Selamat membaca!!
°
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Banyak siswa berlalu-lalang segera menuju parkiran maupun ke depan gerbang untuk menunggu jemputan. Namun, di lapangan basket masih ada beberapa siswa yang bermain basket disana. Tidak mengindahkan langit yang mulai sedikit gelap karena waktu sudah menunjuk pukul setengah 5 sore.
Di area parkir. Seorang gadis berambut pendek sebahu dengan Hoodie yang selalu melekat pada tubuhnya berdiri di dekat sepeda motor sport hitam. Marga memandang aneh pada ban motor belakangnya yang tiba-tiba kempes.
Padahal tadi pagi ketika berangkat motornya masih baik-baik saja. Tidak ada yang rusak sama sekali seperti sekarang. Marga menghela napas panjang diakhiri dengan dengusan kesal.
Gadis itu menimang, jika sudah seperti ini dia pulang dengan siapa? Sementara Syla sudah pulang duluan dijemput sopirnya. Dan Devan? Atau Redo? Atau .... Raxel? Marga bergidik ngeri membayangkan. Jangan sampai dirinya memiliki pikiran-pikiran yang mengarah pada laki-laki itu. Marga menoleh ke kanan-kiri melihat parkiran yang sudah mulai sepi.
Alhasil Marga memilih akan memesan grab ataupun ojek yang masih ada di sore ini. Tangannya yang hendak mengambil ponsel di tas terhenti, ketika mendengar suara seorang tukang parkir.
"Dek, kok belum pulang?" tanya pria tua itu yang berjalan mendekat.
Marga menoleh, "Bocor pak," ujarnya singkat dengan nada datar. Terdengar seperti tidak ada kata sopan yang terselip.
"Lho, kok bisa? Dari tadi pagi toh? Apa gimana,"
"Gak tau," Marga mengendikkan bahunya acuh.
Pria tua itu menggeleng tak habis pikir. Melihat masih ada anak yang punya sifat dingin dan juga cuek seperti sudah tidak zaman di sekarang. Namun, gadis didepannya? Sungguh tak tertebak. "Terus pulang mu gimana?"
"Nge-grab pak," sahut Marga dengan tangan yang menggeledah isi tasnya mencari ponsel.
"Owalah, ya gapapa kalo gitu. Nanti saya bantu carikan bengkel tambal ban."
Marga mengangguk mengiyakan. Kepalanya menunduk dengan mata yang tertuju pada layar ponsel. Sibuk mencari grab yang masih belum ada jok. Namun, atensinya teralihkan begitu sebuah motor berhenti tepat didepannya.
"Loh, udah nunggu lama Yang?" ujar pengendara itu sengaja menekan kata 'Yang' pada pertanyaannya. Pengendara itu tak lain adalah Raxel. Salah seorang yang tadi sempat terpikirkan di benak Marga.
"Oh, grab-nya mas ganteng ini toh. Lumayan atuh dapet pacar kayak gini, mana tinggi juga. Masa pacar seganteng Tah-yeung BTS gini diaku sopir grab?" celetuk pria tukang parkir itu menebak sesuai yang ada di pikirannya.
"Grab?" tanya Raxel heran, memandang Marga yang terdiam tanpa berkomentar. Kemudian beralih menatap pria tua yang menjadi lawan bicaranya, "Maksudnya gimana ya pak?"
"Ini loh, kata mbaknya mau pulang pake grab. Tapi ternyata yang datang kamu. Apa gak sakit hati, bukannya dianggap pacar malah diaku sopir grab?"
Raxel tertawa garing mendengar cerita pria yang mengenakan baju coklat itu. Apa tadi? Sopir grab? Mana ada orang seganteng dirinya mau jadi sopir grab? Yang bener aja ferguso. Tentu tidak mau. Raxel menggeleng kecil dengan kekehan yang masih terdengar samar. "Ada aja bapak ini," ujarnya.
Marga mendengus, "Ini ulah lo?" tuduh gadis itu spontan.
Tuduhannya membuat laki-laki berseragam putih abu-abu itu menoleh cepat, "Ulah apaan dah?" Raxel bertanya bingung. Tercetak jelas kerutan di dahinya dengan mata yang sedikit menyipit.

KAMU SEDANG MEMBACA
MARGAREZA
Teen FictionBukan hanya kisah seorang gadis romansa di SMA. Ini sebuah kisah remaja yang menyukai hal-hal diluar batas. Pelampiasan lukanya yang terpendam. Bad Girl menjadi julukan gadis itu. [Margareza Inara] CERITA INI ASLI DARI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI!! • •...