Dari Sini Asalnya

131 24 0
                                    

✨HAPPY READING✨

Di dalam ruang rapat kerajaan, suasana terasa tegang dan serius. Para pangeran, pejabat kerajaan, serta para peneliti dan cendekiawan berkumpul mengelilingi meja besar.

Salah satu peneliti, seorang pria tua dengan wajah penuh kerut dan suara rendah, berbicara dengan hati-hati namun tegas, "Artefak yang ditemukan oleh para pangeran mengandung ilmu hitam. Artefak itu memunculkan penyakit yang membuat korbannya tetap hidup, namun kehilangan kesadaran. Berdasarkan catatan, artefak ini dulunya milik Desmon, seorang penyihir hebat yang telah tiada dua dekade lalu."

Para hadirin saling bertukar pandangan. Pangeran Kenneth, yang duduk bersama Hoshea, mendengarkan dengan seksama.

Mereka telah menghabiskan waktu untuk menyelidiki asal usul artefak ini, bahkan menduga ada kawasan berbahaya yang mungkin menjadi pusat kendali artefak tersebut.

Kenneth meyakini bahwa seseorang di sana telah mengambil alih kendali, sebab Desmon telah meninggal 20 tahun lalu.

Raja Dariel, yang duduk di ujung meja dengan sorot mata tajam, angkat bicara. "Penyelidikan ini tidak bisa ditunda lebih lama. Aku memutuskan untuk mengutus Pangeran Maverick, Jamie, dan Erland untuk menyelidiki tempat tersebut."

Kenneth menahan napas, lalu merasakan kekecewaan yang dalam. Mengapa bukan dirinya yang dipilih? Padahal dia yang mengungkap informasi tentang artefak itu.

Dengan tatapan protes, Kenneth menatap Raja Dariel, tetapi keputusan raja sudah bulat dan tak dapat diganggu gugat.

"Kalian bertiga akan berangkat besok pagi," perintah Raja Dariel, tanpa keraguan sedikit pun dalam suaranya. Kenneth hanya bisa menahan diri meskipun hatinya bergejolak.

Setelah pertemuan berakhir dan para hadirin meninggalkan ruangan, Kenneth berjalan keluar dengan langkah cepat, wajahnya tegang dan penuh amarah yang ia pendam.

Di lorong, ia dihampiri oleh Fredric, seorang bangsawan licik yang sering kali memanas-manasi keadaan. Dengan senyum sinis, Fredric mendekat.

"Kau lihat, Kenneth?" katanya dengan nada menyindir. "Raja memilih Maverick, Jamie, dan Erland, pangeran-pangeran yang dianggap hebat. Terutama Jamie... sepertinya dia sudah mengambil alih posisimu."

Fredric berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Kenneth yang mulai berubah gelap. "Kau akan segera dilupakan oleh raja, Kenneth. Mungkin, tak lama lagi, nama dan pengaruhmu akan lenyap begitu saja."

Perlahan, tangan Kenneth mengepal dengan kuat. Amarah mendidih di dalam dadanya, namun ia menahan diri untuk tidak meluapkannya.

Sementara Fredric berjalan pergi dengan senyum kemenangan di wajahnya, Kenneth bertekad untuk membuktikan bahwa ia tidak akan semudah itu terlupakan, apapun yang terjadi.

...

Ketiga pangeran—Jamie, Maverick, dan Erland—menerobos lebatnya hutan yang sunyi dan dingin, mencari tanda-tanda energi yang aneh.

Mereka berpencar, masing-masing mencoba merasakan keberadaan kekuatan misterius. Namun, setelah beberapa saat, mereka kembali berkumpul dengan tangan hampa. Hutan ini tampak seperti hutan biasa, gelap dan begitu terpencil.

Tanpa petunjuk lebih lanjut, mereka memutuskan untuk berjalan bersama, hingga Jamie merasakan sesuatu yang tidak biasa.

Kalungnya mulai bersinar merah muda, semakin terang seiring dengan meningkatnya kewaspadaannya. Jamie berusaha menenangkan diri, mengendalikan kekuatannya, lalu dengan segenap tenaga, ia melemparkan energi merah mudanya ke tanah.

Tanah itu bergetar hebat, retakan memanjang terbentuk di hadapan mereka. Mengikuti arah retakan, ketiga pangeran melihat sebuah gua yang perlahan muncul dari balik ilusi yang selama ini menutupinya, gua tua yang tersembunyi di bawah kekuatan sihir yang begitu kuat.

An Imbalance In My World  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang