Selamat membaca!!
°
Perjalanan mereka terhenti pada sebuah tempat yang sangat asing bagi Marga. Terlihat sebuah bangunan minimalis yang menjulang. Di bagian pintu masuk terdapat ukiran gambar yang unik. Disertai dengan lukisan pemandangan pada cat tembok. Dari sisi kanan-kiri ada tanaman yang mengerumuni tempat itu.
Marga turun dari motor dengan kedua netranya yang terpaku melihat bangunan unik itu. Tempatnya begitu sepi, namun seolah ada keramaian tersendiri pada lukisan yang terpampang. "Tempat apa?" tanya Marga setelah melepas helm di kepalanya.
Raxel tak menjawab. Laki-laki itu berjalan melewati Marga yang masih terpaku menuju pintu utama masuk. Raxel menghentikan langkah ketika gadis berHoodie itu tidak mengikutinya. Kepalanya menoleh ke belakang, "Lo gak mau masuk sini?" tanya Raxel menatap bingung.
Lagaknya Marga baru tersadar. Gadis itu menormalisasikan wajahnya yang sempat bengong. Balik menatap Raxel, melangkah mendekat ke laki-laki berseragam abu-abu putih itu dengan wajah datar. "Buruan," suruh Marga.
Raxel menggelengkan kepalanya pelan. Beralih meraih sebuah kunci di saku celananya kemudian membuka pintu. "Silahkan nona," canda Raxel mengarahkan tangan agar Marga segera masuk duluan.
"Lebay."
Nyelekit. Raxel sedikit tersentak, namun tak apa. Laki-laki itu sudah kebal. "Kasar mulu jadi cewek. Anggun dikit kek," celetuk Raxel di belakang Marga.
"Gak ganggu lo kan? Yaudah," balas Marga.
"Lah nih anak emang minta dihajar."
Gadis berHoodie itu memutar tubuhnya, sehingga kini berhadapan langsung dengan Raxel. Marga sedikit berjinjit menyetarakan tinggi Raxel. "Lo mau tinjuan gue?"
Raxel bergidik ngeri, "Gak usah ngelunjak sama gue." Laki-laki itu menekan kedua pundak Marga membuat tubuh gadis itu kembali memendek.
Marga membalikkan badannya ke depan, melangkah lebar memutari ruangan yang dimasukinya. Melihat-lihat koleksi lukisan yang terpajang apik di setiap tembok. Mengamati setiap lukisan merupakan suatu hal terindah bagi Marga. Mata terpukau terus gadis itu keluarkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di ruangan ini.
"Biasa aja kali," celetuk Raxel yang duduk di sebuah kursi kayu di dekat meja kecil. Matanya memantau pergerakan gadis itu.
Kegiatan gadis berHoodie itu terhenti. Mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki yang duduk menyandar memandanginya lekat. "Urusan gue," ujar Marga datar.
"Yang ngajak siapa, yang berurusan siapa. Heran gue mah."
"Bacot."
Raxel menghela nafas pasrah mendengar jawaban gadis itu.
"Sepi?"
"Hah?" Raxel tercengang mendengar pertanyaan singkat Marga. Tiba-tiba banget ngomong 'sepi'.
Marga berdecak, "Ini tempat lo sendiri?" gadis itu menebak.
"Oh, jelas. Semua itu juga gambaran gue." aku Raxel dengan bangganya. Senyuman miring dia perjelas ketika pandangan Marga tertuju ke arahnya.
"Oh."
"Oh doang?" tanya Raxel sedikit tidak terima ditanggapi singkat. Tidak sedikit, tapi sudah berkali-kali lipat.

KAMU SEDANG MEMBACA
MARGAREZA
Teen FictionBukan hanya kisah seorang gadis romansa di SMA. Ini sebuah kisah remaja yang menyukai hal-hal diluar batas. Pelampiasan lukanya yang terpendam. Bad Girl menjadi julukan gadis itu. [Margareza Inara] CERITA INI ASLI DARI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI!! • •...