Bab 34. Will You Leave Me?

163 10 1
                                    

Sinar matahari menyinari bumi bersamaan dengan suara kicauan burung saling bersahutan. Cahaya matahari telah menyelinap masuk ke dalam sela-sela jendela, menyentuh wajah Kimberly, hingga membuat mata Kimberly bergerak-gerak dan mulai terbuka.

Kimberly menggeliat dan menguap ketika pagi sudah menyapa. Mata wanita itu menyipit, lalu mengendar ke sekitar melihat ke setiap sudut kamar. Saat mata Kimberly terbuka, betapa terkejut kala dirinya menyadari berada di sebuah kamar asing.

Kimberly menjadi sangat panik. Buru-buru, dia melihat ke tubuhnya—dan seketika embusan napas lega terdengar ketika dia melihat tubuhnya masih berpakaian lengkap. Dia kembali mengendarkan pandangannya ke setiap sudut kamar, dia merasa tak asing dengan aroma parfume maskulin yang memenuhi kamar itu.

Kimberly terdiam beberapa saat. Benaknya berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi, hingga membuat dirinya berada di kamar asing ini. Perlahan kepingan puzzle ingatan mulai tersusun di otak Kimberly. Ingatan di mana dirinya bertengkar dengan ayahnya hingga pergi ke klub malam demi melampiaskan amarahnya. Dia mengingat jelas tadi malam dia pergi ke klub malam itu sendiri. Namun, kenapa dirinya berada di kamar asing?

Tatapan Kimberly teralih pada bingkai foto yang ada di atas nakas. Dia mengambil bingkai foto itu dan melihatnya. Dia langsung terdiam melihat wajah Damian di sana. Ingatannya kembali mengingat tadi malam saat di klub malam, dirinya mendapatkan telepon dari Damian. Pun dia teringat saat Damian mengatakan akan menjemputnya. Meski mabuk, tapi masih ada beberapa kejadian yang dia ingat.

Kimberly menoleh sebentar melihat ke samping ranjang. Akan tetapi, sayangnya ranjang sudah kosong. Meski demikian, dia yakin pasti sepanjang malam Damian tidur di sampingnya. Pantas saja, dia merasa bangun pagi dari tidur yang begitu nyenyak. Ternyata memang karena ada Damian di sisinya.

Kimberly menyibak selimut, dia hendak turun dari ranjang, tapi dia mulai mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Senyuman di wajah Kimberly terlukis. Rupanya Damian sedang mandi. Dia bangkit berdiri seraya mengikat asal rambutnya.

Pintu kamar mandi terbuka. Refleks, Kimberly mengalihkan pandangannya ke arah pintu—seketika senyuman di wajah Kimberly kembali terlukis melihat Damian berdiri di ambang pintu kamar mandi. Pria itu begitu tampan dan gagah hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya. Tubuh Damian basah sangat seksi hingga membuat Kimberly tak henti tersenyum hangat.

"Kim, kau sudah bangun?" Damian menatap Kimberly.

Kimberly tak langsung menjawab ucapan Damian. Wanita itu mendekat dan memeluk erat Damian. Pun tentu Damian langsung membalas pelukan Kimberly seraya mencium puncak kepalanya lembut.

"Terima kasih sudah menjemputku, Damian. Maaf tadi malam aku mabuk. Padahal kau melarangku pergi ke klub malam sendirian," ucap Kimberly yang masih berada di dalam pelukan Damian.

Damian mengusap punggung Kimberly sambil berkata, "Lain kali kau harus menghubungiku apa pun masalahmu, Kim. Jangan pergi ke klub malam sendiri."

Kimberly mendongakkan kepalanya, menatap Damian. "Iya, lain kali aku akan menghubungimu, Damian. Kau tidak marah, kan?"

"Yang penting kau tidak mengulanginya lagi, Kim." Damian mengecup hidung Kimberly. "Kau mandilah. Aku akan meminta pelayan menyiapkan sarapan untuk kita."

Kimberly mengangguk patuh. Detik selanjutnya, dia melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Pun Damian melangkah menuju walk-in closet untuk mengganti pakaiannya. Sebelumnya, pria itu juga sudah meminta asistennya mengantarkan pakaian baru untuk Kimberly.

***

Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Kimberly sudah selesai mandi dan sudah mengganti pakaiannya dengan dress baru yang telah disiapkan oleh Damian untuknya. Dress berwarna merah muda lengan pendek membuat penampilannya sederhana, tapi tetap berkelas dan sangat cantik. Wajah Kimberly memang tak memakai riasan tebal, tapi tetap menunjukkan pesona yang memikat.

Damian & KimberlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang