Pertanyaan Kakek

166 38 16
                                    

✨HAPPY READING✨


Ruangan rahasia yang tersembunyi di balik dinding kamar Davidson, hanya bisa diakses melalui portal yang terbuka dengan mantra khusus.

Tidak sembarang orang bisa memasuki ruang tersebut. Di dalamnya, suasana magis terasa kental.

Rak buku melingkar memenuhi dinding, berisi buku kuno dan benda-benda sihir. Cahaya biru redup dari kristal menyinari meja besar di tengah ruangan, tempat Davidson duduk menunggu Maverick.

"Masuklah, Mave," suara Davidson terdengar tenang namun penuh kewibawaan.

Maverick melangkah masuk, ia menatap kakeknya dengan hormat. Davidson mempersilakan cucunya duduk di kursi di depannya.

Sejenak mereka hanya saling bertukar pandang, seperti kakek dan cucu yang sedang berbincang ringan.

"Bagaimana harimu, Mave?" tanya Davidson santai, membuka pembicaraan.

"Baik, Kakek. Tidak ada yang menarik. Aku hanya menyelesaikan beberapa latihan dan meninjau wilayah bersama pangeran yang lain," jawab Maverick dengan nada lembut.

Setelah beberapa menit percakapan biasa, Davidson akhirnya masuk ke topik yang lebih serius. "Seberapa jauh kekuatan yang kau miliki, Mave?" tanyanya sambil memandang cucunya dengan sorot mata tajam.

Maverick tampak berpikir sejenak. Ia menarik napas dalam sebelum menjawab, "Aku tidak yakin, Kakek. Sejujurnya, aku rasa tidak ada yang istimewa dari kekuatanku. Sama seperti saudara-saudaraku, aku hanya... lebih mudah menerima kemampuan baru, baik secara fisik maupun mental dan fikiran."

Davidson mengangguk pelan. Kata-kata itu mengingatkannya pada keputusan kelam yang pernah ia ambil di masa lalu.

Tindakan yang ia sembunyikan dari semua orang, menggugurkan janin dari Selir Marley menggunakan kekuatannya, karena ia melihat calon anak itu hadir sebagai ancaman besar bagi Amarantha.

Kini, melihat Maverick di hadapannya, ia merasa pilihannya dulu tidak sia-sia. Maverick adalah anak istimewa.

Itu juga yang membuat Marley benci dengan putra mahkota, harusnya anak dari rahimnya yang menyandang gelar itu, bukan anak dari permaisuri Deline.

"Itu kemampuan yang luar biasa, Mave. Tidak semua orang bisa seperti itu," ujar Davidson. "Tapi, adakah sesuatu yang benar-benar unik darimu? Sesuatu yang tidak dimiliki saudara-saudaramu?"

Maverick tersenyum tipis. "Mungkin penglihatanku, Kakek. Aku merasa penglihatanku lebih tajam dibandingkan yang lain. Zaron memang memiliki akurasi tinggi, tapi saat aku bertanya ternyata dia hanya membayangkan targetnya dan panah miliknya yang melesat tepat pada objek yang ia bayangkan. Sementara aku, aku bisa melihat detail sekecil apapun, bahkan dalam jarak yang cukup jauh."

Davidson tersenyum bangga. "Itu kelebihan besar, Mave. Aku yakin, suatu hari nanti kau akan menjadi raja yang hebat."

"Terima kasih, Kakek. Semua ini pun berkat bimbinganmu," jawab Maverick, nadanya tetap rendah hati.

Davidson mengangguk. "Sekarang, panggillah Jamie. Aku ingin berbicara dengannya."

"Jamie sedang pergi bersama George beberapa saat lalu," jawab Maverick.

"Kalau begitu, panggilkan Erland. Ada hal yang ingin kutanyakan padanya."

Maverick bangkit dan meninggalkan ruangan. Ia segera mencari Erland di perpustakaan karna tak ada opsi tempat lain untuk mencari si bungsu, dan benar saja, adiknya sedang berdiri di sudut ruangan, mengawasi Shevarta yang tengah digoda oleh Keanu, putra salah satu menteri kerajaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

An Imbalance In My World  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang