV, sudah pasti Damian nyaris gila mencari keberadaan mobil Gilda yang membawa Kimberly. Pria tampan itu tak hanya sendiri saja, di belakang mobil Damian ada mobil Fargo dan mobil Freddy. Saat jalanan curam, sebuah truck melintas di depan Damian, pria tampan itu langsung menginjak pedal gas melewati samping truck—yang memiliki sedikit sela untuk mobil sport Damian. Gesekan di pinggir jalan menyentuh badan mobil Damian, menimbulkan percikan api tak dipedulikan oleh Damian. Yang ada di dalam benaknya saat ini adalah menyelamatkan Kimberly yang ada di tangan Gilda. Namun, di kala Damian berhasil melewati truck, tatapannya terkejut melihat mobil Gilda terjun ke jurang. Dengan raut wajah panik, Damian menepikan mobilnya sembarangan, melompat turun dari mobil bersamaan dengan mobil Gilda yang sudah terjun bebas. Seketika tubuh Damian menegang melihat mobil Gilda terjun bebas. Raut wajah pucat pasi ketakutan. Tanpa pikir panjang, Damian membuka kancing jasnya, melepar jasnya sembarangan. Akan tetapi ... "Tuan! Jangan ini bahaya! Biar polisi yang akan mengangkat mobil itu, Tuan." Freddy yang sudah tiba segera menahan lengan Damian, mencegah tuannya melakukan tindakan nekat. Pun Fargo yang melihat mobil Gilda terjun bebas ke jurang langsung terkejut sekaligus panik. "Sialan! Aku tidak mungkin menunggu saat Kimberly dalam bahaya!" Damian menghentakan tangan Freddy yang menyentuh lengannya. Detik berikutnya, dia langsung terjun ke jurang—hingga membuat semua orang di sana menganga terkejut melihat keberanian Damian. Fargo tampak sangat gelisah, tapi dia takut akan terjadi sesuatu pada Kimberly. Tanpa menunggu lama, dia akhirnya meelepas jas, dan ikut terjun bebas dari tebing. Byurrr Damian berenang cepat seraya berusaha menemukan mobil Gilda. Mata pria itu menyipit akibat perihnya air laut menyentuh kornea matanya. Tatapan Damian teralih pada mobil yang terjatuh. Dengan lebih cepat, Damian menuju mobil itu. 'Kim?' Damian panik melihat Kimberly terjebak di dalam mobil dalam keadaan pingsan. Dia tak menemukan keberadaan Gilda. Yang dia fokuskan adalah kekasihnya. Dia sama sekali tak peduli dengan keadaan Gilda. Damian meninju kaca mobil agar pecah, tapi sayangnya tekanan air tak bisa membuat kaca mobil pecah. Dia melihat ada ranting besar, dia segera mengambil ranting itu memaksa pintu agar terbuka. Pintu berhasil terbuka. Damian meraih tubuh Kimberly, membawa tubuh sang kekasih ke tepi. Fargo yang ada di sana akhirnya memutuskan menyelamatkan Gilda, karena Kimberly sekarang sudah bersama dengan Damian. Saat Damian sudah membaringkan tubuh Kimberly ke tepi pantai, pria itu langsung melakukan tindakan CPR. Namun, sayangnya tak ada reaksi dari Kimberly. Damian menjadi panik, tapi dia tetap berusaha tenang. Yang dia lakukan sekarang adalah memberikan napas buatan untuk Kimberly. "Kim, open your eyes!" Damian terus melakukan tindakan CPR bergantian dengan napas buatan. Uhugggg ... uhuggg ... Kimberly terbatuk-batuk seraya mengeluarkan air dari hidung dan mulutnya. Damian memeluk kekasihnya itu, dan memberikan kecupan di kening sang kekasih. "Kim, kau membuatku takut!" Damian lega melihat Kimberly membuka mata. "Damian, anak kita." Kimberly takut terjadi sesuatu pada anak yang ada di kandungannya. "Kita ke rumah sakit sekarang." Damian menggendong Kimberly gaya bridal, membawa kekasihnya itu meninggalkan tempat itu. Tubuh Kimberly lemah tak berdaya. Wanita itu membenamkan kepalanya ke leher Damian seraya mengatur napas, akibat terlalu sesak meminum banyak air. ***Damian menatap cemas dan penuh kepanikan pada dokter yang sedang memeriksa kondisi Kimberly. Meskipun Kimberly tak mengalami pendarahan, tapi tetap saja Damian begitu takut hal buruk menimpa sang kekasih. Damian tak tahu bagaimana kondisi Gilda saat ini. Yang Damian pikirkan adalah Kimberly dan kandungannya. Persetan dengan keadaan Gilda. Kalaupun Gilda mati, itu bukanlah urusan Damian. Saat sang dokter sudah selesai memeriksa Kimberly, buru-buru Damian menghampiri sang dokter dengan raut wajah panik dan ketakutan yang melanda. "Bagaimana keadaan Kimberly?" tanya Damian cepat pada sang dokter. "Tuan, Anda tidak usah khawatir. Kandungan Nyonya Kimberly baik-baik saja. Nyonya Kimberly juga baik-baik saja. Anda tepat waktu membawa Nyonya Kimberly ke rumah sakit," jawab sang dokter sopan memberi tahu. Damian bernapas lega mendengar sang dokter yang mengatakan Kimberly dan kandungannya baik-baik saja. Jika sampai terjadi sesuatu pada sang kekasih, pasti Damian benar-benar menyesali semuanya. "Thanks," ucap Damian pada sang dokter. "Dengan senang hati, Tuan. Kalau begitu saya permisi." Dokter itu pamit undur diri dari hadapan Damian.Damian melangkah mendekat ke ranjang, lalu duduk di tepi ranjang, menatap wajah Kimberly yang begitu pucat. Tangan kokoh pria itu membelai pipi dan juga perut Kimberly. Rasa takut dan khawatir Damian lenyap mendengar Kimberly dan kandungannya baik-baik saja. Sayup-sayup mata Kimberly mulai terbuka. Saat matanya sudah menangkap cahaya putih serta aroma khas rumah sakit, dia langsung menyadari dirinya berada di rumah sakit. Detik selanjutnya, tatapan Kimberly teralih pada Damian yang duduk di hadapannya. "Damian?" Kimberly tersenyum menatap Damian. "Kau membuatku takut, Kim." Damian membelai pipi Kimberly lembut. Alis Kimberly menaut. Ingatannya langsung tergali akan kejadian yang dia alami. Kejadian di mana Gilda menculiknya, dan berakhir dengan mobil yang dilajukan Gilda terjun ke jurang. "Damian, anak kita baik-baik saja, kan?" tanya Kimberly panik. Damian membaringkan tubuhnya di samping Kimberly, mengecupi lembut pipi sang kekasih, lalu membawa tangannya ke perut Kimberly. "Anak kita baik-baik saja, Kim. Jangan khawatir. Dia anak yang kuat." Kimberly mendesah lega mendengar anaknya baik-baik saja. Dia bersyukur anak yang ada di kandunganya adalah anak yang kuat. Jika saja terjadi sesuatu, dia pasti akan merutuki kebodohannya yang tak bisa menjaga dengan baik anaknya. "Damian," panggil Kimberly pelan. "Hm?" Damian mengecup bibir Kimberly singkat. "Bagaimana keadaan Gilda?" tanya Kimberly ingin tahu. "Kau masih memikirkannya setelah dia hampir membunuhmu, Kim?" Sebelah alis Damian terangkat. Kimberly membelai rahang Damian. "Sebagai manusia biasa, aku juga memiliki rasa kasihan. Dia marah, karena karirnya kau hancurkan. Dia menuduhku yang membujukmu untuk merusak karirnya." Damian berdecak seraya mengumpat dalam hati. Rupanya Gilda dendam karena dirinya merusak karir wanita itu. "Gilda yang menyebarkan foto kita ke media. Aku hanya memberikan sedikit pelajaran untuknya." Kimberly membenamkan wajahnya di dada bidang Damian. "Iya, dia sudah mengakui semuanya padaku. Tapi, jujur tadi aku pikir, aku tidak akan selamat, Damian. Aku pikir aku tidak akan lagi melihatmu." "Bodoh." Damian menarik dagu Kimberly, mencium dan melumat bibir sang kekasih. "Kau harus selamat. Aku tidak mau tahu bagaimana caranya, tapi kau harus selamat." Kimberly tersenyum hangat merespon ucapan Damian. Senyuman tulus dan memancarkan cinta yang begitu dalam. ***Fargo duduk di depan ruang operasi menunggu Gilda. Kondisi Gilda cukup parah. Dia menemukan Gilda sudah keluar dari mobil. Wajah Gilda mengalami luka-luka dan tadi Fargo melihat kedua mata Gilda terkena pecahan beling. Dokter meminta Fargo menandatangani surat pernyataan tindak operasi. Tak ada pilihan lain, Fargo menandatangani surat itu. Pasalnya, pria itu tak mungkin menunggu sampai Ernest dan Maisie datang. Terakhir dokter berkata, kalau terlambat di operasi akan berakibatkan fatal untuk keselamatan Gilda. "Putriku!" Maisie berjalan menelusuri koridor ditemani oleh Ernest. Di belakang Ernest ada Deston, Olsen, Fidelya, dan Rula. Semua orang sudah mendengar kalau Gilda dan Kimberly kecelaakan jatuh ke dalam jurang. Fargo bangkit berdiri kala melihat keluarganya dan keluarga Kimberly datang. "Fargo ada apa ini? Kenapa sampai Kimberly dan Gilda jatuh ke jurang?" tanya Ernest cepat. "Fargo jelaskan," titah Deston tegas. Fargo terdiam sebentar. "Gilda menculik Kimberly." "Apa?! Gilda menculik Kimberly?" Mata Ernest melebar terkejut. Fargo mengangguk. "Iya, tapi kau tidak usah khawatir. Aku dengar kondisi Kimberly baik-baik saja. Kandungannya juga selamat." Ernest lega mendengar putrinya baik-baik saja. Ingin sekali Ernest murka pada Gilda, tapi konsdisinya Gilda saja juga menjadi korban kecelakaan. Maisie terisak mendengar Gilda mencelakai Kimberly. "Bagaimana keadaan Gilda, Fargo?" "Gilda mengalami luka yang cukup parah. Matanya tertusuk beling. Dokter sudah mengambil tindakan operasi. Maaf aku tidak izin dulu padamu, Bibi. Aku terpaksa karena dokter mengatakan harus segera mengambil keputusan. Sekarang kita tunggu sampai dokter selesai," jawab Fargo sopan. "Ya Tuhan!" Tubuh Maisie nyaris tersungkur, tapi Ernest segera merengkuh tubuh Maisie. Koridor rumah sakit begitu mencekam. Deston, Olsen, Fidelya, dan Rula ada di sana, tapi mereka belum mengeluarkan suara. Tujuan mereka datang karena mereka mendengar Damian dan Fargo menyelamatkan Kimberly dan Gilda. Pintu ruang operasi terbuka. Refleks, semua orang di sana berjalan menghampiri sang dokter yang sudah berdiri di ambang pintu dan melepas masker di wajahnya. "Dokter, bagaimana keadaan putriku?!" seru Maisie bertanya dengan nada panik dan ketakutan. "Nyonya, putri Anda selamat, tapi—" "Tapi apa, Dok? Bicara yang benar! Jangan setengah-setengah!" seru Maisie dengan tatapan penuh harap pada sang dokter. Sang dokter terdiam beberapa saat. "Maaf, Nyonya. Pecahan beling yang mengenai mata Nona Gilda membuatnya harus mengalami penglihatannya.""T-tidak mungkin! Tidak mungkin, Dok!" Tubuh Maisie membeku mendengar ucapan sang dokter. Derai air matanya tak henti berlinang deras. Pun semua orang dibuat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh sang dokter. "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Nona Gilda butuh pendonor mata. Saya sudah daftarkan Nona Gilda Olaf untuk masuk ke dalam list yang harus mendapatkan donor mata," jawab sang dokter yang seketika itu juga membuat Maisie jatuh pingsan. Ernest yang ada di samping Maisie, dengan sigap menangkap tubuh sang istri. ***

Damian & KimberlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang