Part - 50

228 51 5
                                    

Aku mengulum kembali sebuah senyuman yang beberapa detik lalu ku tunjukan
bukan tak mengharap hadirmu, nyatanya kau bukan menuju padaku
Ku raup lagi udara yang terlanjur terhembus saat menyambutmu
Kau melukaiku, menghampirinya dan melupakanku di belakang sana.


~~bayang~~


Seorang gadis terduduk lemas di bawah ranjangnya, tangan kirinya ia taruh di tepi ranjang, menopang tubuh yang kian melemah. Berulang kali ia menyibak rambut pendeknya yang menghalangi pandangan, dengan kedua mata sembab dan hidung yang memerah, ia merebahkan kepala di atas lengan kirinya dan memejamkan erat kedua mata.

Gelap, sunyi dan menyesakkan. Ia membiarkan dirinya menikmati setiap kesakitan dari raga dan teriakan jiwanya, mengabaikan setiap pekikan dan rintihan yang riuh di dalam kepalanya. Gadis itu berpasrah, mengaku kalah dan hanya menikmati sisa waktu yang Tuhan berikan sebagai imbalan.

"A-aku ingin menyerah, maaf Appa.."

Suaranya parau dan berbisik, tenaganya habis untuk meratapi kepelikan yang ia rasakan dan beban berat yang di tanggungnya sendirian. Bukankah seharusnya ia membaginya pada sang ayah, yang memang selalu menjadi tempatnya bercurah resah.

Tangan kanannya gemetar, terangkat perlahan untuk menyumbat lubang telinga. Berisik, gadis itu tak menyukai setiap suara yang menyapa pendengarannya, yang meminta ia untuk mengakhiri setiap dukanya, yang mendesaknya menjadi licik untuk merasakan bahagia.

"A-aku ta-kut Appa hiks ta-kut.."

Gumamnya terbata dengan air mata yang mengalir deras, kedua matanya semakin erat terpejam, kedua kakinya tak ia biarkan berselanjar. Tubuhnya meringkuk memeluk tepi ranjang hingga beberapa saat ia kehilangan kesadaran dan terbaring lemah pada ubin dingin di kamarnya.


~~bayang~~


"WOY.. Asik sekali kau melamun"

Pharita mengerjapkan mata dan menoleh pada 3 orang gadis yang tiba-tiba saja ada di sekitarnya. Tatapannya beradu dengan salah satu gadis yang terduduk tepat di hadapannya, ia mengerjap pelan saat si gadis memutuskan kontak dan membuang pandangan.

"Eonnie, gwaenchana?"

"Hm?"

"Sakit? Wajahmu pucat.."

"Aku baik saja, Ruka"

"Kau yakin? Atau karena kau telat makan?" Ruka terdengar sangat mencemaskannya, Pharita tersenyum dan melirik sesaat pada si gadis jangkung yang tak sedikitpun menatapnya.

"Kalian hanya bertiga? Rora, Ahyeon dan Asa mana?" Tanya Pharita mengalihkan pembicaraan.

"Mereka masih di kelas, entahlah hanya menulis tapi begitu lama" Timpal Chiquita seraya memasukan makanan ke dalam mulutnya.

Pharita mengangguki ucapan Chiquita, ia kembali bungkam dan mulai menyantap makanan ringan yang ia pesan. Tatapannya lekat pada Rami yang sedari tadi hanya diam menikmati mie ramyeon pedas favoritnya, Chiquita dan Ruka pun mulai sibuk dengan makanan mereka.

Sreett

Pharita bangkit dari kursinya, ia menggenggam tangan Rami, berniat memintanya ikut namun gadis itu tak sedikit pun bergerak dari tempatnya.

"Ada apa?" Tanya Rami

"Ada yang ingin aku bicarakan"

"Disini saja" Pharita melirik pada Ruka dan Chiquita yang menatapnya penasaran. Gadis itu menghembuskan nafas panjang dan terduduk kembali di kursinya.

Babymonster Rami || Bayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang