••••
H-1 sebelum acara ulang tahun ke-18 Enemy Internasional School, suasana di sekolah semakin riuh. Aula utama yang akan menjadi tempat perayaan sudah didekorasi dengan megah, dihiasi lampu-lampu gantung, balon warna emas dan biru, serta spanduk besar bertuliskan “Selamat Ulang Tahun ke-18 Enemy Internasional School”. Para anggota OSIS dan guru terlihat sibuk mondar-mandir, memastikan semua persiapan berjalan lancar.
Dan ya, ulang tahun Enemy tahun ini juga akan mengadakan bazar terbuka di lapangan upacara. Stand-stand bazar sedang di pasang oleh pemiliknya. Ya orang luar boleh masuk supaya acaranya rame.
Di ruang musik, anggota ekskul musik tengah mengadakan latihan terakhir. Vara dan Nuella sedang berdiri di tengah panggung kecil, memeriksa mikrofon mereka sambil mengatur nada.
“Cek, satu, dua, tiga. Suaranya oke, Var?” tanya Nuella sambil melirik Vara yang sedang menyetem gitar.
“Oke kok, tinggal latihan lagu aja biar nggak ada kesalahan besok,” jawab Vara sambil tersenyum. Alunan piano dari sudut ruangan terdengar lembut, dimainkan oleh seorang siswa lainnya.
“Guys, kita harus tampil total besok. Ada banyak tamu spesial yang datang, jangan sampai ngecewain,” seru ketua ekskul musik, Radit, sambil menepuk tangannya untuk menarik perhatian.
“Siap, Kapten!” jawab para anggota serempak dengan senyum penuh semangat.
Di aula Teater dan Puisi, para anggota ekskul sibuk berlatih adegan terakhir dari pementasan yang akan mereka tampilkan. Suara Reza, sutradara mereka, terdengar tegas memberikan instruksi.
“Ekspresi kalian harus lebih kuat, ini bagian klimaksnya! Ayo, fokus!” seru Reza, memperagakan ekspresi dramatis agar teman-temannya mencontoh.
Terdengar tawa lelah dari salah satu aktor, “Reza, kalo kita salah lagi, bakal ulang sampai kapan nih?”
“Sampai kalian bisa bikin penonton nangis!” jawab Reza sambil tersenyum lelah, tapi matanya tetap bersinar penuh semangat. Mereka tahu, penampilan mereka akan menjadi sorotan utama dalam acara.
Sementara itu untuk penampilan puisi ada di sebelah panggung teater tapi agak jauh. Sebut saja Jasmine memimpin sesi latihan dengan penuh semangat membacakan dengan nada yang menggugah emosi. Teman-temannya mendengarkan dengan kagum, memberi tepuk tangan ketika Jasmine selesai.
“Keren banget, Jas! Besok pasti keren,” puji salah satu temannya, Rere.
Jasmine tersenyum, menahan rasa gugup yang mulai menggelitik. “Makasih, ya. Semoga besok nggak ada kesalahan.”
"Oke udah kan sekarang kita ke Teater liat perkembangan mereka," ucap Rere. Akhirnya mereka menuju ke panggung Teater.
Di lapangan, ekskul dance mengadakan gladi resik dengan koreografi penuh semangat. Gerakan-gerakan lincah mereka diiringi musik upbeat yang memompa semangat.
“Ulang lagi dari awal! Kita harus tampil sempurna besok,” seru Shania, ketua ekskul dance, sambil menyeka keringat di dahinya. Sorot mata semua anggota dance penuh determinasi.
"Bentar dulu napa, ini juga udah keren kok. Butuh bernapas dengan leluasa nih gue," ucap Via dengan napas yang tersengal-sengal.
"Huhh bener minut dulu deh haus," timpal Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvara!
Teen Fiction#Transmigrasi 01 ••••• Entah harus bahagia atau sedih dengan kejadian yang dialaminya. Kejadian yang sangat diluar nalar manusia. Transmigrasi!! "Huh.. Emang takdir Tuhan gak ada yang tau" Seorang gadis bernama Elvara, lebih tepatnya Elvara Angelia...