Part - 33

261 49 6
                                    

Ckittt.. 

Sebuah mobil hitam terhenti di sebuah lapang luas yang menghadap hamparan tetumbuhan hijau, kedua gadis di dalamnya masih terdiam di tempat tak sedikitpun bergerak atau berniat beranjak keluar. Keheningan melanda selama perjalanan hingga saat ini, hanya hembusan nafas ringan yang terdengar.

Detik berganti menit, tepat saat menunjukkan menit ke 20, salah satu gadis melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. Ia berjalan kearah pagar pembatas yang menjadi pemisah antara lapang dan lahan alam. Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri, merasakan kedinginan yang cukup membuat tak nyaman.

Brugh!

Suara bantingan pintu mobil terdengar ramah, di iringi derap kaki yang kian mendekat pada gadis yang masih asik menatap hamparan indah di hadapannya. Rasa hangat seketika mendekap kala sehelai selimut menutup tubuh bagian atasnya, ia hendak berontak untuk melepaskan dekapan namun hatinya menolak dan malah membiarkan.

"Apa tujuan mu membawa ku kemari, Rinnie?" Tanya Rami yang kini memejamkan mata menikmati segarnya hawa.

"Aku merindukanmu, Rami" Gumam Pharita teredam karena wajahnya terbenam pada punggung Rami.

Tak ada lagi percakapan, cuitan dari burung-burung kecil menjadi musik pengantar keresahan yang mereka rasakan. Masih di posisi yang sama, Pharita mengeratkan pelukan lengannya pada tubuh Rami.

"Kenapa harus aku?" 

"Hm?" 

"Yang kau inginkan bukan aku" 

Deg! 

Kedua mata Pharita yang sempat terpejam kini terbuka sempurna, Rami merasakan tubuh kakak kelasnya itu menegang, ia tersenyum miris dalam pejaman matanya. 

"A-apa maksudmu?" 

"Aurora" Singkat padat dan terdengar jelas di pendengaran Pharita. 

Rami perlahan melepas pelukan lengan Pharita meski si gadis berusaha mempertahankannya namun tenaga Rami begitu kuat, ia menarik Pharita ke sebelahnya namun tetap menatap kearah depan.

"jika kau memang mencintainya, katakan saja, jangan kau pendam sendirian" Ujar Rami tenang, Pharita menatapnya nanar. 

"Rora dan Ahyeon masih belum memiliki hubungan, kau masih memiliki kesempatan" Ia menatap Pharita dengan senyuman namun pancaran matanya menyiratkan kehampaan.

Pharita masih menatap manik hitamnya lekat hingga Rami kembali memalingkan wajah dan memejamkan mata. 

Tatapan Rami barusan membuat perasaan Pharita tak nyaman, entah mengapa ia merasa sesak di alam terbuka ini. Gadis itu meremas kepalan tangannya dengan kedua mata memanas.

"Mengapa hatiku sakit melihat tatapanmu tadi, Rami?" Lirih Pharita dalam hati, ia menundukkan kepala, berusaha menahan tangisan yang tiba-tiba saja ingin tercurah.

Rami membuka mata dan menoleh pada Pharita, ia pun merasakan hal yang sama dengan apa yang si gadis rasakan. Rami menggigit bibir bawahnya, menarik nafas panjang kemudian merangkul pundak Pharita membuat gadis itu menoleh kaget. 

"Aku tidak menyangka, banyak sekali gadis-gadis cantik yang menyukai sepupuku padahal dia sangat dingin seperti es balok" Tawa Rami menggelegar namun terasa hambar. Rami menatap Pharita dengan senyuman lebar.

"Sejak kapan kau menyukainya?" Pharita bungkam, ia membuang pandangan ke arah lain.

"Pasti saat kau menjadi pembina Mpls kami dulu, kan?"

Babymonster Rami || Bayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang