Part - 52

147 41 0
                                    

Jaehyun baru saja sampai di kediamannya, pria itu terduduk lemas di sofa rumahnya seraya memejamkan mata dengan tangan yang sibuk memijat pelipisnya. Waktu menunjukkan pukul 4 sore namun Rami dan Pharita masih belum terlihat akan pulang.

Pria itu bangkit dan berjalan lemas ke arah kamarnya, ia memasuki kamar mandi berniat membasuh tubuh setelahnya naik ke atas ranjang dan tertidur pulas.

Dua jam kemudian, mobil mewah Pharita memasuki halaman rumah Rami. Keduanya saling pandang saat melihat motor Jaehyun terparkir di garasi rumah.

"Paman Jae sudah pulang?" Tanya Pharita

"Mungkin" Timpal Rami acuh, Pharita menatapnya dengan dahi yang mengernyit kemudian mengikuti langkah si gadis memasuki rumah.

"Kau mandi saja dulu dan ganti pakaian, aku akan memasak untuk makan malem" Titah Pharita, Rami menatapnya sesaat dan mengangguk patuh, membawa langkahnya menuju kamar.

Pharita mendesah kecil dan berjalan ke arah dapur. Mengeluarkan beberapa bahan makanan yang bisa dengan mudah ia olah, mencuci dan memotongnya.

Di balik fokusnya, Pharita malah memikirkan cara agar Rami melupakan kekesalannya pada Jaehyun, pikirannya terbagi antara masakan dan Rami membuatnya tak menyadari bahwa Jaehyun telah berada di dekatnya.

"Kau melamun?" Pharita terperanjat dan menoleh seraya mengusap dadanya.

"Astaga Paman, kau mengagetkan aku"

"Mian" Sesal Jaehyun dengan senyuman lebar, Pharita balas tersenyum.

"Biar Paman yang melanjutkan, kau mandi sana, bau keringat" Jaehyun menutup hidungnya bermaksud bercanda membuat Pharita reflek mencium aroma tubuhnya dan mendelik.

"Paman pulang bukannya membawa oleh-oleh malah membawa amunisi perang"

Jaehyun terkekeh mendengar gumaman si gadis yang kini berjalan ke arah kamarnya, ia menggelengkan kepala dan melanjutkan masakan Pharita seraya menambahkan menu lainnya.

Rami keluar dari kamarnya, ia melirik kamar di sebelah kirinya dimana kamar tersebut milik sang Ayah. Tak berniat menghampiri, si gadis kemudian berjalan ke arah tangga, langkahnya terhenti kala mendengar suara pintu terbuka.

"Sudah selesai memasak?" Tanya Rami, Pharita mensejajarkan langkah dan mengalungkan tangan di lengannya.

"Paman yang melanjutkan, aku tadi membersihkan diri" Rami melirik ke arah dapur dan benar saja, ia melihat sang ayah tengah menata hasil masakannya di atas meja makan.

Jaehyun menoleh dan tersenyum hangat pada kedua gadis yang berjalan ke arahnya, Pharita membalas senyumannya sementara Rami memalingkan wajah membuat Jaehyun paham bahwa sang anak masih dalam mode kesal.

Ketiganya terduduk tenang, Jaehyun dengan sigap mengalaskan nasi dan lauk pada piring Rami dan Pharita.

"Terimakasih Paman" Tulus Pharita dengan senyuman, Jaehyun mengangguk kemudian menyerahkan piring Rami.

"Terimakasih"

"Sama-sama, kalian makan yang banyak" Pharita mengangguk pasti namun Rami masih menampakkan wajah datarnya.

"Hm"

Mendengar jawaban Rami, si gadis cantik menatap wajah Jaehyun yang masih tersenyum namun menyiratkan kekecewaan. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, mulai menyantap makanannya begitupun kedua manusia lain di sana.


~~bayang~~


Selesai makan, Pharita terburu bangkit dan berpamitan masuk ke dalam kamar dengan dalih mengantuk namun itu hanya alasan, ia hanya ingin memberikan ruang bagi ayah dan anak itu untuk berbincang serius. Jaehyun paham dan berterimakasih meski tanpa suara pada Pharita.

"Bagaimana ujiannya?" Tanya Jaehyun memulai percakapan dengan canggung

"Lancar"

"Tidak ada kendala?"

"Aman" Timpal Rami dengan hembusan nafas malas, Jaehyun tersenyum miris di tempatnya.

"Kau masih marah?" Kali ini Rami mendongak menatap sang ayah.

"Appa, aku hanya ingin hidup dengan normal"

"Appa tahu sayang, Appa hanya khawatir"

"Aku sudah dewasa, aku bisa menjaga diriku sendiri"

"Appa, aku memang sakit, aku sekarat, bahkan bisa saja besok atau lusa Tuhan menjemputku —"

"Cukup Rami!" Sela Jaehyun tegas, Rami menggeleng dan menegakkan tubuhnya.

"Tidak Appa, Appa harus dengar curahan hati ku, agar Appa juga tahu jika aku lelah memendam semuanya!"

"Appa sudah menjadi orang tua yang hebat untukku, Appa memberi semua kasih sayang untukku, memberikan apa yang aku mau tapi 1 yang tidak bisa Appa kasih, kebebasan!"

"Dokter bilang aku tidak boleh terlalu banyak pikiran dan Appa menyetujui itu, kan?" Jaehyun mengangguk pelan

"Tanpa Appa sadar bahwa sebenarnya selama ini aku tertekan. Sekolah dan kamar, hanya itu kehidupan ku. Appa, setiap orang membutuhkan udara segar termasuk gadis penyakitan ini!" Jaehyun menatapnya dengan kedua mata yang berembun dan gelengan kepala kecil.

"Setidaknya sekali selama hidup, aku merasakan bagaimana serunya liburan sekolah" Lirih Rami penuh pengharapan

"R-Rami" Tenggorokannya terasa tercekat, Jaehyun berusaha memahami perasaan sang anak.

Rami menundukkan kepala, menahan air matanya kemudian menarik nafas panjang dan bangkit, berlalu begitu saja tanpa mengucapkan apapun dan masuk ke dalam kamar.

Jaehyun membiarkan kepalanya tertunduk dalam, mempersilahkan air mata mengalir tanpa hambatan meski tanpa raungan yang keluar dari bibirnya dan hanya kedua bahunya yang terlihat bergetar.

Di balik pintu yang tertutup, Pharita menyandarkan tubuhnya yang terduduk meringkuk dengan tangan yang membekap mulutnya. Ia menangis perih saat dengan sengaja mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut Rami yang terdengar seperti permohonan dengan penuh keputusasaan. Ia membenamkan wajah di antara lutut dengan tangan kiri yang memukul-mukul dadanya yang teramat sesak.

Rami mengunci dirinya di kamar mandi, jika tadi ia menahan air mata namun kini tak lagi. Gadis itu terduduk meringkuk memeluk kedua lutut di sudut kamar mandi, menangis perih meratapi kepiluan hidupnya.
Rami memang sakit, sekarat dan mungkin saja esok ia akan mati.

Namun apakah salah jika ia meminta sedikit saja kebebasan untuk menjalani dan menikmati sisa hidupnya dengan indah sebelum kematian datang?

Malam ini, di penjuru rumah sederhana ini. Setiap dinding, udara dan segala isinya menjadi saksi bisu atas tangisan pilu dan ratapan sendu dari para penghuninya.


















Babymonster Rami || Bayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang