Jiminie...

49 11 3
                                    

Namjoon tahu sejak awal bahwa menjadi seorang idol bukanlah hal mudah. Tapi, melihat Jimin yang berjuang lebih keras dibanding siapa pun membuatnya sadar bahwa terkadang, kerja keras saja tidak cukup.

Jimin datang ke Seoul dengan harapan besar. Ia adalah penari berbakat dari Busan, tetapi selama masa trainee, tekanan yang ia hadapi membuatnya hampir menyerah.

Namjoon melihatnya...

Namjoon menyadari betapa dia berusaha, tapi tetap saja, staf meragukan kemampuannya. Bahkan Bang Shi Hyuk hyung nyaris mendepaknya.

Namjoon tentu tidak bisa membiarkan itu terjadi.

*******

Sampai hari itu Namjoon meminta rapat internal dadakan.

"Aku ingin membahas sesuatu," katanya.

"Jika ini tentang Jimin, aku sudah bilang—"

"Aku tahu, PD Nim," potongnya cepat. Namjoon tahu apa yang ingin Bang Shi Hyuk katakan.

"Tapi kami butuh seseorang seperti dia."

Mata Bang PD menatapnya tajam. "Apa yang membuatmu begitu yakin?"

Namjoon menarik napas dalam, mencoba merangkai kata sebaik mungkin. "Karena aku melihatnya. Dia punya bakat, dia punya tekad. Masalahnya, dia hanya kurang percaya diri. Bukankah sebagai grup, kita harus saling mendukung?"

Tidak ada jawaban langsung. Namun, setelah diskusi panjang, Jimin tetap dipertahankan.

Tapi, Namjoon tahu perjuangannya belum selesai. Mungkin, bisa saja ini baru awal peperangan.

*******

Hari-hari berlalu, dan Namjoon tetap dengan pendiriannya, dia semakin yakin bahwa yang Jimin butuhkan bukan hanya latihan, tetapi kepercayaan diri. Namjoon melihatnya saat latihan, bagaimana ia begitu luar biasa. Tapi begitu di depan staf koreografi, dia berubah. Gerakannya kaku, ekspresinya ragu.

"Jimin-ah, ada apa?" tanyanya setelah latihan.

Jimin tersenyum kecil. Senyum yang tidak meyakinkan. "Aku baik-baik saja, hyung."

Sebenarnya Namjoon ingin sekali memaksanya jujur, tapi ia  sangat mengenal Jimin, tipe yang hampir mirip sepertinya...

- Yang akan menahan segalanya sendiri -

*******

Dan alam itu, akhirnya mengungkapkan semuanya.

Namjoon sedang berjalan ke kamar mandi saat mendengar suara isakan pelan. Dia tidak perlu menebak siapa itu.

Tanpa pikir panjang, Namjoon mendorong pintu sedikit dan melihat Jimin duduk di lantai, bahunya bergetar, wajahnya tertutup kedua tangan.

"Hyung, kenapa di sini?" tanyanya buru-buru sambil mencoba menyembunyikan wajahnya.

Namjoon tidak menjawab. Dia hanya berjongkok di depannya dan merengkuhnya ke dalam pelukan.

Awalnya, dia menegang. Tapi saat Namjoon menyentuh punggungnya dengan lembut, dia benar-benar runtuh.

"Aku tidak cukup baik," gumamnya di antara isakannya. "Aku takut… mereka benar… bahwa aku tidak pantas ada di sini."

Namjoon semakin mengeratkan pelukan. "Jangan bilang begitu. Aku ada di sini, kan? Aku akan menjagamu seperti adikku sendiri."

Mereka bertahan dalam posisi itu cukup lama. Namjoon tidak ingin mengatakan kata-kata kosong yang hanya akan terasa basa-basi. Dia hanya ingin Jimin tahu bahwa dia tidak sendirian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Uri Leader, Kim Namjoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang