"Kanan Rick!" ucapku dengan cepat kepada Rickson yang dengan sigap langsung membelokkan mobil yang kami kendarai mengikuti arahanku.
Setelah kami akhirnya berhasil memasuki Jalan M.T. Haryono yang menuju ke arah Semarang Atas dengan aman karena ku akui kami berbelok cukup mendadak. Sontak aku tertawa mengingat kekonyolan kami barusan. Rickson hanya kebingungan karena melihatku tertawa cukup keras.
"Kamu nih! Orang lagi panik malah ketawa"
"Lagian kenapa sih tadi tiba-tiba nyium kayak gitu. Ntar keliatan dari luar loh" ucapnya agak membentak dengan ekspresinya yang terlihat kesal dan tidak menyadari kondisi kaca film mobil ini sehingga dia nampak sedikit khawatir kalau saja aktifitas kami barusan terlihat dari luar. Aku yang melihatnya, malah memeluk lengan kirinya dengan manja sambil tetap tertawa kecil karena gemas karena ekspresinya justru terlihat lucu di mataku.
Kurasakan Rickson tidak mempermasalahkan aku berlaku seperti ini kepadanya. Dia hanya diam sambil tetap melihat ke depan. Ketika tangannya pun bergerak memindahkan persneling, aku tetap tidak melepaskan tangannya bahkan mengecup rambut di kepalaku dengan lembut. Aku semakin nyaman berada di dekatnya.
"Ini bener jalannya kan Nat?" Rickson bertanya apakah jalannya sudah benar.
"Iya lampu merah depan, lurus aja naik."
"Kita mau mampir ke Zerato kan sebentar?" jawabku sambil tetap memeluk tangannya.
"Iya, ketemu temen gue dulu sebentar sekalian ambil proposal kerjasama." Rickson menjelaskan tujuan bertemu temannya itu.
"Kerjasama apaan sih Rick?"tanyaku sekedar ingin tau.
"Oh, enggak. Planning nya gue mau bikin peternakan ayam potong juga di sekitaran Semarang sini. Yaah, mungkin daerah pinggir-pinggirannya gitu deh. Nah, temen gue yang namanya Jeffry ini yang jadi advance team. Dia yang nyari lokasi ideal dan potensi areanya kayak gimana, termasuk SDM dan pemasaran termasuk juga proses technical mulai dari appraisal, izin, dan pembangunan sarana yang gue butuhin. Rencana sih nanti ini gue mau bahas juga sama Nicky, gue pengen dia yang jadi PIC site Semarang ini. Untuk awal sampai dengan BEP, Nicky bakal terima salary dan komisi penjualan. Nanti baru setelah BEP, baru nanti gue sistem bagi hasil 60:40 dari keuntungan bersih sama Nicky. Dia bagian 60nya, gue yang bagian 40nya." Rickson menjelaskan panjang lebar kepadaku sambil terus menyetir sesuai arah yang ditunjukkan tadi.
"Tapi kamu jangan bilang-bilang apapun dulu sama Nicky ya Nat."
"Gue mau belajar proposalnya dulu soalnya. Baru setelah gue liat perhitungan dan peluangnya masuk, gue bakal cerita ke Nicky." ucapnya lagi.
Aku menganggukkan kepalaku tanda aku mengerti keinginannya, pelukanku di lengannya yang kekar ini belum juga kulepaskan, aku masih ingin bersandar di tangannya dan kulihat Rickson pun tidak merasa keberatan atas kelakuanku ini.
"Nat, ini kok tangan gue kayak nyentuh yang empuk-empuk deh." ucap Rickson tiba-tiba mengalihkan pembicaraan menjadi membahas susuku yang tengah menghimpit lengannya sedari tadi.
"Kenapa? Nggak mau dikasih yang empuk-empuk emangnya? Aku mulai berani menggoda nakal kepadanya.
"Wahh... Ya mau banget lah. Siapa juga yang nolak dikasih yang empuk-empuk gini. hehehhe" ucapnya membalas perkataanku.
"Buka dong Nat! Nggak enak kehalang kaos sama bra yang kamu pake nih." Rickson menginginkanku menyentuh langsung susuku sekarang.
Lalu Rickson berusaha melepaskan tangannya dari pelukanku dan mulai menyentuh susuku, dan melepas cardigan yang kupakai. Akupun hanya bergerak membantunya melepaskan cardiganku, lalu setelah cardiganku terlepas, dia menarik bajuku mendekat ke arahnya dan menyusupkan tangan kirinya ke sela kaos di leherku. Dengan mudah tangannya meraih kedua susuku dan mulai meremasnya. Aku yang menerima perkataannya itu terhadapku hanya mampu mendesah menikmatinya. Lalu ditarik kembali tangannya keluar dan mengarahkannya ke persneling mobil untuk berpindah gigi rendah karena jalanan yang kami lewati mulai memasuki kawasan bukit Gombel yang menanjak.
Setelah berhasil memindahkan persneling mobil, tangannya kembali meraih bawah kaos yang kukenakan berusaha melepaskannya dari tubuhku. Aku sebenarnya ingin diluluskan permintaannya, tapi aku lihat lokasi hotel yang ingin kami tuju sudah dekat di depan.
"Ahhh Rick. Udah mau sampe tau.. Itu di depan belok kiri. Tulisannya udah keliatan kan itu" ucapku sambil menahan tangannya di pinggangku.
"Yaelah, udah mau sampe ya. Orang lagi pengen enak gak bisa lanjut deh" ucapnya menyesali bahwa kami sudah akan tiba di tempat temannya menginap.
Setelah mobil kami masuk ke parkiran hotel. Rickson mengambil posisi parkir agak pinggir, dimana tidak terlalu banyak mobil diparkirkan disitu. Ketika mobil sudah berhenti, Rickson kemudian menarik handbrake dan menetralkan perseneling. Kulihat Rickson meraih ponselnya dan menghubungi temannya, tapi sebelum dirinya sempat tersambung dengan temannya itu. Aku langsung menarik wajahnya dan melumat bibirnya dengan penuh nafsu, aku ingin mengobati kekecewaannya karena aktivitasnya ketika sedang menikmati empuknya susu terhenti.
Rickson mulai membalas lumatanku, dan tangannya mulai meraba tubuhku dengan bringas. Dia juga sudah sangat bernafsu kurasa. Sambil kedua bibir kami berciuman panas, tangannya semakin brutal meremasi kedua susuku dan punggungku sehingga kaos yang kukenakan menjadi sedikit acak-acakan. Aku juga menjadi semakin terpancing libidoku. Kueratkan kedua tanganku di lehernya menekan ke arahku, kami sudah bertukar air liur dengan liarnya. Tangan kanannya yang tadi berada di punggungku, diarahkan ke selangkanganku dan mulai mengubek-ubek vaginaku dari sisi luar celana yang kupakai dengan kasarnya. Tubuhku semakin menggeliat dan mulutku mulai mendesah karena perbuatannya, kurasakan vaginaku mulai lembab. Tetapi ketika kami sedang panas-panasnya bergumul lidah dan nafsuku mulai meninggi karena aktifitas kami tiba-tiba ponsel Rickson berbunyi. Kami belum berhenti bergumul dan berusaha mengabaikan dering ponselnya itu, tapi dia akhirnya merasa terganggu juga karena suara ponsel Rickson tetap berdering.
"SHIIIIT..!" umpatnya sambil melepas tubuhku dan meraih ponselnya.
"Haloo iya bro." suaranya terdengar parau karena masih menahan nafsunya yang mulai meninggi.
"..............."
"Ini gue udah sampe di parkiran."
"..............."
"Eh! Masa boss. Salah kali lo!" ucapnya dengan ekspresi seperti kaget sambil melihat ke arahku.
".............."
"Oh, oke kita ketemuan di lobby ya"
".............."
"Oke!" Rickson menutup sambungan telepon.
Dia menatapku sebentar seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ditahannya, masih terlihat wajahnya yang berusaha menetralkan nafsu yang baru saja bangkit namun terpaksa harus dihentikan karena temannya menelepon.
"Ya udah. Gue turun dulu. Kamu mau ikut apa mau nunggu di sini aja?" tanya nya kepadaku. Aku yang tidak mau menunggu sendiri memilih untuk menemaninya.
"Ikuut kamuu." ucapku manja.
"Ya udah, yuk!" katanya sambil membantu merapikan pakaian dan rambutku. Setelah penampilanku sudah rapih kembali, lalu kami berdua pun turun menuju ke lobby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perubahan dalam Pernikahan (Cuck Old Warning)
Romance"Lo asli beruntung banget dapet si Natasya, Nick! Gue nyari-nyari yang kayak model istri lo sampe sekarang belum ketemu juga. hahaha" " Haha sial lo, namanya rejeki anak sholeh tau" Begitulah sedikit candaan kami ketika membahas istriku. Memang keti...