0026 - Pelukan di Tengah Tangis

15 1 0
                                    

Mereka terkejut tatkala mendengar tepuk tangan dari rumah. Ketika mereka menoleh, mereka melihat si Bungsu tegak dengan senyum di dekat jendela. Mei – mei menghambur gembira melihat anak muda itu sudah bisa berdiri.

"Koko..." katanya tersendat di depan anak muda itu.

"Moy – Moy. Selamatlah. Engkau telah menjadi seorang pesilat tangguh..." suara si Bungsu terde­ngar bernada gembira dan bangga.

Mei – Mei menatap anak muda itu. Tiba – tiba de­ngan menyebut koko, dia memeluk anak muda itu de­ngan isak tertahan. Gadis ini sangat merisaukan kesehatan anak muda itu.

Ketika kini dia melihatnya telah mampu berdiri, hatinya sangat bersyukur. Dia menangis karena bahagia. Hanya si Bungsu terheran – heran, tatkala mengetahui Mei – mei menangis.

"Ada apa Moy – moy...?"

"Saya bahagia, Koko telah sembuh. Saya sangat khawatir Koko tak sembuh – sembuh. Saya sangat khawatir..."

"Orang kalau gembira pasti tertawa. Ini gembira kok menangis. Hei Salim, bagaimana ini. Pesilat tak boleh menagis bukan...?"

Salim hanya tersenyum. Si Upik berlari pada Mei – mei.

"Uni... jangan menagis... " katanya.

Mei – mei melepaskan pelukannya pada diri si Bungsu. Kemudian menghapus air matanya. Kemudian menatap pada si Bungsu. Si Bungsu tersenyum.

"Teruslah berlatih. Saya bangga melihatmu jadi seorang pesilat..."

"Kita sudah selesai. Hanya tinggal menutup de­ngan pernafasan..." terdengar suara Salim.

"Ayolah kita tutup latihan ini Uni. Nanti kesehatan bisa rusak bila tak diakhiri dengan latihan pernafasan itu..." Upik membujuk Mei – mei.

Gadis itu kemudian melangkah lagi ke lapangan kecil di belakang rumah tersebut. Lalu mengatur pernafasan sebagai penutup latihan. Si Bungsu mengenal latihan ini.

Pernafasan mempertajam pendengaran dan mengatur tenaga yang telah terpaksa keluar. Latihan begitu tiap hari dia lakukan ketika di Gunung Sago dahulu.

Mei – mei memang telah mulai latihan silat sejak dua hari kedatangannya ke rumah Datuk Penghulu ini. Di tertarik melihat si Upik berlatih. Karena itu ketika Datuk Penghulu Basa menawarkan untuk ikut, tanpa malu – malu dia ikuti pula. Dan dengan cepat ternyata dia bisa menguasai pelajaran yang diberikan.

Sebenarnya Datuk Penghulu bukan sekedar menawarkan latihan saja pada Mei – mei. Dia punya alasan yang kuat. Sebagai guru gadang aliran Tuo Pariangan Padangpanjang, yaitu aliran silat yang merupakan induk dari silat – silat yang ada di Minangkabau, seperti silat Lintau, Kumango, Pa­ngian dan lain – lain, dia melihat tulang seorang pesilat pada tubuh orang.

Mula pertama melihat Mei – mei, hati­nya berdetak keras. Susunan tulang Mei – mei merupakan susunan yang hampir – hampir sempurna bagi seorang pesilat. Dia yakin gadis ini mempunyai bakat silat yang luar biasa. Itulah sebabnya dia menawarkan gadis itu untuk belajar.

Ketajaman penglihatannya itu segera saja terbukti. Ketika dalam waktu satu bulan, Mei – mei telah melalap dan memahami dengan baik pelajaran – pelajaran pokok dan kunci – kunci serangan yang diberikan Datuk Penghulu Basa. 

TIKAM SAMURAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang