Setelah acara khitbah selesai, keluarga mereka pun pamit pulang dan hari pernikahan sudah di tentukan akan di gelar seminggu kedepan. Mulai besok keluarga Meera maupun Fahhri sudah sibuk menyiapkan perlengkapan lainnya, untungnya Mua serta dekor sudah di pesan ibunya Fahri.
Meera kembali ke kamar dan mencari ponselnya untuk menelpon Salsa dan memberitahu berita ini dan mengundang Umi Nyai untuk datang nanti di hari pernikahannya, dan ini atas Saran ibu Dwi.
"Hallo asalamualaikum Meer"ujar Salsa yang mengangkat telepon dari Meera.
"Waalaikumsalam"jawabnya.
"Ada apa tumben nelpon malam malam gini?"Tanya Salsa.
"Langsung tho the poin aja ya sal"ujar Meera.
"Iya ada apa?"Tanya Salsa lagi.
"Kamu sama keluarga nanti datang ya ke pernikahan----"jeda Meera.
"Pernikahan siapa? Jangan bilang pernikahan lo ya Meer"cecar Salsa.
"Iya pernikahan aku sal, nanti datang ya. Undangan menyusul"jawabnya.
"Ya Allah Meera, kapan khitbahnya. Lo kan gak dekat sama laki laki manapun, dan ini tiba tiba nelpon suruh datang ke pernikahan lo. Jangan bercanda deh"gerutu Salsa.
"Ngga sal, siapa yang bercanda. Khitbah baru saja tadi selesai, dan soal calonnya dia atasan dari abang"jelas Meera.
"Oh atasan abang lo, terus kapan rencana pernikahannya di gelar?"Tanyanya.
"Seminggu lagi, besok sibuk gak? Kalau ngga temani ke butik ya"ujar Meera.
"Gak, gue gak sibuk. Nanti besok gue ke rumah lo, mau siang atau sore?"Tanya Salsa.
"Siang aja deh."
"Yaudah lancar lancar deh acaranya, tega bener gue di tinggal nikah"ujar Salsa dengan nada sedih.
"Kamu nyusul secepatnya"kata Meera.
"Aaminin aja dulu, yaudah gue tutup telpon ya. Wassalamualaikum."
"Waalaikumsalam"
Setelah menelpon selesai, Meera menaruh ponselnya ke meja dan masuk ke kamar mandi untuk berwudhu. Setelah itu ia siap siap tidur.
Di lain sisi, Bu Dwi sedang mengobrol dengan keluarga Ikhsan dan mengundang mereka untuk datang ke pernikahan putrinya.
"Ibu gimana kabarnya?"Tanya Bu Dwi.
"Alhamdulilah baik bu, bagaimana dengan yang di sana?"Tanya balik Bunda Syifa.
"Alhamdulilah baik, oh iya saya hanya ingin mengundang ibu ke acara pernikahan anak saya"ujarnya.
"Pernikahan siapa bu?"Tanya Bunda Syifa di seberang sana dengan nada sedikit penasaran.
"Pernikahan Meera bu, jangan lupa datang ya"katanya.
Deg
Jantung Bunda Syifa kaget mendengarnya, dan ia berusaha menetralkan ekpresinya serta melihat ke arah Ikhsan yang tengah menatapnya sambil tersenyum sambil menganggukan kepala, tanda tidak apa apa. Kebetulan ketika Bu Dwi menelpon Ikhsan menyuruhnya untuk mengeraskan suara.
"Hallo bu"panggil Bu Dwi.
"Eh iya, selamat ya bu. Se---moga lancar acara--nya dan insyallah nanti saya datang"ujarnya dengan sedikit gugup.
"Aamiin, kalau begitu saya tutup telponnya ya bu. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Telepon di matikan Bu Dwi dan Bunda Syifa melihat kembali ke arah putranya yang tengah tersenyum hangat. Bunda Syifa membalas senyuman itu dan mengenggam kedua tangan anak sulungnya.
"Are you okay ka?"Tanya Bunda Syifa.
"Bunda tenang saja, kakak sudah ikhlas dan tidak merasakan sakit lagi. Kan kakak juga sudah punya calon bund"ujar Ikhsan.
"Syukurlah, eh iya bunda lupa. Nanti ajak Salma buat datang ke pernikahan Ica ya"katanya dan Ikhsan mengiyakan.
Ikhsan sudah ikhlas dan melupakan tentang itu, dan ia sekarang sudah punya calon dan sedang sibuk dengan dunia kantornya. Ilham sendiri masih sendiri dan belum terlalu memikirkan tentang jodoh, karena jodoh maupun maut ada di tangan tuhannya, yaitu Allah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Almeera Chairunnisa
Fiksi Remaja📌 FOLLOW SEBELUM BACA📌 Kehidupan itu laksana sebuah buku cerita, ada kisah sedih, kisah bahagia dan ada pula kisah yang membangkitkan. Akan tetapi, ketika halaman baru belum terbuka, maka kisah yg tersimpan di halaman berikutnya hanya akan menjad...