Part - 31

195 41 18
                                    

Dua orang gadis tengah menikmati udara malam, berjalan-jalan santai mengelilingi komplek perumahan. Pharita memeluk tubuhnya yang kini merasa kedinginan, gadis satunya melirik kemudian melepas jaketnya dan memakaikan di tubuh si gadis. 

"Pakai saja.." 

"Lalu kau?"

"Aku kegerahan" Pharita hanya mengangguk dan tersenyum seraya mendekap jaket di tubuhnya. 

Setelah di rasa cukup, kedua gadis tersebut kembali ke rumah Rami, terduduk bersebelahan di teras rumah tersebut.

"Rora.."

"Hm?" 

"Apa aku boleh tahu tentang Rami?" Sebelah alis Rora terangkat namun kemudian mengangguk pelan.

"Apa yang ingin kau ketahui?

"Trauma apa yang membuat Rami takut sendirian?" 

Aurora menatapnya lekat, nampak ragu untuk menceritakan namun tatapan teduh Pharita mampu membuatnya luluh, gadis itu menatap kearah depan bersiap untuk bercerita.

"Dulu, waktu aku dan Rami masih berusia 10 tahun. Rami pernah hilang selama 3 hari. Semua orang mengira Rami menjadi korban penculikan, Paman Jae bahkan sampai meminta bantuan pihak berwajib" Rora menjeda kalimatnya, ia menyandarkan tubuh pada pilar bangunan di sebelahnya, Pharita menatapnya lekat, memasang pendengaran dengan tajam.

"Aku merasa bersalah kala itu karena menjadi penyebab hilangnya Rami" 

"Kau?" Rora menganggukkan kepala tanpa mengalihkan pandangan.

"Aku menyembunyikan kebenaran, saat mereka menanyakan tentang Rami, aku selalu berkata tidak tahu"

"Tunggu, apa maksudnya?" Sela Pharita, Rora terkekeh.

"Waktu itu aku meminta Rami untuk bersembunyi di sebuah tempat yang cukup jauh dari sini, kami sedang bermain petak umpet"

"Apa Rami menurutimu?"

"Jika ia tidak mengiyakan, ia tidak akan hilang, kan?"

"Ah, majjayo.." Si gadis terkekeh kecil, ia menarik nafas panjang dan merubah ekspresinya dengan serius.

"Rami bersembunyi di sebuah ruangan bawah tanah yang terbengkalai di belakang desa yang cukup jauh dari sini dan dia tidak bisa keluar dari sana"

"Terkunci?"

"Aku rasa iya, ruangan itu tertutup sangat rapat bahkan sulit untuk mendapatkan oksigen. Hingga akhirnya mereka menemukan Rami di sana, tak sadarkan diri dengan tubuh yang penuh luka dan hampir meregang nyawa"

"2 hari setelahnya Rami tersadar, dia histeris ketakutan. Dia berkata bahwa banyak orang-orang yang ingin membunuhnya di dalam sana"

"Sejak saat itu Rami tidak pernah suka jika ia sendirian di tempat gelap atau pun sempit. Tubuhnya gemetar dan bisa sampai histeris bahkan Paman Jae memutuskan untuk membawanya ke psikiater"

"Melihat kondisi Rami yang seperti itu, membuatku semakin merasa bersalah. Andai saja saat itu aku tak memintanya untuk bersembunyi mungkin Rami tidak akan memiliki kenangan buruk" Pharita mengusap pundak Rami yang mulai berkaca-kaca. 

"Ini bukan kesalahan mu, Rami yang memutuskan sendiri bersembunyi di sana"

"Aku yang juga memintanya bersembunyi di rubanah itu"

Deg!

Usapan tangan Pharita terhenti begitu saja, Rora menarik nafas panjang dan menundukkan kepala.

Babymonster Rami || Bayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang