Selamat membaca!!
••••
Sebuah motor sport hitam memasuki gerbang tepat pukul 5 sore. Marga sebagai pengendara memarkirkan motor dengan rapi di garasi. Gadis itu masih mengenakan seragam sekolah yang dibaluti Hoodie seperti biasa.
Dia bergegas berlari kecil menuju pintu ruang tamu, saat tak sengaja mendengar suara pecahan barang yang terjatuh. Baru saja menginjak lantai di depan pintu, dia di suguhkan dengan pemandangan yang kurang mengenakkan.
Terlihat barang di ruang tamu berserakan layaknya kapal pecah. Matanya membulat melihat Dewi yang menangis tersedu-sedu sambil bersimpuh di lantai.
Marga berniat mendekati sang bunda, namun urung karena suara Rayyan menginterogasi langkahnya. "Kau terlambat setengah jam setelah jam pulang!"
Marga berdiri mematung dengan kedua bola mata yang terus menatap Dewi yang masih menangis sesenggukan. Ada perasaan iba di hatinya saat perempuan yang telah berjuang melahirkannya terlihat lemah sekarang.
Ekor matanya melirik ke arah laki-laki dewasa yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat mendengar suara gerakan melepas ikat pinggang.
Plash.
Belum sempat mengelak, benda tersebut sudah melayang ke punggung gadis itu. Marga mendesah ngilu. Sudah dipastikan punggungnya kini kembali memar, meskipun ada Hoodie serta baju seragam yang dia kenakan.
"Ini hukuman buat kamu yang pulang terlambat!" sentak Rayyan menyeringai. Laki-laki itu kembali melayangkan ikat pinggangnya untuk yang kedua kali.
Marga tak kuat menahan rasa sakit di bagian punggung, dia jatuh bersimpuh. Persis dengan posisi Dewi saat ini. Tangannya mengepal erat menelisir rasa sakit. Dia melirik Dewi yang terlihat berusaha mendekatinya.
"Mas, hentikan!" teriak Dewi histeris, menyeret tubuhnya agar mendekat ke posisi Marga. Wanita itu memeluk erat tubuh anak gadisnya.
Tubuh Marga menegang, seolah melupakan rasa sakit yang melanda di punggungnya. Dia merasakan kehangatan yang kembali hadir saat pelukan sang bunda menyapa tubuh ringkihnya.
Sedangkan Rayyan sudah terkekeh pelan di tempat. Berdiri sambil bersidekap dada, melihat drama kedua perempuan yang saling merasa kesakitan. Tak lama, ekspresinya berubah tajam. "Gak usah manja!! Saya berharap ini hukuman terakhir untuk kedisiplinan waktu." pesannya terakhir, lalu beranjak pergi.
Marga menatap nanar punggung tegap sang ayah, 'apa kesalahan gue kali ini?' Dia bergumam pelan dalam dekapan Dewi, membuat wanita itu dapat mendengar jelas suaranya.
Dewi menggeleng kuat, sembari melepas pelukan dengan pelan. Tangannya beralih memegang kedua pundak anaknya. Masih dengan air mata yang terus berjatuhan membasahi pipi, Dewi berkata "Kamu nggak salah apapun nak"
Marga menatap bundanya dengan sendu, bola mata mereka saling bertemu. "Lalu?"
Dewi menggeleng beberapa kali, memaksakan tersenyum untuk anaknya. "Maafkan ayah ya? Bunda yakin, nanti ayah akan segera sadar" katanya pelan sambil mengelus lembut kedua pundak anaknya.
Marga tertegun sebentar, melihat kedua mata Dewi yang terus mengeluarkan air. Lalu jemarinya bergerak melepas cekalan kedua tangan bunda yang menyentuh pundaknya. Menjauhkan diri, beranjak pergi meninggalkan bunda sendirian di ruangan itu.
Tanpa diketahui, Dewi menatap sendu ke arah Marga yang menaiki anak tangga. Dia cukup merasa sakit hati melihat gadis itu yang selalu mendapat kekerasan dari suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MARGAREZA
أدب المراهقينBukan hanya kisah seorang gadis romansa di SMA. Ini sebuah kisah remaja yang menyukai hal-hal diluar batas. Pelampiasan lukanya yang terpendam. Bad Girl menjadi julukan gadis itu. [Margareza Inara] CERITA INI ASLI DARI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI!! • •...