Ac 35

6 3 0
                                        

"Semesta tidak akan mempertemukan kalau tidak ada hikmah di dalam pertemuan itu, dan setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Semoga melalui karya saya ini bisa bermanfaat bagi setiap pembacanya."

Suasana malam yang indah dengan di temani bintang bintang yang gemerlap, kedua insan tidak akan di pertemukan jika tidak ada sebabnya. Pertemuan yang sering kita tidak ketahui bisa menjadi pengalaman yang begitu membekas di dalam hati.

Di rumah yang cukup sederhana, sebuah mobil Lamborghini baru saja masuk ke halaman perkarangan rumah tersebut. Dua orang pria dan satu wanita keluar dari mobil itu dan menghampiri seseorang yang sudah menunggunya di depan pintu.

"Assalamualaikum"salam mereka bertiga.

"Waalaikumsalam, mari bos silahkan masuk"ujar Azam.

Mereka masuk setelah di persilahkan dan duduk di ruang tamu. Azam berpamitan sebentar ke dapur sekalian memanggil ibunya dan mengambil minum serta cemilan untuk tamunya.

Setelah memanggil sang ibu, Ibu Dwi berjalan menghampiri mereka dan mempersilahkan mereka untuk memakan makanan ringannya.

"Maaf ya pak, bu. Saya tidak bisa menyambut kedatangannya tadi"ujar Bu Dwi yang duduk di antara mereka.

"Tidak apa apa bu, tadi ada Azam yang menyambut kok"jawab seorang wanita yang masih memiliki wajah cantik di umurnya yang sudah tak muda lagi.

"Silahkan di makan kuenya sederhananya bu"ujar Bu Dwi kembali. Mereka menganggukan kepala dan meminum serta memakan kue buatan dari Bu Dwi tersebut.

Setelah menikmati hidangan dari Bu Dwi, mereka kembali. melanjutkan obrolannya.

"Oh iya karena kita belum kenalan, alangkah lebih baiknya kita berkenalan dulu ya bu"ujar pria yang umurnya sudah masuk kepala 4.

"Iya benar pak"jawab Bu Dwi.

"Saya Pak Alex bu, dan ini istri saya namanya Bu Anya, serta ini anak saya namanya Fahri"ujarnya yang menunjukan mereka dan mengenalkannya.

"Bos Fahri merupakan atasan Azam di kantor bu"celetuk Azam dan Bu Dwi cukup kaget mendengarnya.

"Maasyallah, saya Dwi ibu dari Azam. Maaf saya tidak tau kalian atasan dari anak saya"ujarnya yang tak enak.

"Tidak apa apa bu, oh iya saya pernah dengar katanya Azam punya adik perempuan ya bu"ujar Bu Anya.

"Iya Azam punya adik perempuan namanya Meera, dia ada di kamar. Apa mau saya panggilkan?"Tanya Bu Dwi.

"Boleh bu, kebetulan ada yang ingin saya sampaikan"ujarnya.

"Biar Azam yang panggilkan bu"ujarnya yang sudah melihat ibunya hendak berdiri tapi tidak jadi, dan Ibu Dwi mengiyakan perkataan Azam.

Azam berjalan naik ke atas menghampiri Meera di kamar dan ternyata Meera sedang melaksanakan shalat. Sang abang menunggunya sebentar, dan setelah Meera selesai shalat, Azam menyuruhnya untuk turun ke bawah.

Drap

Drap

Drap

Langkah kaki pelan Meera turun dari tangga  membuat pasang mata yang berada di tamu melihat ke arah sana. Fahri menundukkan pandangannya dan tidak melihat sama sekali ke arah tangga itu, sedangkan mereka berempat tersenyum melihat kedatangan meera.

"Bu"panggil Meera kepada ibunya.

"Salim dulu nak sama Ibu Anya dan Pak Alex"titahnya dan Meera menyalami tangan Bu Anya sedangkan dengan pak Alex hanya mengantupkan kedua tangan.

"Duduk sini"titah kembali Ibu Dwi, dan Meera menganggukan kepala dan duduk di samping ibunya.

"Ini yang namanya Meera bu?"Tanya Bu Anya.

"Iya bu ini Meera"ujarnya.

"Nak"panggil Bu Anya kepada putranya dan Fahri melihat ke arah sang mamah.

"Apa mah"jawabnya dengan suara pelan, sedangkan mereka di sana hanya melihat percakapan antara Bu Anya dan putranya.

"Itu buruan bilang"titahnya dan Fahri menganggukan kepalanya.

Fahri menetralkan jantungnya terlebih dahulu, ntah kenapa jantung Fahri berdetak kencang seperti ini.

"Sebelumnya saya memohon maaf bu, sudah mengganggu waktunya. Saya Fahri atasan dari Azam, dan kedatangan saya kesini, ingin mengkhitbah putri ibu yang bernama Meera"ujar tegas Fahri dengan wajah positive vibesnya.

Mereka terdiam sebelum menjawab ucapan dari Fahri, dan Meera tidak seperti sebelumnya yang akan kaget ketika kedatangan seorang pria. Hanya saja meera merasakan hatinya berdetak kencang ketika mendengar penuturan pria itu.

"Ibu hanya selaku orang tua nak, ibu serahkan semuanya kepada Meera ya"ujarnya dan Fahri menganggukan kepala.

"Jawab nak"titah Bu Dwi.

"Sebelum kedatangan Ka Fahri, Meera tadi sudah melakukan shalat dan meminta petunjuk untuk hal ini. Alhamdulilah Meera mendapatkan jawabannya"ujar Meera, dan mereka semua berharap cemas mendengar jawaban Meera.

"Bismillah dengan petunjuk Allah, Meera menerima khitbah dari Ka Fahri dan keluarga"ujar Meera kembali dengan detak jantung yang mulai tak karuan.

Alhamdulilah, ucap syukur mereka ketika mendengar jawaban Meera.

"Bos jangan lupa gaji gue di naikin. Dan sekarang gue jadi kakak ipar lo"ujar Azam.

"Apa hubungannya naik gaji dengan kakak ipar?"Tanya Fahri.

"Ya kan bos berhasil mendapatkan adek gue yang cantik ini, dan hadiahnya bos harus naikin gaji. Terus mulai besok harus bersikap sopan sama gue selaku kakak ipar"jelas Azam sambil terkekeh pelan. Sedangkan Fahri menatapnya dengan dingin.

Mereka kembali melanjutkan obrolannya dengan yang lain dan membahas rencana hari pernikahan mereka berdua. Mereka tidak akan lama lama untuk menuju pernikahan karena niat baik harus di segerakan dan jangan di tunda tunda.

Almeera ChairunnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang