Part - 28

306 48 5
                                    

Belasan menit terlewati tanpa suara, hanya terdengar hembusan nafas gusar dari Rami yang tengah menikmati pemandangan alam indah di hadapannya. Gadis asing tadi pun sama, ia hanya berulangkali melirik kearah kaki Rami yang nampak berulangkali di gerakan, mungkin karena pegal atau memang merasa kesakitan di udara yang semakin dingin ini.

"Apa mungkin kehadiran ku di dunia ini hanya bermakna seperti Gulma?"

Deg!

"A-apa maksudnya?" Gumam si gadis dalam hati, ia menatap lekat pagar bambu tersebut namun tak mendapati lubang atau apapun yang bisa di pakai untuk saling bertatap. 

"Seingat ku, di pertemuan terakhir, kita masih baik-baik aja. Apa karena kejadian malam itu yang membuatmu menjauhiku?" 

"Rita Eonnie?"

Si gadis membelalakkan matanya, Rami menyebut namanya dan ia tak salah dengar. 

Rami memang mengetahui sejak awal bahwa Pharita terduduk di sebelahnya saat di halte, mengikutinya ke dalam bis hingga ke tempat ini.

"Eonnie, tentang malam itu, aku minta maaf" Lirih Rami seraya menyeruput minuman jahenya yang tak lagi hangat. 

"Seperti Sujeonggwa ini, kau pun tak lagi hangat seperti saat pertama kali kita saling mengenal" Ujar Rami diakhiri dengan kekehan.

Namun Pharita tak sedikit pun membalas pertanyaan yang Rami lontarkan, membuat si gadis jangkung kini mendesah kecewa dan kembali bungkam. Pharita mungkin memang berniat menjauhinya dan hanya kebetulan mengikutinya, pikir Rami.

Beberapa saat kemudian, Pharita terlihat bangkit dan berlalu dari tempatnya, Rami melirik dengan ekor mata, kembali menghembuskan nafas dan menatap kearah depan. Dalam diamnya, gadis itu masih sibuk mempertanyakan apa yang salah dari dirinya, mengapa ia merasa bertanggung jawab atas perubahan sikap kakak kelasnya. Ia terkekeh getir dan menggelengkan kepala, mengangkat tangan dan kembali memesan sujeonggwa juga cemilan. Rami hanya ingin menikmati kesendiriannya, toh sang ayah juga tak ada di rumah jadi Rami bisa leluasa dan kembali sesuka hatinya.


~~bayang~~


Matahari telah terbenam di ufuk barat, menggantikannya, rembulan cantik yang bersinar menantang. Rasi bintang berkelip cantik memenuhi pekatnya sang langit, Rami menengadahkan kepala dan tersenyum manis. Gadis itu perlahan mengangkat tubuh, bertumpu pijak pada kaki kanannya kemudian melangkah pelan dengan kedua tangan memeluk tubuh yang menggigil.

Desiran halus angin utara membuat bulu-bulu halus di tubuhnya berdiri tegak. Gadis itu meniup telapak tangannya seraya masih berjalan kearah jalanan beraspal menuju halte bis, menunggu kendaraan yang akan membawanya pulang ke rumah. Ia mengernyitkan dahi, jalanan tersebut begitu sepi dan gelap, belum lagi lampu halte yang tiba-tiba temaram dan seperti akan mati, juga saat ia mengeluarkan ponsel, ponselnya ternyata kehabisan daya.

"Ponsel sialan, mengapa aku lupa mengisi daya!"

Rami kembali mengedarkan pandangan, ia memeluk tubuhnya yang semakin menggigil karena memang Rami tak memakai mantel. Benar apa yang Rami takutkan, sedetik kemudian lampu halte mengerjap dan mati total, mencipta gelap yang pekat juga sunyi yang semakin mendekap.

Restoran yang ia datangi tadi pun telah tutup dan tak menyisakan penerangan. Rami gemetar, ia ketakutan karena tiba-tiba saja bayangan akan hal-hal buruk terlintas di benaknya. 

Srekk~

Sreekkk~

Rami melirik kearah pepohonan di belakang tubuhnya, ia berusaha setenang mungkin namun nyatanya tak bisa. Gadis itu semakin di buat ketakutan setiap kali ia mendengar suara-suara asing. 

Babymonster Rami || Bayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang