29/29

340 35 15
                                    

Jeffrey menatap kepergian Joanna dengan perasaan kecewa. Jelas dia tidak ingin mendengar perkataan itu sekarang. Padahal hubungan mereka mulai membaik sejak satu bulan ke belakang. Tentu dia sedikit berharap jika pernikahan mereka akan berjalan selamanya. Toh, Rena sudah jauh dari jangkauan. Dia jelas sudah tidak memiliki harapan lagi untuk bersama si wanita pujaan.

"Aku benar-benar kecewa dengan Tante Lena. Kenapa bisa Tante berkata seperti itu pada Joanna? Dia istriku sekarang, dia—"

"Lalu bagaimana denganku, Jeff? Dulu kamu selalu mengatakan ingin bersamaku. Kamu mengatakan akan menceraikan wanita itu jika orang tuamu merestui hubungan kita. Apa kamu lupa? Apa sekarang kamu mulai berpaling padanya?"

Jeffrey tidak percaya dengan Rena yang baru saja berbicara. Wanita itu benar-benar berbeda dari Rena yang dikenal sebelumnya. Rena yang selalu manis saat berbicara. Rena yang tidak pernah menjelekkan orang. Serta Rena yang tidak pernah egois dan selalu mementingkan orang lain sebelum dirinya. 

"Iya. Aku memang sudah berpaling sekarang. Untuk apa aku mengharapkan wanita yang sudah mengatai aku menjijikan dan hina? Bukankah sudah jelas jika kamu memang sudah tidak ingin kita bersama? Lalu kenapa sekarang kamu mempertanyakan? Seolah kamu masih berharap diperjuangkan." Jeffrey menjeda ucapan. Lalu menatap Rena lekat-lekat. Namun dengan tatapan kecewa dan agak merendahkan.

"Aku anggap hubungan kita selesai setelah kamu berkata demikian. Apalagi kamu tidak kunjung meminta maaf, seolah semua yang kamu katakan adalah benar dari lubuk hatimu yang paling dalam. Kamu sendiri yang membuat aku seperti ini Rena! Aku bukan pria bodoh yang akan mengemis cinta pada wanita yang telah menjatuhkan hingga ke dasar. Aku berharga, aku memiliki orang tua, teman dan istri yang banyak orang lain inginkan di luar sana. Lalu untuk apa aku terus merendahkan diri di depan wanita yang tidak bisa berkaca? Tidak bisa melihat masa lalu orang, tidak bisa sadar jika dirinya pun juga sama. Sama-sama tidak sempurna, sama-sama hina dan menjijikkan!"

Jeffrey berkata seperti itu dengan penuh penekanan. Dia tampak serius akan ucapan. Seolah tidak ada lagi celah untuk Rena kembali datang. Kembali menjadi wanita yang dipuja seperti beberapa tahun ke belakang.

"Aku akan memperbaiki hubungan dengan Joanna. Dia istriku sekarang. Jika ada yang berani menyakitinya, akan berhadapan langsung denganku! Karena aku tidak akan membiarkan istriku disakiti barang sejengkalpun! Termasuk oleh kamu!"

Air mata yang sejak tadi Rena tahan akhirnya mengalir juga. Hatinya sakit sekali sekarang. Karena setiap kata yang keluar dari mulut Jeffrey begitu menyakitkan.

Oh jadi seperti ini rasanya dibuang untuk yang kedua kalinya? Rasanya lebih sakit dari yang pertama ternyata. Ditinggalkan keluarga angkat ternyata tidak sebanding dengan ditinggalkan pria yang selama ini memuja kita.

Batin Rena saat memandang kepergian Jeffrey. Pria itu tidak mengatakan apapun lagi. Seolah tidak ada hal penting lain yang ingin diluruskan lagi. Padahal Rena masih butuh memproses semua ini. Masih belum percaya jika Jeffrey sudah tidak memperjuangkan dirinya lagi.

Jeffrey bergegas masuk rumah orang tuanya. Karena Joanna sudah tidak ada di luar. Sehingga besar kemungkinan wanita itu ada di dalam.

"Joanna di mana, Ma? Pa?"

"Masuk kamar. Tadi Mama sempat dengar apa yang Lena katakan. Dia benar-benar keterlaluan! Mama benar-benar menyesal karena sudah menceritakan banyak hal padanya. Termasuk tenang pernikahan kalian. Mama benar-benar merasa bersalah. Mama minta maaf."

"Bukan aku yang seharusnya menerima ini, Ma. Tapi Joanna. Dia pasti sangat terluka sekarang."

"Mama sudah minta maaf. Dia sedang istirahat di kamarmu sekarang. Malam ini kalian menginap, ya? Besok berangkat dari sini saja. Ada yang ingin kami bicarakan."

Jeffrey mengangguk kecil. Sebelum akhirnya pamit menuju kamarnya sendiri. Menghampiri Joanna yang kini sedang menangis di kamar mandi.

Ceklek...

Jeffrey masuk kamar mandi. Dia menatap Joanna yang sedang jongkok di bawah guyuran shower air dingin. Dengan pakaian yang sudah tidak melekat lagi. Membuat Jeffrey ragu untuk mendekati. Karena takut akan mendapat makian nanti.

"Joanna, boleh aku mendekat? Aku ingin bicara. Aku minta maaf soal yang sebelumnya. Tante Lena sudah keterlaluan. Mama juga salah karena sudah menceritakan banyak hal tentang kita padanya. Aku benar-benar minta maaf. Aku harap kamu tidak—"

"Sudah aku maafkan. Mama tadi langsung meminta maaf. Tapi tidak dengan dia. Lena Lena itu harus meminta maaf padaku dulu jika ingin aku bersiap baik pada keluarga itu!"

Jeffrey mengangguk setuju. Kali ini dia duduk di depan pintu. Memunggungi Joanna yang sedang meringkuk. Membelakangi dirinya yang kini juga basah akibat terkena cipratan air wanita itu.

"Iya. Aku dan keluargaku juga tidak akan mendekati mereka jika Tante Lena tidak meminta maaf. Kamu tenang saja, keluargaku cukup waras untuk melihat masalah. Kami masih bisa membedakan mana yang benar dan tidak. Kami tidak akan memihak mereka meski lebih lama kenal."

Jeffrey tersenyum tipis. Dia menatap lantai kamar mandi yang mulai basah saat ini. Karena terkena aliran air.

Hening cukup lama. Karena Joanna tidak tahu ingin merespons seperti apa. Berterima kasih seharusnya. Namun dia masih merasa berat mengucapkan.

Jeffrey juga sama. Dia menunggu respons Joanna. Dia ingin mendengar jika perasaan wanita itu sudah baik-baik saja. Paling tidak, tidak seburuk sebelumnya. Karena dia ingin membahas hal yang lebih penting sekarang.

"Joanna, aku berharap kamu tidak mengatakan yang seperti itu lagi. Karena aku benar-benar baru menyadari jika berpisah denganmu bukanlah hal baik." Jeffrey menarik nafas. Karena merasa jika ungkapan ini memang harus segera dilakukan. Agar wanita itu tidak lagi membahas soal perceraian.

"Aku ingin memperbaiki pernikahan ini. Aku ingin hidup denganmu sampai mati. Aku tahu ini mungkin terlalu cepat. Terlalu singkat jika harus memutuskan hal besar. Namun setelah mendengar apa yang tadi kamu ucapkan, rasanya ini tidak benar. Hatiku sakit saat kamu mengatakan siap aku ceraikan saat itu juga. Aneh, ya? Apa sekarang, aku sudah mulai suka?"

Jeffrey terkekeh kecil. Dia menolehkan kepala saat ini. Berniat memeriksa reaksi Joanna lagi. Apakah wanita itu senang, atau justru emosi.

"Aku juga. Rasanya tidak enak saat melihat Rena dan Kevin. Aku takut kamu kembali dengan mereka lagi."

Joanna yang sejak tadi memeluk lutut dan memunggungi Jeffrey, kini mulai berbalik. Sehingga tatapan mereka bertemu saat ini. Senyum tipis juga sama-sama tersungging. Karena perasaan lega masing-masing.

Hingga Jeffrey bergegas bangkit dari posisi duduk di depan pintu kamar mandi. Lalu mendekati Joanna yang masih diguyur air dingin. Dia ikut jongkok di depan Joanna saat ini. Menangkup wajahnya dan mendaratkan ciuman di bibir untuk yang pertama kali.

Hanya kecupan saja. Namun cukup lama. Dibarengi guyuran air shower yang terasa hangat, padahal seharusnya dingin tentu saja.

Explicit content aku upload di karyakarsa. Bakalan aku upload di sini kalo chapter 1-29 diramein, ya~

Tbc…

Tbc…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GET TO KNOW BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang