RESIGN (41)

177 24 8
                                    

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in.

🦋

"Sebenarnya hidup itu cukup luas, tetapi orang membuatnya sempit saat dia berpikir bahwa kebahagiaan itu hanya bisa digapai dengan hal-hal tertentu. Ubah sedikit posisimu agar kamu bisa melihat cahaya."

🦋

Adzan dhuhur sudah dikumandangkan, seluruh staff perusahaan bergiliran untuk mengambil air wudhu dan sholat di mushola yang sudah disediakan di tiap lantai. Tak ada lagi mata yang sibuk menatap monitor atau jari yang mengetuk-ngetuk mouse, semuanya beristirahat untuk beribadah kepada Allah Robbul 'Izzati.

Usai sholat Adnan membenarkan kembali lengan kemejanya yang semula ia lipat di atas siku sambil berjalan di koridor, sesekali dia melempar senyum profesional ke karyawan-karyawannya, dulu hal itu jarang ia lakukan karena ia menganggap hal itu akan mengurangi wibawanya sebagai pimpinan. Tapi kini setelah belajar dari Eliza yang bersikap ramah hampir ke semua orang, membuatnya sadar kalau menjadi ramah itu menyenangkan.

Senyum ke sesama muslim bisa menjadi ibadah, seringkali karena senyuman yang kita berikan dengan tulus bisa mengangkat beban di pundak seseorang. Apalagi Adnan adalah pimpinan di perusahaan yang memiliki banyak karyawan, mendapat senyumannya akan menambah semangat bekerja, seperti sedang diapresiasi atas kerja keras mereka selama ini.

Setelah lift terbuka di lantai eksekutif tempatnya bekerja, Adnan tak menemukan kehadiran Eliza di kursi sekretaris, ke mana perginya istrinya itu?

Mungkin masih di mushola, pikir Adnan. Padahal ia ingin mengajak Eliza makan siang bareng tapi ya sudahlah, ia mengerti kalau bukan cuma dia yang ada di pikiran istrinya.

Adnan duduk di kursinya sambil membuka ponsel yang saat sholat tadi ia tinggalkan di ruang kerjanya, ia beristighfar begitu melihat panggilan tak terjawab dari neneknya. Ia langsung menekan tombol dial untuk menelfon balik.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam, Nan."

"Maaf grandma aku baru selesai sholat, ada yang perlu grandma obrolin?"

"Ada ... Nan, kamu ngerti nggak maksud ucapan grandma waktu itu?"

Nada suara neneknya tak ceria seperti biasanya, kali ini benar-benar serius. Itu membuat Adnan sedikit gugup. Ada apa sebenarnya? Apa yang akan neneknya bicarakan?

"Adnan lupa ucapan yang mana, grandma bisa langsung to the point?"

"Adnan grandma nggak mau kamu masih ngurusin mantan kamu, grandma tahu kamu sembunyikan dia di apartemen istri kamu tanpa sepengetahuannya, kan?"

Glup. Adnan mati kutu kalau sudah ketahuan seperti ini. Tapi sebelumnya ia juga sudah mengira kalau secepatnya sang nenek akan tahu tentang ia yang bertemu Karen di Qatar dan membawa pulang wanita itu.

"A-aku nggak bermaksud menyembunyikan dia, grandma, aku cuma memberi tumpangan sementara sebelum Karen bisa mandiri."

"Tapi kalau sampai Eliza tahu urusannya bisa runyam Adnan! Kamu nggak mikir kalau istri kamu lama-lama bakal curiga, grandma nggak mau kalian sampai ribut apalagi pisah karena perempuan itu!"

"Grandma, aku paham tentang itu, aku akan cari jalan keluarnya, tapi untuk sementara biarin Karen di sana dulu, aku masih mikirin kerjaan ku di perusahaan. Aku akan secepatnya meminda-"

"Jangan urus perempuan itu lagi! Biarkan dia pergi menjalani hidupnya sendiri, berhenti berurusan dengannya atau grandma ikut campur."

Adnan menghela nafas berat mendengar kalimat terakhir neneknya yang langsung mematikan panggilan sebelum ia sempat membalasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RESIGN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang