nine

77 51 6
                                    

Selamat membaca!!

•••••

Suasana ricuh di kelas IPS sudah menjadi hal candu bagi setiap siswa yang mengambil jurusan itu. Apalagi saat jam kosong tiba. Begitu banyak siswa yang bersorak riang gembira. Hal wajar yang tak perlu dikejutkan lagi.

Tepat setelah jam istirahat pertama. Suara gaduh saling bersahutan memenuhi ruangan. Ramai di dalam kelas melebihi ramai pasar mingguan di perempatan kompleks rumah. Semua siswa asyik dengan kegiatannya sendiri, tanpa memedulikan posisi bangku yang sudah berserakan. Berbeda sekali saat di pagi hari tadi, masih rapi dan bersih. Kini sudah kebalikannya.

Di pojok ruangan belakang, terdapat konser dadakan yang dimeriahkan oleh Devan dan Redo. Membuat semua atensi siswa mengarah ke arah mereka. Kedua laki-laki itu berdiri di atas meja yang sudah di satukan untuk dibuat panggung kecil-kecilan.

Membawa sapu masing-masing sebagai alat musik paling sederhana. Redo cosplay jadi gitaris dan Devan yang cosplay menjadi vokal utama. Berlagak sekali mereka berdua seperti band terkenal seantero Indonesia.

Devan menyanyi random menggunakan gagang sapu sebagai mikrofonnya.

Cinta menyatukan kita yang tak sama

Aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam

Sebuah lagu berbeda keyakinan meluncur halus dari mulut Devan. Meskipun dengan suara fals, sungguh tak mengindahkan arti lirik lagu itu. Tanpa disadari, lagu berjudul 'Seamin Tak Seiman' tersebut menyentil keras hati para siswa yang mengalami perbedaan dengan pasangannya.

"Woi! Nyindir gue ya lo!" teriak Jefri sang ketua di kelas itu. Semburan tawa dari beberapa siswa terdengar mengejek laki-laki itu membuat hatinya terasa panas nyeri. Pengen nampol mulut artis dadakan yang menyindir dirinya.

"Cie.... Jefri cintanya beda keyakinan ya?" tanya Syla berniat ikut mengompori bersama temannya yang lain. Gadis itu duduk di atas meja dekat dengan Marga yang duduk di kursi.

Syla sengaja mengambil video konser dadakan tersebut untuk mengabadikan momen yang langka ini. Jarang jamkos soalnya.

Sedang gadis berhoodie biru navy itu hanya diam mengabaikan kericuhan temannya yang semakin sulit terkondisikan. Marga malah sibuk menggambar sketsa ruangan yang mereka tempati saat ini. Buku sejarah bagian belakang sudah dipenuhi coretan gambar. Hasil gabut.

Tiba-tiba meja yang dijadikan alasnya menggambar bergoyang. Dan ternyata itu perbuatan gadis yang duduk di atas mejanya. Dengan tunduk mejanya mengikuti liukan badan Syla bergerak.

Hal itu membuat Marga salah fokus berulang kali. Dia berdecak malas, "lo bisa diam gak?" katanya datar.

Mengintimidasi lawan bicara sampai Syla jadi berhenti bergoyang. Padahal seru juga mengikuti Devan bernyanyi dengan spiker ponsel yang sengaja dikeraskan sebagai musiknya.

"Napa lo liat gue kaya gitu? Suka ya lo sama gue? Hayo lho" tuduh Syla beropini sangat tidak masuk akal. Gadis itu menuding dengan jari telunjuknya ke wajah Marga.

"Najis!" sentak Marga datar. Dengan kasar, dia menutup bukunya lalu memasukkan ke kolong meja.

Dilanjut paling juga rugi kalo salah fokus menerus. Dia lebih memilih menelungkupkan kepalanya ke meja dengan lipatan kedua lengan sebagai bantal. Ya, memilih tidur saja.

"Dih, sana yang marah" sindir Syla kembali berlarut melihat konser dadakan lagi. Sesekali ikut berteriak menyanyikan lagu yang dilantunkan Devan di panggung kecil itu.

MARGAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang