Bagi yang udah baca explicit content di KK, gimana? Apa ekspektasi kalian terhadap Joanna tepat sasaran?Mau scene gitu lagi di chapter depan?
Setelah malam itu, hubungan mereka semakin membaik. Baik Joanna maupun Jeffrey, mereka mulai saling mengenal lebih dalam lagi. Mencoba mengerti sifat dan kepribadian masing-masing. Agar hubungan ini dapat bekerja dengan baik.
"Aku tidak masalah kalau kamu mau punya anak atau tidak. Karena bagiku, kamu saja sudah cukup sekarang." ucap Jeffrey sembari memeluk Joanna. Mereka sedang berada di atas ranjang. Masih dengan tubuh berkeringat, karena baru selesai bercinta. Untuk yang kesekian kalinya setelah enam bulan lalu mereka melakukan hal itu untuk yang pertama kalinya.
"Iya kamu tidak masalah. Tapi orang tuamu? Setiap hari Mama selalu mengirim reels tik tok balita terus."
"Nanti aku coba bicara dengan Mama, akan aku minta dia tidak melakukannya." Jeffrey mengeratkan pelukan. Mencium aroma rambut Joanna. Padahal wanita itu sudah tiga hari tidak keramas. Namun baunya masih enak. Baginya.
"Jangan, lah! Nanti aku yang tidak enak."
"Aku akan bilang kalau aku yang lihat sendiri. Supaya namamu tetap aman nanti."Joanna diam. Pertanda jika setuju akan usulan suaminya. Sebab dia jelas harus terus menjaga image baik di depan mertua. Agar tidak dipaksa berpisah dengan anaknya. Serta dapat uang jajan juga.
"Liburanmu jadi berapa hari?" tanya Jeffrey setelah ingat sesuatu. Akan rencana Joanna yang ingin berlibur.
"Empat hari. Teman-temanku tidak dapat banyak cuti."
"Jumat sore aku susul, ya?"
Joanna menggeleng pelan. Lalu melepas pelukan. Sebab dia tidak ingin acara liburan bersama teman-temannya diinterupsi oleh suaminya.
"Aku hanya bertemu mereka enam bulan sekali. Tidak bisakah kamu sabar sedikit?"
Jeffrey diam sejenak. Lalu menatap Joanna lama. Sebelum akhirnya mendesah pelan. Karena tangan wanita itu mulai membelai dada.
"Ya sudah. Have fun di sana!" Jeffrey membelai rambut Joanna. Mereka sedang tidur miring berhadapan. Dengan tubuh telanjang yang dibalut selimut tebal.
"Thanks, Sayang!"
Jeffrey mendapat kecupan di bibir. Membuat dirinya memejamkan mata seolah meminta lebih. Padahal Joanna hanya ingin memberi kecupan kecil, karena setelahnya dia langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi.
"Jangan lama-lama! Nanti masuk angin seperti bulan kemarin!"
Joanna mengangguk dan terkekeh kecil. Karena dia mengingat insiden dirinya yang bulan lalu masuk angin. Akibat terlalu lama mandi di malam hari.
Selesai mandi, Joanna tidur di samping Jeffrey. Karena pria itu sedang kerja saat ini. Memangku laptop tanpa memakai pakaian sama sekali. Hanya memakai selimut yang tadi.
"Besok aku berangkat agak pagi. Jadi tidak bisa menemani sarapan sebelum pergi."
"Jam berapa?"
"Jam lima estimasi. Kamu istirahat saja, tidak perlu mengantar. Empat hari akan cepat terlewat."
Joanna mendekati Jeffrey, memeluk salah satu lengan pria ini. Sesekali dia juga melirik layar laptop yang berisi hasil pekerjaan si suami yang tentu saja tidak dia mengerti.
"Semoga saja."
Jeffrey mengusap kepala Joanna sebelum lanjut bekerja. Karena tugas ini tinggal sedikit saja. Sayang kalau tidak segera dituntaskan.
———
Tiga hari Jeffrey lewati dengan tidak semangat. Karena istrinya pergi liburan tanpa membawa dirinya. Sehingga dia malas pulang karena tahu jika si istri tidak akan menyambutnya.
Selain itu, Joanna juga sudah tidak bisa dihubungi seharian. Membuat Jeffrey merasa khawatir tentu saja. Sehingga dia memutuskan untuk menyusul saja. Meski sebenarnya sudah dilarang.
"Surabaya dan Malang hanya sebentar. Nanti aku akan alasan mau menemui klien saja."
Jeffrey bergegas meninggalkan kantor. Meminta supir pulang karena dia akan membawa mobil ke Malang sendirian. Menyusul istrinya yang sedang bersenang-senang.
Iya. Joanna dan teman-temannya tengah menikmati waktu mereka. Di vila dekat pegunungan. Sehingga udara yang dingin membuat mereka tidak bisa memakai bikini saat berenang.
"Seru di Bali. Di sini kebanyakan mahasiswa. Tidak ada yang bisa digoda." Keyra mulai keluar dari kolam. Saat ini dia memakai kaos hitam panjang dan legging dengan warna yang serupa. Sama seperti teman-temannya. Karena mereka membeli pakaian ini di tempat yang sama.
"Iya. Masih ada satu hari, nih. Gas Bali?" Kali ini Valora yang menimpali. Karena dia juga kurang merasa nyaman di sini. Sebab alergi dingin, sehingga sejak kemarin hidungnya bersin-bersin.
Namun tentu berbeda dengan Merida yang suka sekali. Dia menyukai suasana di sini. Banyak pohon dan udaranya minum polusi. Sehingga dia betah berlama-lama di sini.
"Kemarin ada yang ganteng, kok. Anak-anak muda itu gemas juga. Maba sepertinya." Joanna terkekeh saat berbicara. Membayangkan tingkah lucu mahasiswa-mahasiswa baru yang ditemui semalam.
"Hei! Udah nikah! Ditungguin suami lo di rumah!" Valora menegur sembari menepuk pelan paha Joanna. Membuat wanita itu terkekeh sebelum mulai berbicara.
"I'm married, not blind. Gue kalo nggak jadi sama Jeffrey, kayaknya bakalan buat rumah di sini. Biar bisa seneng-seneng setiap hari."
Joanna terkekeh kencang. Membuat teman-temannya ikut terkekeh sekarang. Karena setuju juga.
Mereka suka Joanna yang seperti sekarang. Joanna yang mulai bisa menikmati hidupnya. Bisa menertawakan setiap masalah setelah melalui hal berat di hidupnya.
Bukan masalah tentang Jeffrey dan juga Jordan. Namun tentang orang tuanya. Itu sebabnya Joanna tidak bisa bersikap baik pada mereka. Entah karena masih belum memaafkan. Atau justru karena hal yang lainnya.
Selesai berenang, mereka makan malam di luar. Sekaligus memutari mall untuk belanja atau hanya window shopping saja. Karena sejak kemarin sudah banyak belanja.
Di lain tempat, Jeffrey ternyata sudah tiba di Malang. Tepat di depan villa yang disewa Joanna. Karena wanita itu menyewa tempat ini menggunakan kartunya. Sehingga dia bisa tahu alamatnya.
Jeffrey menunggu tiga jam di sana. Karena nomor Joanna tidak bisa dihubungi sejak semalam. Tanya teman-temannya? Jeffrey tidak bisa, karena tidak punya kontaknya.
Sudah jam sembilan. Jeffrey sudah haus dan lapar. Namun dia enggan beranjak. Karena berpikir Joanna akan segera kembali ke villa. Sebab instingnya berkata demikian.
Hingga tidak lama kemudian mobil hitam datang. Berhenti tepat di depan vila. Membuat Jeffrey bangkit dengan senyum lebar. Karena mengira Joanna yang ada di dalam.
"Kamu kenapa nyusul?"
Senyum Jeffrey luntur saat Joanna keluar dari pintu depan. Dengan Jordan yang menyetir di sampingnya. Tanpa ada orang lain di dalam. Sehingga segala pikiran buruk mulai datang.
Dia tidak mungkin selingkuh, kan? Selama tiga hari ini mereka tidak berduaan di vila yang disewa menggunakan uangku, kan?
Jeffrey bertanya dalam hati. Wajahnya Tampak sedih. Dengan tatapan yang terus tertuju pada Jordan yang kini ikut turun dari mobil.
Tbc…

KAMU SEDANG MEMBACA
GET TO KNOW BETTER [END]
RomanceJoanna dan Jeffrey menikah karena perjodohan. Kisah klise yang sering berakhir menyedihkan. Namun Joanna berusaha menolak segala penderitaan. Sebab tidak ingin berakhir menyedihkan karena menikahi pria yang masih belum selesai dengan masa lalunya.