fourteen

67 48 9
                                    

Selamat membaca!!

••••

Marga sudah siap mengenakan seragam sekolah putih-abu hari ini. Kini dia berdiri di depan cermin. Menatap datar pantulan dirinya sendiri di kaca. Lebam di wajahnya barusaja mengering setelah diobati Sasa kemarin.

Beralih menatap lengan kanannya, terdapat goresan memanjang yang masih basah. Lukanya terlihat merah dengan memar.

Tanpa berpikir panjang, gadis itu mengambil sebuah Hoodie hitam di lemari. Memakainya menutupi seragam putih yang dia kenakan. Juga untuk menutupi luka di bagian lengannya. Menaikkan tudung Hoodie hingga wajahnya terlihat setengah.

Marga mengambil sepasang earphone di atas nakas tempat tidur. Benda yang selalu on time bertengger di lehernya. Selalu terpasang di kedua daun telinganya dimana pun berada.

Setelah merasa siap dengan penampilannya kali ini. Marga segera keluar, tak lupa mengunci pintu kamarnya.

Saat menginjak anak tangga terakhir, Marga menoleh ke arah dapur. Melihat Dewi yang sedang berkutat di dapur menyiapkan sarapan pagi. Lalu dia berjalan ke arah meja makan yang masih kosong itu.

Di meja hanya ada nasi goreng yang masih panas. Terlihat uapnya yang masih mengepulkan asap.

Demi mengisi perutnya yang terasa lapar karena sejak kemarin belum makan apapun. Marga segera menciduk nasi goreng lalu menuangnya ke piring yang sudah di siapkan di meja.

Gadis itu menyuap makanan dengan tergesa-gesa. Bukan alasan karena lapar yang mendominasi. Namun, dia enggan bertemu sang ayah jika tidak cepat dihabiskan lalu segera berangkat.

"Kamu enggak nunggu lauknya matang dulu?" celetuk Dewi yang sedang menggoreng ikan di kompor.

Sebenarnya dia sudah menyadari anaknya sedang duduk di meja makan dari tadi. Namun, dia memilih abai menunggu pergerakan gadis itu sampai menyuap nasi dahulu.

Marga hanya diam tak menanggapi. Setelah tinggal suapan yang terakhir. Dia mengambil segelas air putih di dispenser.

Dewi menaruh sepiring ikan goreng di atas meja, "Gak usah buru-buru, Ga. Masih pagi ini" ujarnya mengalun lembut seperti biasa. Wanita itu tersenyum tipis melihat anak gadisnya.

Gadis itu mengelap sisa makanan di sekitar mulutnya menggunakan tisu. Lalu dia beranjak mendekat ke arah Dewi yang mencuci peralatan dapur di wastafel, "Bun, aku berangkat" pamitnya menyalami tangan bunda.

Sebelum menerima uluran tangan sang anak, Dewi mengelap tangannya terlebih dahulu. "Hati-hati bawa motornya. Jangan ngebut." peringkatnya sembari menyambut uluran tangan Marga.

Marga hanya mengangguk mengiyakan. Entah itu dilanggar atau dipatuhi peringatannya.

°

Marga memasuki kelas 11 IPS-06 dengan penampilan yang menarik perhatian. Warna Hoodie hitam yang menjadi ciri khasnya sejak dulu. Gadis itu berjalan santai menuju bangkunya, melewati segerombolan siswa yang mungkin sedang bergosip.

"Gue denger ada murid baru di kelas kita" ujar salah satu siswa tersebut.

"Kira-kira cewek apa cowok ya? Lo berani taruhan gak?" balas temannya sembari terkekeh.

Samar Marga mendengar perbincangan siswa itu. Dia menghendikan bahunya acuh. Membiarkan semua cerita rumor yang beredar. Kini dia sudah sampai di bangkunya.

MARGAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang