Part - 19

225 52 10
                                    

Jaehyun tengah di sibukan dengan beberapa lembar kertas di mejanya, pria itu melirik arloji di tangannya yang kini menunjukkan pukul 9 malam. Ia mendesah frustasi karena lagi dan lagi melewatkan jam makan malam yang telah ia janjikan pada sang putri semata wayang.

Dengan hembusan nafas panjang, pria itu kembali memfokuskan diri pada pekerjaannya, berniat membereskannya secepat mungkin karena kantor pun telah kosong dan hanya tinggal dirinya yang berada di sana. 

Drtt.. Drttt.. 

Pria itu melirik ponselnya yang berdering, ia meraihnya dengan tatapan masih terfokus pada selembar kertas di tangannya. Pria itu menekan tombol hijau dan mengapit ponselnya dengan bahu.

"Halo sayang.."  Jaehyun mengernyit, tak ada suara apapun di sebrang sana.

"Rami??"

"A-Appa.. hah.. hah.." 

Srekk..

Kertas yang berada di genggamannya terlepas dan jatuh begitu saja. Tubuhnya menegang dengan kedua mata yang melebar mendengar suara lirih sang anak.

"T-tunggu Appa sayang.." 

Tutt.. tut.. 

Panggilan terputus, Jaehyun dengan cepat membereskan barangnya dan berlari keluar dari kantor. Persetan dengan pekerjaannya yang belum rampung, Jaehyun mencemaskan kondisi sang anak.

Ia menaiki motornya dan membawanya melaju dengan kecepatan penuh. Pria itu di landa kepanikan ekstrem, beruntung jalanan tak terlalu ramai dan Jaehyun sampai dengan selamat di rumahnya.

Brakk!

"Rami.." 

Ia berlari dengan cepat, mengangkat tubuh sang anak yang tergeletak tak sadarkan diri di bawah ranjangnya. Pria itu dengan cepat mengambil ransel Rami, mencari sesuatu namun tak di temukannya. Ia beranjak menuju lemari, mengambil sebuah tiang dengan selang kecil yang melilit disana dan membawanya kearah ranjang Rami. 

Kedua matanya mengembun dengan nafas yang memburu gusar, tangannya pun terlihat gemetar. Jaehyun memejamkan kedua matanya sesaat, menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan kemudian kembali memasangkan infusan pada lengan sang anak setelah mendapatkan tenang. 

"Tenang Jae tenang.." Gumamnya pada dirinya sendiri. 

Ia mengusap wajahnya dan kembali menatap wajah pasi Rami. Tangannya terangkat, mengusap darah yang mulai mengering di bawah hidung sang anak. Kali ini Jaehyun tak bisa lagi menahan air matanya, buliran bening itu meluncur melewati pipinya dengan bibir dalam yang ia gigit. 

"R-Rami, sayang.. Maafkan Appa hiks.." 

Jaehyun membalikkan tubuh memunggungi Rami, pria itu menutup wajahnya yang menangis dengan kedua tangan. Meski bukan pertama kalinya namun Jaehyun masih saja tak kuasa menahan rasa sakit di hatinya melihat kondisi sang anak yang begitu mengkhawatirkan. 

"Appa.." 

Si pria menghentikan raungan pilunya, ia mengusap kasar air mata di wajah dan menoleh pada Rami yang telah membuka mata dan menatapnya sayu.

"Uljimma.." Gumam Rami teramat pelan bahkan terdengar seperti bisikan. Jaehyun menggeleng, ia menggenggam tangan Rami dan menciumnya.

"Appa mianhae.."

"Aku yang minta maaf Appa, aku selalu merepotkan Appa"

"Sssttt.. Kau tidak boleh bicara seperti itu. Kau putri Appa, hidup Appa, jadi sepatutnya Appa menjagamu dengan baik.." 

Babymonster Rami || Bayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang