seventeen

52 36 26
                                    

Selamat membaca!

°

"Coba gue benerin."

Marga tersentak. Tiba-tiba tangan Raxel menarik buku gambar yang dipegangnya. "Mau ngapain lo."

"Mending lo tungguin aja." kata Raxel.

Sedangkan gadis berHoodie itu hanya pasrah. Membiarkan laki-laki yang belum kenal itu mengubah gambarannya. Netranya beralih melirik ke bawah, menatap sepasang sepatu putih yang dia pakai. Merenungkan apa yang dia lakukan saat ini.

Seraya menunggu Raxel membenahi, Marga memutar otak agar tidak merasa bosan. Membuka ponsel beralih memasang earphone-nya lagi. Sesekali melirik seseorang disampingnya.

Baru beberapa menit, Raxel sudah menyodorkan kembali buku gambar bersampul motor sport itu.

"Nih, kasih rating sketsa gue." ucap Raxel merasa bangga dengan karyanya.

Marga melepas earphone lalu menerima buku gambar itu dengan perasaan takjub. Tak bisa berbohong bahwa dirinya memancarkan tatapan berbinar. Tergambar objek dua orang yang saling berpegangan tangan dengan pantai sebagai backgroundnya.

Gadis itu menampilkan senyuman tipis yang tidak diketahui Raxel. "Bagus." komentar Marga.

Raxel menoleh dengan mata memicing, "Gitu doang?"

Marga menjawab dengan ekspresi datar, "Harus bayar juga?"

Buru-buru laki-laki itu mengangguk, "Harus" serunya. "Tapi bayarnya gak pake uang."

Marga dibuat mengernyit, "Terus?"

"Pake hati."

Gadis itu terhenyak berpikir aneh, "Ngelunjak lo. Gambar doang." 

"Gambar juga pake tenaga."

"Gue juga gak nyuruh lo."

"Oke-oke, gue ngalah kali ini. Lo salah ngira pas gue ngomong pake hati." kata Raxel terkekeh pelan.

"Maksud lo?" tanya Marga menatap heran.

"Gue maunya perasaan hati, bukan organ hati."

Seketika tubuh Marga merasa panas dingin saat ini. Padahal cuaca disitu sejuk dan tenang sejak tadi. Reflek dirinya berdiri, kakinya hendak melangkah.

Namun, cekalan yang menarik pergelangan tangannya membuat Marga kembali terduduk. "Lepas." ucapnya dingin seraya menyentakkan tangannya agar pegangan terlepas.

"Lo mau ngapain berdiri?" tanya Raxel seraya membiarkan tangannya ikut tersentak. "Lo belum kasih apresiasi sketsa gue." lanjutnya.

"Kalo gak ikhlas mending gue balikin gambarnya."

"Santai neng. Gak banyak permintaan gue. Cukup sebutin alamat rumah lo."

Marga menoleh, menatap laki-laki itu heran "Rumah?"

Raxel mengangguk dengan mantap. Kedua netranya menatap fokus wajah gadis itu.

MARGAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang