Selamat membaca!!
°
Hal yang paling dibenci para siswa sekolah adalah upacara rutin hari Senin. Berdiri di bawah sinar matahari yang tidak terlalu menyengat. Meskipun begitu, para siswi sudah pasti mengeluarkan sumpah serapahnya. Mana mau mereka dijemur di pagi hari, jika bukan kewajiban? Harus berangkat lebih awal juga. Bagian Senin mana yang disukai siswa di sekolah? Kemungkinan tidak ada.
SMA Galeryan selalu melaksanakan upacara rutin setiap hari Senin. Jika memang tidak ada kendala yang mendesak, upacara pasti berjalan. Buktinya, meskipun hari ini cuaca sedikit mendung para petugas upacara sudah bersiap di lapangan. Dibantu dengan para guru yang mengkoordinir upacara.
Sinar matahari hanya mengintip bumi sedikit. Tidak seperti biasanya yang langsung terang-terangan memancarkan diri. Diperkirakan hujan akan melanda kota ini nanti. Entah itu akan turun deras ataupun cuma sekedar gerimis.
Di depan gerbang, seorang satpam bertugas menjaga keamanan dan ketertiban para pengendara yang lewat di jalan depan sekolah. Juga membantu para siswa-siswi yang hendak menyeberang jalan khususnya.
Sedangkan di depan pos satpam, beberapa anggota OSIS berdiri berjejer melakukan tugas rutin setiap hari. Mewanti-wanti siswa yang baru masuk sudah mengenakan seragam dan atribut dengan lengkap. Mengecek satu-persatu dengan teliti. Menegur jika ada yang kurang lengkap. Itu bagian dari tugas sebagai anggota OSIS.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih satu menit. Marga barusaja melangkahkan kaki memasuki gerbang. Dia mengantri khidmat menunggu pengecekan atribut. Memakai Hoodie biru navy sesuai tampilannya setiap hari. Dan sudah pasti gadis itu menjadi pusat perhatian. Terlihat menyala di antara jejeran siswa yang mengenakan seragam putih abu-abu.
"Lepas Hoodie lo!" suruh salah seorang OSIS laki-laki secara tegas. Menegur tepat di hadapan Marga dan pastinya teguran itu ditujukan untuk Marga seorang.
Marga melengos, mengabaikan ucapan laki-laki berparas tegas itu. Tetap berjalan mengikuti siswa di depannya untuk segera masuk.
"Hei .... lo budek ya?" teriak laki-laki ber-nametag Zidan di seragamnya. Laki-laki yang diabaikan Marga tadi menggeram kesal. Ucapan tegasnya saja masih diabaikan, apalagi jika cuma anggota OSIS menye-menye yang menegur.
Marga menoleh ke belakang, memandang datar wajah Zidan. "Telinga gue masih berfungsi, asal lo tahu." ujar Marga tanpa ekspresi.
"Atribut lo gak lengkap. Mengenakan Hoodie sudah masuk poin merah. Kaos kaki bukan standar sekolah juga. Apa itu, rok di atas lutut lebih sepuluh sentimeter. Benerin dulu tampilan lo, sebelum masuk ke sekolah!"
"Gak ngeganggu lo kan?" tanya Marga terdengar menantang, mengabaikan ucapan beruntun dari Zidan.
"Memang tidak mengganggu, tapi tetep melanggar aturan." balas Zidan mempertegas lagi.
Marga melanjutkan langkahnya. Tak mempedulikan tatapan geram dari anggota OSIS yang berjejer. Marga berjalan tegak dengan kedua tangan yang masuk pada saku Hoodie. Memasang earphone pada kedua telinganya.
Gadis itu barusaja menaruh tasnya di kursi. Berlanjut mendudukkan diri dan kabel earphone-nya ditarik paksa seseorang yang duduk di bangku samping. Marga menghela nafas panjang melihat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MARGAREZA
Teen FictionBukan hanya kisah seorang gadis romansa di SMA. Ini sebuah kisah remaja yang menyukai hal-hal diluar batas. Pelampiasan lukanya yang terpendam. Bad Girl menjadi julukan gadis itu. [Margareza Inara] CERITA INI ASLI DARI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI!! • •...