0027 - Meimei Pewaris Tiang Bujin, Dari Tiongkok Menuju Minangkabau

5 1 0
                                    

Tidak seorang pun yang mengetahui, bahkan Mei – mei sendiri, bahwa gadis itu sebenar­nya adalah turunan seorang pesilat tangguh.

Ayah dari kakek Mei – mei berasal dari Tinggoan di daratan Tiongkok sana. Ayah kakek­nya ini adalah seorang Tiang Bujin, atau dedengkot silat aliran Siau Lim Pay yang sangat tersohor. Ayah dari kakek­nya ini bergelar Bu Beng Tay Hiap. Pendekar Pedang Tak Bernama.

Setiap pesilat di daratan Tiongkok pasti menaruh segan pada pendekar itu. Ternyata bakat dan susunan tulangnya menurun pada buyutnya yang dilahirkan di Indonesia, yaitu Mei – mei.

Tak seorang pun yang mengetahui hal ini. Itu pulalah sebabnya, kenapa ketika ditawarkan untuk belajar silat oleh Datuk Penghulu gadis itu menerima dengan rasa gembira. Tentu saja dia gembira, sebab di dalam tubuhnya mengalir darah pesilat tangguh. Hanya saja selama ini tak pernah mendapat penyaluran.

Pelajaran silat yang diberikan padanya, segera saja dapat dia terima secara sempurna. Di samping merasa bangga dan gembira, Datuk Penghulu juga merasa ka­get pada kemajuan yang dicapai gadis itu. Si Upik yang telah setahun belajar, kini justru diajar oleh Mei – mei.

Kalau datuk itu tak di rumah, Salimlah yang membimbing Mei – mei. Salim memberikan pelajaran – pelajaran yang telah dia terima selama tiga tahun ini. Baik pelajaran – pelajaran yang telah dia kuasai maupun pelajaran – pelajaran dalam taraf dilatih.

Ternyata bersama Mei – mei, pelajaran – pelajarannya maju dengan sangat cepat. Malah kini dia sangat sukar menundukkan gadis itu.

Dalam rimba persilatan, memang terdapat anak – anak ajaib. Di Tiongkok, yaitu tempat asal muasal silat yang ada di seluruh dunia, anak ajaib di kalangan persilatan ini lahir satu atau dua orang dalam seratus tahun. Dan itu pun sangat sulit menemukannya.

Kalau ada maka sejak lahirnya anak itu senantiasa menjadi rebutan kalangan persilatan. Sebab bisa diduga, siapa saja yang berhasil menjadikannya murid, pastilah perguruannya akan menjadi perguruan yang disegani.

Itu pulalah yang terjadi pada ayah kakek Mei – mei, Bu Beng Tay Hiap dari Tinggoan yang terkenal itu. Ayah kakeknya ini, lahir di biara Budha.

Biara itu milik orang – orang Bu Tong Pay. Biksu Bu Tong Pay yang melihat pertama kalinya sangat terkejut. Dan diam – diam dia memelihara anak itu. Namun Biksu itu membuat suatu kesalahan.

Dalam rangka mengamankan anak itu agar tak sampai jatuh ke tangan perguruan lain, dia sampai – sampai tak membenarkan ayah ibunya menemui si anak. Ini sudah keterlaluan.

Suatu malam anak itu diculik ayahnya. Dan si ayah hampir mati di tangan si biksu. Namun saat itu muncul seorang pendekar dari perguruan Siaw Lim Pay.

Pendekar itu menolong ayah dan ibu anak itu dari kematian. Membawa ketiga beranak itu ke perguruan Siaw Lim Pay tersebut. Tentu kehadiran anak itu di­sambut dengan kaget dan gembira oleh guru – guru besar perguruan tersebut.

Akhirnya ayah kakek Mei – mei ini menjadi seorang pesilat yang kesohor. Kesohor karena dia selalu muncul di saat – saat genting. Di mana ada penindasan dari yang kuat pada yang lemah, di sana dia muncul dan turun tangan menolong.

Siapa sangka, buyutnya yang lahir di Indonesia itu, juga mempu­nyai susunan tulang seperti dia. Kini menjadi murid dari perguruan Silek Tuo di Minangkabau. 

TIKAM SAMURAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang