Siapa Yang Terkuat

186 22 13
                                    

✨HAPPY READING✨

Setelah hari yang panjang membawa artefak ular kembali ke Amarantha, para pangeran akhirnya memutuskan untuk beristirahat. Pangeran Jamie berada di kamarnya, ditemani Mirie yang duduk di tepi ranjang dengan buku cerita di tangan, suaranya lembut mengalun saat ia membaca. Jamie berbaring dengan kepalanya di pangkuan Mirie, merasakan kenyamanan yang jarang ia temui.

Mirie mengusap lembut surai Jamie dengan jemarinya, gerakan lembut yang membuat Jamie merasa rileks. Matanya terpejam, tapi ia mendengarkan dengan seksama setiap kata yang Mirie baca. Di kamar yang tenang itu, hanya ada suara Mirie dan sentuhan lembutnya.

Sementara itu, Pangeran Maverick dan Joseph, sang pengawal pribadi sekaligus sahabatnya, telah kembali dua hari yang lalu. Mereka dikirim menyelidiki tempat lain, dan bertemu dengan Pangeran Harl dari kerajaan tetangga.

Harl sudah menemukan artefak yang sama—berlambangkan ular—tetapi karena bukan mereka yang menemukannya, Maverick dan Joseph hanya bisa mengamati.

Di sisi lain, George dan Erland sedang sibuk dengan penelitian artefak itu, bekerja sama dengan para cendekiawan dan ahli kerajaan.

Kembali ke kamar, setelah Mirie selesai membacakan cerita, Jamie perlahan membuka matanya. Ia menatap Mirie dengan tatapan penuh pertanyaan yang tertahan lama.

"Mirie," bisik Jamie, "kenapa kemarin kau tiba-tiba ada di sana? Dan setelah itu, kau tiba-tiba hilang lagi? Kenapa kau selalu begitu misterius?"

Mirie menatapnya, tapi tak menjawab. Ia hanya tersenyum samar, dan mengusap rambutnya sekali lagi.

"Setiap kali bertemu denganmu... rasanya seperti ada rasa rindu yang dalam, seolah-olah aku telah mengenalmu jauh sebelum ini," lanjut Jamie dengan suara serak. "Seperti... ada sesuatu yang tak pernah selesai di antara kita. Kenapa begitu, Mirie?"

Mirie terdiam sejenak, bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang penuh misteri. Mata beningnya menatap Jamie dengan kehangatan yang tak terucap, seolah jawaban ada di dalam senyuman itu sendiri. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun, hanya terus menatapnya dalam diam, membiarkan misteri di antara mereka menggantung, seakan memberi Jamie petunjuk bahwa ada hal-hal yang belum saatnya untuk diketahui.

Suasana kamar yang tenang itu terasa semakin dalam, dan bagi Jamie, diam Mirie lebih berbicara dari segala penjelasan.

...

Pangeran Kenneth sedang berada di halaman istana, sendirian dengan pedangnya, mengasah kemampuan bertarungnya. Cahaya matahari menyinari tubuhnya yang penuh keringat, sementara ia melayangkan serangkaian serangan cepat, menciptakan bayangan yang bergerak gesit di atas tanah. Setiap ayunan pedang tampak kuat dan terarah, menunjukkan keahlian yang tidak main-main.

Dari kejauhan, Fredric, pria tua yang licik dan penasihat raja, mengamati latihan Kenneth dengan senyum kecil yang penuh arti. Ia berjalan mendekat, tangan terlipat di belakang punggungnya, dan matanya bersinar dengan ketajaman licik.

"Pangeran Kenneth," sapa Fredric dengan nada memuji, "Anda memang tak diragukan lagi adalah pangeran Amarantha terkuat. Setiap gerakan pedang Anda menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Jika saya boleh berkata, kekuatan Anda tak tertandingi di seluruh kerajaan."

Kenneth menurunkan pedangnya, tersenyum kecil mendengar pujian itu. "Terima kasih Fred," ucapnya dengan nada tenang. "Aku berlatih untuk itu."

Fredric mendekat sedikit lebih dekat, nadanya berubah menjadi lebih serius, namun masih penuh dengan kepura-puraan. "Oh, tapi saya mendengar kabar menarik dari Pangeran Zaron baru-baru ini," katanya, seakan-akan berbicara tanpa disengaja. "Katanya Pangeran Jamie… sekarang sudah memiliki kekuatan. Beritanya sangat cepat menyebar di istana, bahkan sampai ke telinga para cendekiawan."

An Imbalance In My World  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang