Part - 29

168 33 1
                                    

Aku Akara, sebuah bayang yang kini teraba oleh raga yang sebenarnya sukar di sebut nyata.

Ia menjelma menjadi, Siapa..

memintaku dengan, Bagaimana..

sebutannya padaku, Adalah..

dan bisikannya di telingaku, Nikmatilah..

~~bayang~~

Keesokan harinya, Rora terlihat menghentikkan mobilnya di depan pintu gerbang rumah si sepupu. Ia mengernyitkan dahi melihat sebuah mobil hitam terparkir di sana, gadis itu menatap arloji di tangannya kemudian keluar dari mobil setelah memastikan waktu dan ia takkan terlambat datang ke sekolah.

Tok.. Tok..

Berulang kali Rora mengetuk pintu namun tak ada jawaban, mungkin pemilik rumah masih dalam pejaman matanya. Ia membalikkan tubuh hendak berlalu namun terhenti karena mendengar pintu yang terbuka.

"Rita Eonnie?" 

Lagi dan Lagi, Rora di buat bingung karena gadis tersebut. Setelah tadi malam Pharita tiba-tiba menghubunginya dan menanyakan Rami, kini gadis cantik tersebut berada di rumahnya dengan pakaian Rami dan wajah yang terlihat baru bangun tidur.

"Hai Rora"

"Kau ada disini? Mana Rami?" Tanyanya seraya melirik kearah dalam rumah.

"Masih tidur, semalam dia terkena demam"

"Demam?" Beo Rora, Pharita mengangguk kemudian mempersilahkannya masuk.

Merasa tak memerlukan izin, Rora membawa kaki jenjangnya kearah kamar sang sepupu. Ia membuka pintu dan terdiam menatap Rami yang terbaring di atas ranjang, gadis itu perlahan masuk dan terduduk di tepi ranjang. Tatapan lekatnya pada wajah pucat Rami, ia menyentuh kening si gadis dengan punggung tangan dan sedikit melebarkan matanya merasakan hawa panas yang menyengat.

"Sudah minum obat?" Tanyanya pada Pharita yang berdiri di sampingnya.

"Tadi malam"

"Bagaimana dengan kakinya?" Rora mengalihkan pandangan pada pergelangan kaki Rami yang masih terbalut perban elastis.

"Rorayaa.." Suara parau Rami membuat keduanya terfokus pada si gadis.

"Demam mu tinggi, kita ke rumah sakit, ya?"

"A-ku haus.." Pharita dengan cepat meraih gelas di atas nakas dan menyerahkan pada Rora yang kini membantu mengangkat sedikit kepala Rami.

"Suhu tubuhmu sangat tinggi, apa ini efek dari sakit kakimu?"

"Tidak usah cemas, nanti juga aku sembuh" Balas Rami parau dan lemah, Rora memejamkan mata sesaat. 

Ia bangkit berdiri di hadapan Pharita, "Aku akan membuatkan bubur.."

"Kau tidak berangkat sekolah?" Tanya Pharita, Rora melirik Rami kemudian menggeleng.

"Sepupu ku sedang sakit, giliran aku yang merawatnya.." 

Setelahnya gadis itu keluar dari kamar dan bergegas menuju dapur, ia menaruh ranselnya di kursi meja makan dan mulai memasak bubur. Pharita mengalihkan pandangan pada Rami yang ternyata masih menatap sayu padanya. 

Ia menghampiri Rami, terduduk di tepi ranjang dan menggenggam tangannya.

"Maaf, seharusnya kemarin aku tidak meninggalkanmu" Sesal Pharita, Rami tersenyum tipis dan mengerjap dengan pelan.

Babymonster Rami || Bayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang