Part - 55

227 43 6
                                    

Hari ini adalah hari ketiga para gadis berada di sana. Benar apa yang di katakan Chiquita, mereka menorehkan banyak kenangan bersama suka cita dan tawa. Bukan hanya Rami namun para gadis lain pun menikmati waktu liburan kali ini yang memang berbeda dari beberapa liburan mereka sebelumnya.

Malam hari setelah makan malam bersama, Rami keluar dari vila dan kini terduduk di pesisir pantai yang minim penerangan. Kedua kakinya ia tekuk dan dekap, sesekali memejamkan mata menikmati buaian angin yang menyapa ringan.

Rami merasa hidup, benar-benar hidup beberapa hari ini. Bukan karena ia jauh dari sang ayah namun karena Rami merasa berhasil membebaskan diri dari ketakutannya akan dunia luar dan kegelapan. Gadis itu melepaskan alas kakinya, membiarkan sapuan ombak menyapa dan bergulung hingga sela jemarinya. Ia tersenyum manis dan kembali menatap hamparan laut gelap di hadapannya.

"Tenang ya" Rami menoleh, ia tersenyum manis pada Pharita yang berjalan santai ke arahnya, ia mengulurkan lengan, menarik Pharita untuk duduk di sebelahnya.

"Kau tidak takut?" Tanya Pharita, Rami menggeleng

"Benarkah?"

"Aku sudah besar, tak seharusnya takut pada kegelapan. Lagi pula akan ada kau yang menemaniku" Timpalnya tanpa mengalihkan pandangan dari lautan, Pharita menatapnya lekat dan mengangguk.

"Kau benar, aku tidak akan membiarkanmu sendirian" Rami menganggukkan kepala, keduanya terdiam seakan kehabisan topik pembicaraan.

Hingga beberapa menit kemudian, Rami menoleh dan menatap Pharita dengan lekat.

"Sebentar lagi ulang tahunku" Pharita menoleh seraya menekuk kedua kakinya.

"Hadiah apa yang kau inginkan dariku?"

"Apa kau yakin akan memberikan apa yang aku inginkan?" Pharita mengangguk yakin. Rami menatapnya lekat dengan wajah serius.

"Aku pernah mendengar bahwa setiap kesempatan yang datang dan terlewatkan, tidak akan pernah lagi datang untuk kedua kalinya"

"Ada satu hal yang belum sempat aku rasakan dan aku belum mendapatkan kesempatan itu, aku ingin setidaknya sekali dalam hidup bisa merasakannya"

"Apa itu?" Tanya Pharita dengan tatapan lekat pada kedua manik Rami yang memancarkan pengharapan.

"Aku ingin merasakan berpacaran"

"Kau mau menjadi kekasihku?"

Deg!

Keduanya terdiam dengan perasaan yang mereka yakini masing-masing. Pharita dengan sorak bahagia sekaligus terluka meski menganggap itu hanya omong kosong atau lelucon biasa namun debaran jantungnya tak bisa ia kendalikan.

"Sepertinya kau tidak mau, meski ini hanya permintaan sebagai hadiah ulang tahun ku saja" Lirih Rami

"Kenapa harus aku?" Tanya Pharita mengabaikan ucapan si gadis

"Aku tidak mempunyai kandidat lain selain kau, aku juga tidak bisa berbicara bebas dengan yang lain. Tidak ada alasan lain, jika kau memang tak mau, tak apa lupakan saja" Jelasnya dengan senyuman getir, Pharita menatapnya dengan sebelah alis terangkat

"Mengapa kau berpikir bahwa aku akan menolaknya?"

"Karena hati mu bukan untukku, tak terisi olehku dan inginmu bukan aku." Timpal Rami cepat, ia mengalihkan pandangan ke arah lautan lepas.

Hening beberapa saat, membiarkan suara debur ombak menyamarkan perasaan canggung yang tiba-tiba saja menguar pekat. Hingga akhirnya Pharita menghembuskan nafas panjang dan kembali berbicara

Babymonster Rami || Bayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang