Ketika bangun, Tessa merasa nyaman oleh kehangatan yang ditawarkan. Ia mengerjap dengan malas. Ia tahu hari sudah terang, tetapi kenyamanan itu membuatnya terlena sampai sadar ada yang berbeda. Tepat di depan matanya, ia melihat dada Nick mengintip. Lengan pemuda itu memeluknya erat. Ia bisa mencium aroma khasnya yang memabukkan. Nick tak lagi telentang. Satu tangannya menyusup ke bawah kepala Tessa, satunya lagi memeluk pinggangnya.
Jantung Tessa rasanya mau copot saat mendongak. Bibir Nick tak sengaja menyapu kulitnya, membuat perutnya bergelenyar. Ia bergegas melepaskan diri sebelum pemuda itu sadar, tetapi lengan Nick malah menariknya lebih kuat. Ketika mendongak sekali lagi, ia mendapati mata sang pemuda terbuka, menatapnya lembut. Warnanya yang seperti minuman keras membuanya terhanyut. Mendadak saja, mulutnya kelu. Padahal sebelumnya, ia bertekad akan meminta maaf begitu pemuda itu bangun. Ia juga ingin mengucap beribu terima kasih, dan berjanji akan selalu mengikuti Nick ke mana pun dia pergi. Ia merasa beruntung karena pemuda itu adalah takdirnya.
Detik demi detik berlalu dalam keheningan. Tak ada yang bersuara, hanya mata yang saling memandang, saling mengucap dalam diam. Sentuhan mereka menimbulkan percikan di hati masing-masing. Namun, tak ada yang berani berbuat lebih jauh.
Satu menit telah berlalu, dan mereka tenggelam dalam cumbuan pandang. Hingga kemudian, gadis itu tersadar bahwa mungkin saja sebentar lagi Cora datang. Ia malu kalau ketahuan berada satu ranjang dengan pemuda itu. Dengan panik, ia mundur, menjauhkan dirinya dari Nick. Ia lupa bahwa ranjang itu tidak lebar. Jadi, ia terguling dan terjatuh ke lantai. Ia meringis kesakitan. Apalagi di bagian bokong, bagian yang lebih dulu mendarat.
Nick menengoknya dari ranjang. "Kau tak apa?"
Susah payah, Tessa berusaha bangkit. Satu kakinya masih dibalut bersama papan. Jadi, ia tak bisa menekuknya. Ia hanya mengandalkan kakinya yang sehat untuk bergerak.
Nick berniat turun dari ranjang, tetapi gadis itu segera mengulurkan tangan, mencegahnya. "Aku bisa sendiri." Ia tak mau dianggap sebagai beban.
Pemuda itu pun mendesah. Ia duduk di tepi ranjang, sembari mengamati sang gadis tertatih-tatih bangkit. Ketika Tessa baru setengah berdiri, ia dengan tak sabar menarik gadis itu, mendudukannya ke tepi ranjang. Namun, karena kakinya yang kelelahan, Tessa malah jatuh ke pangkuan pemuda itu. "Maaf," ujarnya cepat-cepat. Ia berniat bangkit lagi, tetapi Nick mencegahnya.
"Biar aku yang bergeser." Ia pun mundur.
Tessa menggigit bibir bawahnya, membodoh-bodohkan dirinya yang gugup sehingga membuat semuanya kacau. Wajahnya semerah tomat. Bisa-bisanya ia menyusup ke ranjang pemuda itu, ketahuan pula, batinnya. Ia berbalik, sekadar ingin menanyakan perasaan pemuda itu, tetapi malah terkejut medapati Nick duduk tepat di belakangnya, dengan kedua kaki masih melingkupinya. "Eh, kupikir kau bergeser."
"Aku sudah bergeser." Nick menunjukkan posisinya yang tak lagi memangku Tessa.
Pipi gadis itu bersemu merah ketika matanya tak sengaja tertuju pada dada polos di balik kemeja Nick yang sedikit terbuka. Pinggangnya tampak ramping, Ujung kemejanya keluar dan tak rapi hingga ban celananya mengintip. Untungnya celana pemuda itu terkancing sempurna, kalau tidak .... Tessa menggeleng keras-keras, menghalau pikiran tidak senonoh yang mendadak menerpanya. Suaranya gemetar saat berkata,
"Maksudku .... Sudahlah. Biar aku yang pindah." Ia bangkit. Ia mengangkat kakinya yang tak bisa ditekuk dan menggeser kakinya yang sehat untuk berpindah. Ia menyalahkan jantungnya yang sedari tadi tak bisa diam. Berusaha bersikap santai, ia bertanya, "Omong-omong, kapan kau--"
Belum sempat menyelesaikan kalimat, kaki yang digunakannya untuk bergeser terbelit selimut yang jatuh tadi, membuatnya jatuh ke ranjang, menimpa tubuh Nick.

KAMU SEDANG MEMBACA
Redemption of Fallen Alpha
FantasiaLuke Frostbane, pemegang tahta alpha selanjutnya, melarikan diri dari kawanan karena dituduh berkhianat. Dia juga diburu. Hanya sebuah artefak kuno yang mampu membersihkan dirinya dari tuduhan tersebut. Namun, sayang, artefak itu telah dicuri ribua...