"Sorry..."Joanna melepas pelukan setelah sekitar lima menit tubuh mereka bersentuhan. Mereka tampak salah tingkah dan tidak ada yang saling pandang. Karena mereka yang biasa bertengkar justru malah terlihat sebaliknya.
"Aku terbawa suasana." Joanna menambahi karena tidak kunjung mendapat sahutan. Sebab dirinya jelas yang paling malu sekarang. Karena dia yang memulai berpelukan.
"Sama, aku juga." Jawaban Jeffrey membuat Joanna berani memandang. Sehingga kini mereka kembali bertatapan.
"Aku juga terbawa suasana. Kalau dipikir-pikir wajar juga kalau kita berpelukan. Tidak masalah. Paling tidak, kamu bisa lebih baik sekarang. Ayo kita makan!"
Jeffrey mengulurkan tangan. Namun Joanna enggan meraihnya. Karena takut jika hal ini akan semakin menggoyahkan hatinya. Sebab sejak tadi dia tidak berhenti berdebar.
Gawat! Sepertinya aku mulai suka. Tidakkk! Aku harus tetap waras!
Joanna menggeleng pelan. Dia turun dari ranjang. Karena berniat mandi sekarang. Sebab sejak pagi dia belum mandi memang.
"Aku mau mandi. Kamu makan duluan saja kalau sudah lapar. Aku akan menyusul segera."
Jeffrey mengangguk singkat sembari menggenggam udara. Dia agak kecewa. Namun senyum tipisnya mulai tersinggung sekarang.
"Aku tunggu di bawah, sekalian mau telepon Ethan. Kita makan bersama."
"Iya!"
Sahutan Joanna membuat Jeffrey bergegas bangkit. Dia mulai turun dari ranjang. Lalu meraih ponsel dari saku kemeja. Karena berniat menghubungi si teman sekarang.
Setelah beberapa menit berbincang, Jeffrey dan Ethan akhirnya berhasil menemukan rencana untuk memberi pelajaran Vera. Agar wanita itu jera dan tidak melakukan hal yang serupa pada orang lain yang tidak seberuntung Joanna.
"Iya, Than. Pokoknya harus yang memberi efek jera. Jangan sampai ada korban lain seperti Joanna. Karena aku yakin tidak banyak orang yang seberuntung dia. Punya suami yang serba bisa seperti saya." Jeffrey menahan kekehan. Karena tertawaan Ethan di seberang sana mulai terdengar. Sebab merasa lucu akan tingkah narsis temannya.
"Ya sudah, aku matikan. See you in Jakarta!"
Jeffrey menjauhkan ponsel dari telinga saat sambungan telepon terputus. Saat ini dia juga mulai berkutat pada ponsel baru. Guna mencari tahu lebih banyak tentang Vera si penipu itu.
"AKKK!" Pekikan Joanna membuat Jeffrey terkejut. Dia juga menjatuhkan ponsel ke bawah kasur. Untung saja karpet di sana empuk. Sehingga ponsel ini tidak rusak meski layar mendatar terlebih dahulu.
"KAMU NGAPAIN MASIH DI SINI!? AKU BELUM AMBIL GANTI!" Joanna sedang memakai handuk kecil yang hanya bisa menutupi setengah dada dan pangkal paha. Tentu saja saat ini dia sedang tidak memakai apa-apa. Karena mengira Jeffrey sudah pergi dari kamar. Tidak duduk di tepi ranjang seperti sekarang.
"Kaget aku. Sampai Hp baruku jatuh. Untung saja tidak retak seperti yang lalu."
Jeffrey sudah menggenggam kembali ponselnya. Dia juga beralih menatap Joanna yang dalam keadaan setengah basah. Karena tentu dia tidak sempat mengeringkan badan dengan benar. Akibat terburu-buru tentu saja. Sebab sebelumnya Jeffrey mengatakan akan menunggu di bawah.
Sialan! Dia seksi sekali.
Batin Jeffrey saat matanya mengikuti wanita ini. Dia berjalan cepat menuju walk in closet dengan hati-hati. Karena takut handuk kecilnya tersingkap dan memperlihatkan area privat yang masih malu jika harus ditunjukkan sekarang pada Jeffrey. Meski sebenarnya tidak masalah sama sekali. Karena mereka sepasang suami istri.
"Lain kali bilang kalau masih di dalam! Bagaimana kalau aku telanjang!?"
Joanna berteriak dari dalam ruang ganti. Sedangkan Jeffrey hanya terkekeh geli. Karena merasa lucu mungkin.
"Ya sorry. Tapi kalau dipikir-pikir, seharusnya tidak masalah, sih. Toh, kita sudah suami istri. Seharusnya wajar kalau saling melihat alat kelamin." ucapan Jeffrey membuat Joanna bergidik ngeri. Dia juga mulai mengunci walk in closet ini. Karena takut si pria tiba-tiba masuk dan melakukan hal yang tidak senonoh padanya nanti.
Joanna tahu dirinya menarik dari ujung rambut hingga kaki. Bahkan sebelum Jordan memujanya seperti dewi. Mengatakan dirinya indah dari kepala hingga ujung kuku kaki. Meski dirinya tidak tinggi dan memiliki hidung mancung seperti Bae Suzy dan Yoona SNSD.
Ya, Joanna tahu dia cantik dengan caranya sendiri. Tidak perlu mengikuti standar orang lain. Karena setiap manusia pasti memiliki sisi baik dan buruk tersendiri.
"Sialan Jeffrey!" Joanna memaki sembari memakai pakaian ganti. Tentu saja dengan tergesa karena ingin kembali menegur Jeffrey. Meski sebenarnya dia juga salah karena tidak lebih hati-hati. Mengingat sekarang, dia tidak sendiri tidur di kamar ini.
Selesai memakai baju, Joanna tidak menemukan Jeffrey di kamar. Pria itu sedang mandi sekarang. Tidak heran jika kehadirannya tidak ditemukan.
Joanna langsung turun ke lantai dasar. Dia melihat Rena yang masih menyetrika. Sembari melirik dirinya.
"Dia pasti yang mengadukan."
Gerutu Joanna sebelum mendudukkan badan. Namun ponsel yang sejak tadi digenggam mulai bergetar. Menampilkan pesan dari Jessica yang tentu saja berisi kabar bahagia. Sebab dia dapat ART lagi dari agensi yang sudah menjadi langganan. Sehingga dia tidak perlu menunggu anak Bi Sumi melahirkan dan lebih lama mempertahankan Serena.
"Rena?" Panggilan Joanna membuat Rena mendekat dengan tergesa. Karena mengira Joanna sedang butuh bantuan.
"Mama sudah dapat ART baru dari agensi. Jadi mulai besok kamu tidak perlu kerja lagi."
Rena yang mendengar itu jelas sedih. Karena selama kerja di sini dia merasa lebih mudah dalam menjalani hari. Tidak seperti dulu yang harus kerja serabutan dan mendengar gunjingan tetangga demi mendapat sesuap nasi untuk Kevin.
"Apa tidak bisa aku bekerja di sini lebih lama lagi? Rumah ini besar sekali. Apa kamu yakin kalau ART barumu nanti bisa mengurus rumah dengan baik? Paling tidak tunggu sampai satu bulan lagi. Aku akan mengajari dia bagaimana cara mengurus rumah ini dengan baik lagi."
Rena mencoba bernegosiasi. Namun Joanna tampak enggan menyanggupi. Mengingat sudah lama juga dia menantikan hal ini. Terlebih, sekarang dia mulai menaruh rasa pada Jeffrey. Dia jelas tidak ingin hubungan mereka yang mulai membaik terancam rusak karena kehadiran Serena dan Kevin.
"Aku yang akan mengajari. Dan lagi, aku harap kamu akan kembali ke tempat tinggalmu yang dulu. Karena aku tidak nyaman kamu tinggal di sebelah rumahku." Lagi-lagi ucapan Joanna membuat Rena terkejut. Wanita itu merasa kalut. Meski sebenarnya sudah bisa memprediksi hal itu.
"Iya. Aku akan pindah juga. Maaf kalau selama kerja di sini aku pernah membuatmu kesal. Semoga kamu dan Jeffrey selalu bahagia."
Aminnn.
Joanna mengaminkan dalam hari. Dia gengsi jika harus tampak baik di depan wanita ini. Di depan wanita yang pernah menjadi sumber pertikaiannya dengan Jeffrey.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
GET TO KNOW BETTER
RomansJoanna dan Jeffrey menikah karena perjodohan. Kisah klise yang sering berakhir menyedihkan. Namun Joanna berusaha menolak segala penderitaan. Sebab tidak ingin berakhir menyedihkan karena menikahi pria yang masih belum selesai dengan masa lalunya.