••••
Setelah hari itu, lebih tepatnya 2 hari lalu. Ya, Evan dan Vara tidak sekolah setelah hari dimana Evan menangis malam itu. Evan demam dan Vara harus menjaganya.
Dan hari ini di sekolah berjalan biasa saja, seperti hari-hari sebelumnya. Kelas terakhir hampir berakhir, dan meskipun suasana kelas sedikit gaduh, pikiran Evan berada di tempat yang lain. Sejak pagi, dia telah menerima pesan yang membuatnya gelisah, tapi dia menyembunyikan kekhawatirannya di balik sikap dinginnya. Bel sekolah akhirnya berbunyi, menandakan akhir dari semua pelajaran hari itu. Teman-temannya mulai berbicara tentang rencana mereka sepulang sekolah, tetapi Evan tetap diam.
"Evan, markas ayok," ajak Chiko dengan nada santai.
Namun, Evan hanya menggeleng dan menjawab singkat, "Gue ada urusan."
"Urusan apa sih?" Tanya Vara yang tiba-tiba muncul bersama keempat sahabatnya.
"Hal kecil aja. Gak perlu khawatir. Oh iya hari ini kamu bareng salah satu Sahabat kamu ya aku buru-buru," jawab Evan sambil tersenyum. Sesaat setelah itu mereka sampai di parkiran, Evan segera menaiki mobilnya dan meninggalkan mereka, karena dia sudah tidak ada waktu lagi.
Dalam perjalanan, suasana terasa begitu sunyi. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, mengiringi pikiran Evan yang berputar tentang urusan besar yang menunggunya. Ponselnya kembali bergetar, pesan dari salah satu anggota seniornya muncul di layar.
"Mereka mulai bergerak lagi. Siapkan strategi."
Evan membalas pesan itu dengan satu kata, "Otw."
Saat ia mempercepat laju mobilnya, pikirannya kembali pada bagaimana semua ini dimulai. Exousia, bukan organisasi mafia biasa, memiliki sejarah panjang di dunia bawah. Organisasi ini lahir bukan dari kekuasaan keluarga seperti kebanyakan organisasi mafia lainnya, tetapi dari kecerdasan dan kekuatan seorang pria yang dikenal dengan nama Khalid.
Kilas Balik Sejarah Exousia
Dua dekade lalu, Khalid mendirikan Exousia dari nol. Exousia, berasal dari bahasa Yunani yang berarti berkuasa. Khalid tidak berasal dari dinasti kriminal atau keluarga mafia besar. Khalid hanyalah seorang pria biasa, namun dengan kecerdasan luar biasa. Ia berhasil menguasai jaringan informasi rahasia, dan memiliki pengaruh besar di dunia bawah internasional. Exousia tumbuh menjadi organisasi yang disegani bukan hanya karena kekuatannya, tetapi juga karena keahliannya dalam menyusup ke berbagai bidang tanpa terdeteksi. Selain itu, Organisasi ini sering dimintai tolong oleh polisi untuk menangkap kejahatan.
Namun, empat tahun lalu, Khalid menghilang secara misterius. Banyak yang berasumsi bahwa ia dibunuh oleh musuhnya, tetapi tidak ada yang pernah benar-benar tahu apa yang terjadi padanya. Saat Khalid menghilang, Exousia berada di ambang kehancuran karena tidak ada penerus yang jelas.
Semua orang mengira Exousia akan runtuh. Namun, saat itulah Khalid mengirimkan pesan terakhirnya, mempercayakan seluruh organisasi kepada seorang remaja yang saat itu masih berusia 15 tahun—Evan. Ya, Evan adalah ketua sekaligus King Exousia, lebih tepatnya King Ace. Keputusan Khalid untuk menunjuk Evan sebagai pemimpin mengejutkan banyak pihak, terutama anggota senior Exousia yang merasa mereka lebih layak.
Tanggung Jawab yang Tidak Terduga.
Di usia yang masih sangat muda, Evan tiba-tiba dihadapkan pada dunia yang penuh kekerasan, pengkhianatan, dan intrik. Namun, dia tidak gentar. Khalid melihat sesuatu dalam diri Evan yang tidak dimiliki orang lain—kemampuan untuk tetap tenang dalam situasi paling berbahaya, serta kecerdasan taktis yang luar biasa. Evan bukanlah orang yang suka bicara banyak; dia lebih memilih untuk bertindak, dan itu yang membuatnya disegani.
Namun, keputusan Khalid itu menimbulkan banyak pertanyaan dan perdebatan di kalangan anggota senior Exousia. Vickto, salah satu anggota paling berpengaruh dalam organisasi, adalah salah satu yang awalnya meragukan kemampuan Evan. Bagaimana mungkin seorang remaja bisa mengendalikan organisasi sebesar ini? Apalagi Evan hanya anak yang ditemukan Khalid dengan keadaan terluka.
Namun, seiring berjalannya waktu, Evan membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang bijak dan tidak mudah goyah. Dia mengelola Exousia dengan cara yang jauh lebih tenang dibandingkan Khalid. Dia menghindari konflik besar dan lebih memilih taktik yang lebih halus dan cerdas untuk menjaga kestabilan organisasi. Evan tahu bahwa kekuatan bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal informasi dan pengaruh.
Kembali ke Markas Exousia
Mobil Evan berhenti di depan sebuah bangunan tersembunyi yang tampak seperti gedung biasa. Dari luar, tidak ada yang menyangka bahwa ini adalah markas besar dari salah satu organisasi mafia paling berbahaya. Saat Evan memasuki gedung itu, dia langsung menuju ruang rapat di lantai paling atas.
Di sana sudah berkumpul beberapa orang yang menjadi bagian penting dari Exousia. Salah satunya adalah Vickto. Sejak ditunjuk sebagai pemimpin, Evan dan Vickto memiliki hubungan cukup dekat, karena Vickto di tunjuk sebagai tangan kanan Evan. Vickto menghormati Evan, tapi dia juga terus memantau gerak-geriknya, mencari tahu apakah pemimpin muda ini benar-benar bisa mempertahankan warisan Khalid.
"King, kita punya masalah besar," kata Vickto dengan wajah serius. "Kelompok Cicero mulai bergerak. Mereka meremehkan kita sejak Ketua menghilang, dan sekarang mereka mencoba menguji kekuatan Anda."
Evan duduk di kursinya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dia memandang peta yang tergantung di dinding, memperhatikan lokasi-lokasi yang berhubungan dengan Cicero. Diam-diam, dia sudah memikirkan langkah-langkah untuk meredam pergerakan musuh.
Vickto melanjutkan, "Mereka tidak percaya pada kepemimpinan Anda. Mereka pikir Anda hanya anak sekolah yang belum cukup dewasa untuk ngadepin dunia ini."
Evan menatap Vickto dengan pandangan tajam. "Saya tidak butuh untuk dipercayai mereka," katanya dingin. "Saya hanya ingin mereka tahu batasannya."
Vickto tersenyum tipis. “Kalau begitu, apa rencana Anda?”
Evan berdiri dan berjalan ke arah jendela besar yang menghadap ke kota. "Kita tidak akan bergerak terlebih dahulu. Saya mau lihat sejauh mana mereka bakal mencoba mengetes kita. Dan saat mereka mulai terlalu jauh..." dia berhenti, membiarkan kalimat itu menggantung di udara.
Vickto mengangguk, memahami maksud Evan. Pemuda itu memang tak banyak bicara, tetapi setiap kata yang keluar darinya selalu penuh makna.
Sore itu, rencana besar sudah terbentuk dalam pikiran Evan. Dia tahu bahwa warisan yang diberikan Khalid padanya bukanlah sesuatu yang ringan. Menjadi pemimpin Exousia bukan hanya soal memegang kekuasaan, tetapi juga soal mempertahankan keseimbangan di dunia bawah yang penuh dengan bahaya.
Ketika Evan meninggalkan ruangan, pikirannya tidak pernah berhenti berputar, selalu berpikir beberapa langkah ke depan. Sebagai pemimpin Exousia, dia tahu bahwa tantangan selalu datang dari segala arah—baik dari luar maupun dari dalam. Tapi dia siap menghadapi semuanya.
Di usianya yang masih muda, Evan telah membuktikan bahwa dirinya adalah pemimpin yang tak bisa dianggap remeh. Dan siapa pun yang mencoba meremehkannya, akan segera menyadari kesalahan mereka dengan cara yang paling menyakitkan.
••••
TBCHai guys..
Pada bosen gak sih ceritanya gini-gini aja?
Aku rasa nih cerita tambah gak jelas yak..
Tapi gpp deh tetep vote, komen dan jangan lupa juga follow aku yaaaJumat, 18 Oktober 2024
tertanda📍Lala✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvara!
Fiksi Remaja#Transmigrasi 01 ••••• Entah harus bahagia atau sedih dengan kejadian yang dialaminya. Kejadian yang sangat diluar nalar manusia. Transmigrasi!! "Huh.. Emang takdir Tuhan gak ada yang tau" Seorang gadis bernama Elvara, lebih tepatnya Elvara Angelia...