Kimberly mendesah menahan kesal kala Damian tak kunjung datang. Padahal tadi kekasihnya itu mengatakan tak akan lama menemui Freddy, tapi kenapa malah pria itu belum juga datang? Bukan tak mau sabar, tapi dalam kondisi seperti ini, Kimberly ingin selalu ada di dekat Damian.
Pintu terbuka. Refleks, Kimberly mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Tampak raut wajah kesal di wajahnya lenyap tergantikan dengan senyuman hangat kala melihat Damian datang, dan mendekat ke arahnya.
"Maaf membuatmu menunggu lama." Damian mengecup kening Kimberly, lalu duduk tepat di samping Kimberly.
"Apa banyak sekali pekerjaanmu, Damian?" tanya Kimberly seraya menatap Damian hangat.
"Iya, banyak yang aku bahas dengan Freddy, Kim." Damian membelai pipi Kimberly.
"Apa ada masalah di perusahaanmu, Damian?" Kimberly kembali bertanya.
"Tidak, tidak ada masalah apa pun. Tadi aku dan Freddy membahas pekerjaan yang tertunda saja." Damian terpaksa mengatakan ini, pasalnya Damian tak mungkin mengatakan pada Kimberly yang sebenarnya. Bukan bermaksud untuk berbohong, tapi dia menunggu sampai waktu yang tepat mengatakan pada Kimberly segalanya.
Raut wajah Kimberly berubah muram mendengar Damian memiliki pekerjaan yang tertunda. "Maafkan aku, Damian. Maaf menyusahkanmu. Jika saja kau tidak menemaniku, tidak mungkin kau memiliki pekerjaan yang tertunda. Pasti banyak kerugian yang kau alami, Damian."
"Aku tidak suka kau meminta maaf, Kim. Aku melakukan ini karena memang sudah seharusnya. Kau kekasihku, aku tidak mungkim diam ketika kau mengalami masalah." Damian mencium gemas hidung dan bibir Kimberly. "Sekarang lebih baik kita makan. Setelah itu kau harus kembali beristirahat lagi. Dokter bilang kau harus lebih banyak istirahat, Kim."
Kimberly tersenyum dan mengangguk patuh merespon ucapan Damian.
***
Keesokan hari, seperti biasa Kimberly duduk di ranjang sambil menonton film demi menghibur suasana hati dan pikirannya yang masih kacau. Pagi ini, Kimberly tak langsung ke rumah sakit menemui Fargo. Bukan tidak mau, tetapi dia memilih untuk menenangkan hati dan pikirannya.
Sesaat, Kimberly menoleh ke arah kamar mandi kala suara gemericik air—yang berasal dari dalam kamar mandi tak kunjung reda. Menandakan Damian masih mandi. Pagi tadi dia lebih dulu mandi karena dirinya ingin berendam.
Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Kimberly mengalihkan pandangannya pada ponsel milik Damian yang ada di atas nakas. Terlihat kening wanita itu mengerut bingung melihat ponsel Damian berdering. Dia hendak mengabaikan panggilan, tapi nyatanya panggilan itu tak kunjung berhenti.
"Siapa yang menghubungi Damian sepagi ini?" guman Kimberly pelan.
Rasa penasaran dalam diri Kimberly membuatnya mengambil ponsel itu, lalu menatap ke layar—tapi seketika kening Kimberly semakin mengerut bingung melihat nomor asing dengan kode negara Yunani menghubungi Damian.
Kimberly tampak ragu untuk menjawab panggilan itu, tapi dia takut kalau itu adalah nomor penting. Detik berikutnya, dia memutuskan untuk menggeser tombol hijau untuk menjawab telepon itu.
"Hallo?" jawab Kimberly saat panggilan terhubung.
Hening ... tak ada respon dari seberang sana.
"Hallo?" Kimberly kembali menyapa. Namun, sayangnya hasilnya tetap sama yaitu tak ada suara.
Tuttt ... tuttt ...
Panggilan tertutup begitu saja. Sontak membuat Kimberly menautkan alisnya tak mengerti. Kimberly sangat yakin kalau panggilan sudah terhubung. Namun, kenapa malah tak ada suara?
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian & Kimberly
RomanceSebelum baca cerita ini, follow dulu akun ini dan follow instagram: abigailkusuma8 Warning 21+ (Mature content) *** Pernikahan layaknya princess di negeri dongeng adalah impian Kimberly Davies. Akan tetapi, siapa sangka semua impiannya hancur kala...