0023 - Istriku Lepra? Kebohongan Berani yang Menyelamatkan Nyawa!

8 1 0
                                    

Sopir itu sudah sejak tadi pucat. Begitu terasa benda runcing dan dingin mencecah tengkuknya, tubuhnya segera menggigil. Seperti robot dia kembali menghidupkan mesin bus. Beberapa kali bus itu mati mesinnya. Sebab sopir itu salah memasukkan gigi.

"Tenanglah, kalau tidak nyawamu kucabut de­ngan samurai ini..." si Bungsu berkata.

"Ya.. ya Pak! Saya tenang.. saya tenang..." sopir itu menjawab sambil menghapus peluh.

Bus itu mulai berjalan. Kembali memasuki jalan utama menuju Bukittinggi. Bus itu kembali merangkak terlonjak – lonjak di jalan yang berlobang – lobang.

Deru mesinnya seperti batuk orang tua yang sudah sakit menahun. Cukup lama bus itu berkuntal – kuntilketika tiba – tiba sopir menginjak rem.

"Ada pemeriksaan oleh Kempetai..." sopir berkata.

Mei – mei, menatap pada si Bungsu. Si Bungsu menyimpan samurainya. Kelima lelaki yang luka itu sa­ling memandang.

"Mau kemana...?" sebuah suara serak terdengar bertanya dari bawah pada sopir.

Buat sesaat sopir itu tergagap, tak tahu apa yang harus dijawab. Sebuah kepala menjulur ke dalam. Memperhatikan isi bus tua itu. Memperhatikan wajah yang luka – luka.

"Hmm, ada yang luka. Kenapa...?"

"Kami baru saja dirampok di bawah sana.." si Bungsu berkata.

"Di mana ada rampok...?" Jepang itu balik bertanya.

"Di Padangtarab..." sopir menjawab cepat.

"Siapa yang merampok...?"

"Orang Melayu..."

"Berapa orang...?"

"Ada delapan orang. Mereka semua memakai pedang..." salah seorang yang luka itu menjawab.

"Mereka tidak merampok perempuan...?" Jepang itu bertanya lagi. Sementara matanya nanar menatap Mei – mei yang duduk memeluk si Bungsu.

"Semula mereka memang ingin. Tapi begitu dia ketahui bahwa gadis ini sakit lepra, mereka cepat – cepat menyingkir. Hanya uang kami yang mereka sikat..." Si Bungsu menjawab.

"Lepra...?" Jepang itu bertanya kaget.

"Ya. Isteri saya ini sakit lepra.. akan dibawa ke rumah sakit Bukittinggi..." kata si Bungsu lagi.

Kepala Jepang itu cepat – cepat ditarik lagi keluar. Kemudian terdengar perintah untuk cepat – cepat jalan. Bus itu kemudian merayap lagi. Mereka semua menarik nafas lega.

Kelima lelaki itu menjadi lega, karena mereka lepas dari tangan Kempetai. Sebab merekalah yang melakukan beberapa kali perampokan di sepanjang jalan Bukittinggi Payakumbuh. Bus ini salah satu alat mereka untuk itu.

Si Bungsu tak mengetahui, bahwa yang dia lukai adalah pe­rampok – perampok. Orang – orang Minang yang mempergunakan kesempatan dalam kesempitan. Orang yang mengail di air keruh.

Ketika penduduk sedang ketakutan dan menderita di bawah kuku penjajahan Jepang, mereka menambah penderitaan itu dengan merampok. Yang mereka rampok hanya orang – orang sebangsanya. Mereka tak berani merampok tentara Jepang.

Tapi malam ini mereka mendapat pelajaran yang pahit dari anak muda ini. Untung saja anak muda ini tak mengetahui sepak terjang mereka selama ini. Kalau saja si Bungsu tahu, mungkin kelima lelaki ini sudah mampus semua.

Si Bungsu merasa lega karena dia lepas dari pengawasan Kempetai. Kalau saja mereka tahu, bahwa dialah yang membunuh beberapa Jepang di waktu – waktu terakhir ini, mungkin dia akan mati mereka tembak di dalam bus ini. Untung saja!

TIKAM SAMURAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang