Kunjungan Tuan Putri

183 43 19
                                    

✨HAPPY READING✨

Kerajaan Arcanum yang dipimpin Raja Matteo sedang berada dalam situasi genting.

Di tengah berbagai konflik internal dan eksternal, Desmon, pemimpin dari kerajaan Rimegaet, melancarkan serangan mendadak. Berbekal energi merah-biru yang berkobar di sekelilingnya, Desmon menebas dan menangkis serangan tanpa henti, meluncurkan setiap serangan dengan tujuan satu, yaitu balas dendam.

Di hadapannya, Matteo berdiri dengan gagah, menggunakan energi ungu-jingga yang bersinar dengan intensitas tak kalah kuat.

Mereka berdua bertempur habis-habisan, meninggalkan luka menganga dan nyeri yang tampak di wajah masing-masing.

Namun, ketegangan belum berakhir di situ. Di tengah pertempuran sengit antara Desmon dan Matteo, sepasukan misterius berpakaian serba hitam tiba-tiba muncul entah dari mana.

Mereka menyerbu dengan kecepatan dan ketepatan luar biasa, menghancurkan pertahanan terakhir Arcanum.

Raja Matteo merasakan tekanan yang semakin berat, namun ia tak henti-hentinya melawan, meski dengan luka parah dan tubuh yang hampir tak sanggup berdiri.

Desmon tertawa dingin sambil menyeka darah yang mengalir dari kepalanya. "Bukankah Permaisuri Elysia sedang melahirkan di dalam istana?" ucapnya dengan senyum penuh kemenangan. Ucapan itu seakan pisau tajam yang menusuk hati Matteo.

Matteo menahan kemarahan yang mendidih. Benar, permaisurinya sedang berjuang melahirkan anak mereka di dalam istana, namun Desmon datang tanpa peringatan, menyerang saat Arcanum lengah.

Matteo mengerahkan sisa tenaganya untuk mempertahankan istana, memastikan permaisuri dan anaknya aman, tapi usaha itu sia-sia.

Para penyusup berhasil menembus pertahanan hingga masuk jauh ke dalam istana. Dengan napas yang tersengal-sengal, Matteo hanya bisa berdoa dalam hati agar keluarganya selamat, namun doanya tak terkabul.

Di bawah serangan Desmon yang tak berbelas kasihan, Raja Matteo tumbang, jatuh meregang nyawa dengan wajah yang penuh luka.

Namun, saat kemenangan Desmon tampak pasti, seorang pria misterius tiba-tiba muncul dari balik kabut perang, mengenakan pakaian putih yang tertutup rapat.

Sosoknya tinggi, tegap, dan memancarkan aura mengintimidasi. Pria itu dengan mudah menghancurkan pasukan serba hitam yang membantu Desmon, melemparkan mereka satu per satu dengan kekuatan yang luar biasa.

Desmon yang sudah kelelahan hanya bisa menyaksikan dengan kengerian saat pria tersebut mendekat, seakan menembus seluruh pertahanan dirinya.

"Siapa kau?" Desmon bertanya terbata-bata, darah mengalir dari mulutnya. Pria itu mengangkat tudung wajahnya, menatap Desmon dengan sorot mata tajam.

"G-guru?" Desmon terkejut melihat Davidson, gurunya yang selama ini dianggapnya sedang bersemedi selama bertahun-tahun.

Davidson menghela napas dalam. "Aku tak menyangka, segala ilmu yang telah kuberikan padamu kau gunakan untuk kejahatan," katanya, kekecewaan tergambar jelas di wajahnya. Desmon terdiam, tak mampu berkata-kata.

Tanpa banyak bicara lagi, Davidson menutup mata beberapa detik, lalu membukanya kembali dengan tatapan yang menyala.

Dengan satu gerakan, Davidson mulai menarik energi dari tubuh Desmon. Energi merah-biru yang dulu Desmon banggakan perlahan terkuras, meninggalkan Desmon yang semakin lemas.

"Firasatku ternyata benar," Davidson berkata dengan nada yang dalam. "Apa yang kulihat dalam semediku akan menjadi kenyataan. Hidupmu akan lebih panjang dari ini, tapi aku tak akan mati sebelum kau menemui ajalmu. Akan ada mereka yang mampu mengakhiri hidupmu."

An Imbalance In My World  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang