Selamat membaca!!
Kenyataannya, seseorang dapat menyimpan luka dengan berperilaku buruk.
~Jouzy Raxel
°
Pukul 12 ke bawah, tepatnya menjelang pagi hari. Jalanan terlihat sepi. Hanya lampu penerang jalan yang menyala. Ditambah cahaya bulan yang menyinari gelapnya malam.
Marga melirik spion merasa ada yang membuntutinya. Ada pengendara lain yang mengikuti rute jalannya, meskipun jalan yang Marga pilih jarang dilewati. Dengan cekatan, gadis berpakaian serba hitam itu menambah pacu kecepatan motornya.
Namun, pengendara motor itu tetap berada di belakang Marga. Ketika menambah laju kecepatan, dia juga menambah. Ketika sedikit dipelankan, dia juga ikut melaju pelan.
Marga membelokkan stang motornya ke gerbang rumah yang dia tuju. Ketika berhenti, barulah pengendara itu menambah kecepatan untuk terus melaju. Pengendara tersenyum tipis. Target sudah dia lakukan. Tempat gadis itu berkumpul pun sudah ditemukan.
Marga yang hendak membuka gerbang rumah minimalis itu mengernyit heran. "Kurang kerjaan, sampe ngikutin gue." monolog Marga seraya mendorong pintu gerbang.
Gadis itu menunggu sang pemilik rumah kembali. Pasalnya tadi Marga sengaja pulang duluan dari arena karena suasana hatinya yang memburuk. Sedangkan Daniel masih nongkrong bersama yang lain disana.
Sesuatu menyita perhatian gadis itu. Terlihat ada seseorang yang mabuk berjalan ke arah gerbang. Marga bergidik ngeri melihat orang itu berbuat aneh.
Tak lama suara deruman motor terdengar. Daniel yang baru datang terkejut melihat Marga menunggu dirinya pulang. Lebih terkejutnya lagi ketika tatapannya beralih pada orang mabuk itu. Berjalan oleng di pinggir jalan tanpa sadar dan mulutnya tak berhenti meracau.
Daniel menghampiri Marga yang masih duduk di jok motor, "Kenapa gak telepon gue?" tanyanya lalu berjalan menuju pintu rumah.
"Males." singkat, padat, jelas. Jawaban Marga yang tak pernah tertinggal di benaknya.
Ruangan gelap menyambut kedatangan mereka ketika pintu baru dibuka. Tiba-tiba listrik padam melanda rumah itu. Mungkin akibat meteran listrik yang kehabisan pulsa. Kebetulan memang sudah waktunya habis menurut Daniel.
"Yah, Ga. Mending lo pulang deh." titah Daniel berjalan masuk seraya memegang ponsel dengan flash yang menyala.
"Kenapa?"
"Lo gak liat tiba-tiba listrik padam kayak gini? Ohiya, ya. Gelap soalnya." kata Daniel bertanya dan menjawabnya sendiri. Laki-laki itu terlalu gemas dengan sikap Marga yang terlihat tak peduli situasi ini.
"Gak usah lebay, bang." balas Marga melangkah dengan feeling yang berputar agar dia dapat mendapatkan sofa untuk duduk.
"Nyalain senter gih. Kejedot meja, gue syukuran." kata Daniel yang melihat Marga sedang berjalan santai tanpa menggunakan penerang apapun.
Ucapan laki-laki berparas berandal itu tak diindahkan oleh Marga. Buktinya, gadis berHoodie yang diperingati sudah duduk anteng di sofa. Daniel sendiri masih sibuk mencari lilin di lemari.
"Nyari apa, bang?" tanya Marga memandang Daniel heran. Meskipun hanya remang-remang, laki-laki itu jelas sibuk mengacak-acak laci lemari.
"Logika lah, Ga. Kalo mati lampu yang dicari apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MARGAREZA
Novela JuvenilBukan hanya kisah seorang gadis romansa di SMA. Ini sebuah kisah remaja yang menyukai hal-hal diluar batas. Pelampiasan lukanya yang terpendam. Bad Girl menjadi julukan gadis itu. [Margareza Inara] CERITA INI ASLI DARI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI!! • •...