Ruby memberikan Chris waktu untuk mengajaknya menikah, tapi dua minggu berlalu begitu saja. Chris sama sekali belum ada membahas tentang pernikahan, laki-laki itu bersikap seperti biasa. Menemui Ruby setiap kali dia rindu, dan berbincang santai dengan Ruby seperti hal yang selalu mereka lakukan.
Tidak ada pembicaraan serius yang keluar dari mulut Chris, laki-laki itu memang terkadang mengusap perut Ruby, menanyakan bagaimana keadaan bayi mereka di dalam sana. Tapi, Chris tidak menyampaikan niat untuk lanjut ke jenjang lebih serius lagi.
Hal itu cukup membuat Ruby bingung. Apa waktu dua minggu belum cukup juga bagi Chris? Ruby juga tidak perlu di lamar secara romantis jika memang itu yang sedang Chris rencanakan. Mereka hanya perlu membicarakan kapan menikah, dan di mana tempatnya. Hanya itu saja yang Ruby perlukan. Setidaknya Chris berkata akan menikahi Ruby, itu sudah lebih dari cukup, tapi ini tidak ada sama sekali.
Ruby menunduk, menatap perutnya yang di usap-usap oleh Chris. Laki-laki itu memeluknya dari belakang. Mereka terdiam cukup lama di ruangan Chris, duduk bersantai di sofa. Makan siang masih ada di atas meja, belum Ruby sentuh karena dia mual setiap kali mencium bau makanan itu. Jadi, Chris memutuskan untuk menutup rapat kotak makanan mereka.
“Chris,” panggil Ruby yang di balas dengan gumaman oleh Chris. “Kau sedang merencanakan sesuatu?” tanya Ruby.
“Merencanakan apa?” Chris balik bertanya. Sedikit tidak mengerti dengan pertanyaan Ruby karena dirinya sedang tidak merencanakan apa pun.
Ruby sedikit ragu untuk menanyakan ini terlebih dahulu, takutnya Chris sudah menyiapkan semuanya. Mungkin saja Chris menyiapkan lamaran untuk Ruby, dan Ruby tidak ingin mengacaukan kejutan yang sedang direncanakan oleh Chris. “Usia kandunganku sudah menginjak usia 6 minggu, Chris.”
Ruby tahu usia kandungannya karena beberapa waktu lalu melakukan pemeriksaan ke dokter bersama dengan Chris. Laki-laki itu juga ada di sana, melihat saat kandungan Ruby di USG, dan mengetahui dengan pasti jika usia kandungan Ruby sudah 6 minggu, dan mereka tidak bisa menunda lagi.
“Iya, aku tahu, Ruby. Aku melihat anak kita tumbuh sehat di rahimmu.” Chris membenamkan wajahnya di cekukan leher Ruby. Tadinya hanya satu tangan yang berada di perut Ruby, tapi kini kedua tangan Chris ada di sana. “Hanya saja mereka membuatmu jadi kesulitan makan.”
Ruby menoleh ke samping, berusaha menatap wajah Chris yang kini tengah tersenyum. “Jadi, kapan kita akan menikah, Chris?” Ruby tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya kepada Chris. Dia sangat penasaran dengan apa yang laki-laki itu rencanakan. Ruby juga ingin kepastian dengan hubungan mereka.
Senyuman di bibir Chris menghilang dalam hitungan detik, tangan yang tadinya memeluk Ruby, tertarik begitu saja. Chris menatap ke arah Ruby yang kini membalikkan badannya, dan tatapan mereka bertemu. “Kita akan membesarkan anak kita bersama, Ruby.”
Ruby sedikit aneh melihat tatapan Chris yang berubah, laki-laki itu terlihat kaku, dan tidak senang dengan pertanyaannya. Ruby menganggukkan kepalanya. “Tentu kita membesarkan anak kita bersama, Chris. Kita akan menikah dan hidup bersama bukan?” Ruby menunggu jawaban Chris dengan sebuah senyuman yang tidak lepas di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Boss!! (TAMAT)
Storie d'amore(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!) WARNING!! (21+) Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Ruby menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk mengajak tidur laki-laki acak yang berada di bar di mana mereka sedang minum...